Minggu, 26 September 2010

Jadi Gelandangan 100 Hari, Mau Nggak ?

Kalau saya membaca judul tulisan ini, kadang membuat saya tertawa. Tertawa ? Ya, tertawa karena saya sudah dapat membayangkan apa yang terjadi dan mungkin bagi banyak orang, hal ini adalah suatu hal yang aneh dan tidak ada kerjaan saja.

Kok bisa ? Wokeh, saya akan ceritakan mengapa saya menulis tentang judul tulisan ini. Sudah 3 kali saya dan rombongan Uyut pergi ke Sanghyang Sirah. Sesampainya di sana selalu saja kami menemui bebrapa orang yang sedang melakukan 'Laku" yaitu tinggal di Sanghyang Sirah dalam jangka waktu tertentu. Dalam jangka waktu tersebut, ada yang melakukan puasa sekian hari, tidak berpuasa hanya diam diri bahkan ada yang seperti piknik dengan segala perbekalan yang lengkap. Hampir semuanya seragam tujuannya yaitu ingin mendapatkan kesejatian ilmu diri (mengenal siapa diri secara hakiki).

Mungkin banyak orang yang merasa aneh dan mencibir tujuan mereka berdiam diri tersebut. Bagi saya itu sah-sah saja dalam pencarian ilmu di dunia. Saya tidak mau berkomentar banyak karena takut salah ucap atau menimbulkan ketersinggungan orang yang mempercayainya. Ya namanya mencari ilmu bisa melalui apa saja, dimana saja, siapa saja atau bagaimana saja.

Pada uraian tersebut saya anggap selesai. Tetapi ada yang masih mengganjal di hati ini ketika mereka mengatakan apa yang dilakukan itu adalah bagian dari mengasah ilmu. Nah ini yang menjadi pertanyaan saya kepada Uyut.

Benar saja, ada satu kasus menarik ketika kami ke Sanghyang Sirah terakhir. Kami bertemu dengan seorang pemuda yang sudah 3 bulan berdiam diri di Sanghyang Sirah. Kata pemuda itu, sebelum ke Sanghyang Sirah dia sudah berjalan sampai ke Aceh dari kampung halamannya di suatu daerah di Jawa Timur. Jadi dari Aceh balik lagi ke kampungnya tetapi sebelum pulang harus mampir dan berdiam diri di Sanghyang Sirah.

Kalau melihat penampilan pemuda tersebut, tampak tidak ada kesan penampilan seperti orang yang sedang mengelana jauh. Akhirnya Uyut bertanya kepada pemuda tersebut.

" Sudah berapa lama kamu di Sanghyang Sirah ? " tanya Uyut.

" Sudah 3 bulan Pak " jawab pemuda tersebut.

" Oh gitu, terus selama 3 bulan di Sanghyang Sirah. Sudah dapat apa ? "

" Belum dapat apa-apa Pak kecuali ketemu makhluk gaib pada saat puasa Ramadhan kemarin "

" Makhluk gaib ? Seperti apa bentuknya ? "

" Kalau bapak pernah menonton Mak Lampir. Nah seperti Gerandong. Tinggi besar, mata merah, mukanya hijau, raksasa dan menakutkan "
 
" Terus Grandong itu bicara sesuatu nggak kepada kamu ? "

" Tidak Pak, hanya menampakkan wujudnya saja "

" Ohhhh gitu ya ya ya ya "

' Bapak bertanya ada apa ya "

" Ah tidak saya hanya ingin tahu saja. Mengapa orang mau berdiam diri di sini sampai berbulan-bulan... hehehehe "

" Terus memangnya ada yang slah Pak "

" Oh tidak tidak ada yang salah. Semua khan tergantung niatnya dan apa yang diperintahkan gurunya ? "

" Ya saya menjalankan semua ini karena perintah guru saya "

" Benar perintah guru kamu ? Apa sudah dapat restu dari orang tua atau istri kamu kalau kamu sudah berkeluarga. Pengorbanannya luar biasa lho mas "

Pemuda tersebut langsung terdiam. Kemudian Uyut kembali bertanya,

" Apa tujuan kamu melakukan semua ini ? "

" Mencari dan mengasah ilmu kesejatian "

" Oh gitu. Tetapi mengapa harus berdiam diri ? "

" Khan namanya mendapatkan ilmu beginian sebaiknya di tempat yang sepi dan keramat seperti di sini "

" Hehehehe apa benar harus seperti itu ? Yang namanya mencari ilmu bisa dimana saja Mas. Apalagi berhubungan dengan ilmu yang sejati. Ilmu yang sejati harus seiring dan dan sejalan dengan pengamalan. Bukan hanya ilmu saja tetapi amalnya juga dijalankan. Nah itu yang dinamakan dengan Laku Lampah "

" Ohhh begitu Pak. Terus.... "

" Ehhh malah terus lagi hahaha... Kamu khan masih statusnya manusia dan secara sunatullah harus berinteraksi dengan manusia khan ? "

" Betul Pak eh Yut " pemuda tersebut merubah panggilannya dari bapak menjadi Uyut.

" Betul tapi kok kamu inginnya berinteraksi dengan makhluk yang tidak kelihatan seperti Grandong hahahaha. Yang namanya Guru Sejati sudah ada dalam diri setiap manusia dan tergantung bagaimana manusia mempelajari dan mau mengolahnya saja. Satu lagi jauhkan dari pikiran sesat. Wong kita ingin mengetahui diri sendiri dan ini dengan sendirinya berhubungan erat dengan Yang Menciptakan Diri Manusia. "

" Berarti apa yang saya lakukan ini slah Yut "

" Uyut tidak tahu apakah itu salah atau benar. Tanyakan kepada guru yang memerintahkan kamu. Apakah gurumu sudah menjalankan hal ini atau belum. hehehe "
" Terus bagaimana sebaiknya Yut "

" Sebaiknya .... hmmmm tanya ama yang lagi tidur itu " Uyut menunjuk cucunya yang berbadan tambun dan sedang rebahan di dalam mushola di Sanghyang Sirah.

" Mas mas mas saya mau tanya " pemuda itu rupanya mendekati orang yang ditunjuk Uyut.

" Ehhh ada apa ya Mas " tanya orang yang ditunjuk Uyut tersebut.

" Maaf mengganggu istirahat Mas. Saya disuruh oleh Uyut Mas "

" Tanya tentang apa ya ? "

" Uyut bilang kalau ingin tahu caranya mengasah dan mencari ilmu serta mengetahui guru yang sejati maka saya harus bertanya kepada Mas "

Orang yang ditunjuk Uyut tersebut memalingkan muka ke Uyut dan menjawabnya setelah mendapatkan kode untuk menjawab.

" Bagaimana Mas ? "

" Ohhh itu tho. Tetapi benar Mas mau ngejalaninya. Berat lho Mas "

" Wah sudah kepalang tanggung Mas. Mumpung saya kenal dengan Uyut dan belum pulang kampung. Pokoknya saya siap "

" Benar ya kalau kamu sudah bilang siap maka harus siap menjalankannya dengan segala resikonya. "

" Siap Mas. Terus bagaimana ? "

" Wokeh caranya Jadi Gelandangan 100 hari. Mau nggak ? "

" Gelandangan 100 hari hmmmm. Bolehlah saya coba !!! "

" Jangan coba Mas. Ini harus dijalankan dengan serius. Pokoknya lahir batin lah "

" Siap Mas Siap saya menjalankannya. Bagaimana Mas ? "

" Hehehehe benar-benar nekad kamu ya. Caranya adalah kamu baca tulisan ini, ini dan ini. Wokeh ! Jalankan dan Uyut yang akan membimbing kamu. Sanggup ??? "

Pemuda itupun terdiam dan berpikir kembali

" Tolong dipikirkan kembali. Dan jangan kaget kamu akan mengalami seperti ini "

unic77.blogspot.com

Kemudian Uyut dan rombongan meninggalkan pemuda tersebut sambil menyerahkan sepucuk kertas. Saya tidak tahu apa isi yang tertulis di kertas tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar