Kamis, 16 Desember 2010

Apakah Berbakti Atau Anak Sholeh ?

Beberapa hari ini saya tanpa sengaja selalu menemukan sekumpulan orang yang berdiskusi tentang kesholehan seorang anak terhadap orang tuanya. Ada satu yang menarik dari kata sholeh tersebut dan ini berkaitan erat dengan kata BAKTI atau ber BAKTI.

Sebetulnya apa sih yang ditinggalkan oleh manusia kelak pada akhir hayatnya nanti ? Banyak orang mengatakan ada 3 hal yaitu Ilmu, Amal dan Anak Sholeh. Dari tiga hal itulah, saya berusaha untuk berpikir dan mencari jawaban yang sederhana untuk meyakinkan diri kalau memang itulah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT.

Mengapa ? Karena ini berkaitan erat dengan pengalaman pribadi dan orang lain. Banyak teman yang mengatakan demikian setelah tahu kondisi saya saat ini, " Kamu memang anak sholeh, Cech. Karena mau menjaga, merawat, dan berkorban segalanya demi orang tuamu yang sudah mulai lanjut usia dan sakit-sakitan "

Saya hanya bisa tersenyum tetapi bertanya-tanya apakah benar saya ini adalah anak yang sholeh. Tanpa sengaja setelah mendengar beberapa diskusi yang telah disebut di awal tulisan ini maka cap anak sholeh masih menjadi tanda tanya (?) bagi diri saya walaupun tidak mutlak kesimpulannya tetapi hal tersebut masih perlu dibuktikan kelak pada saatnya nanti.

Kapan waktunya ? Kembali beberapa orang teman bertanya. Nanti ketika saya dalam kondisi yang sama dengan orang tua saya saat ini dimana dalam usia lanjut usia, sakit-sakitan dan tak punya daya upaya lagi. Apakah anak saya kelak mau menjaga, merawat, memperhatikan dan mengorbankan segalanya demi saya dan istri kelak. Dalam satu syarat mutlak yaitu keikhlasan seorang anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Apabila itu terjadi barulah bisa dikatakan kalau saya termasuk ke dalam ANAK YANG SHOLEH. 

Lho kok begitu kesimpulannya ? Ya memang begitu, karena saat ini saya belum punya anak dan masih mampu untuk menjaga, merawat dan menjaga orang tua yang sakit maka tahapan saya saat ini masih dinamakan Berbakti kepada Orang tua.

Kesholehan itu akan terwujud dan jelas hakekatnya ketika anak saya mau melakukan hal yang sama seperti apa yang saya lakukan terhadap orang tua saya saat ini. Nah disitulah cap kesholehan seorang anak diberikan karena dengan ilmu yang dimiliki maka saya dapat mengamalkannya sehingga menjadi contoh kepada anak-anak saya untuk beramal baik kepada siapapun terutama orang tuanya sendiri. Disitulah keberhasilan saya sebagai orang tua untuk menjadi teladan bagi anak-anak. Barulah cap anak sholeh diberikan kepada saya dan cap berbakti diberikan kepada anak saya. Hal ini terus menerus berkesinambungan layaknya memindahkan tongkat estafet kehidupan ilahi dari satu generasi ke generasi berikutnya sampai akhir jaman.

imamrm.wordpress.com


Ya Allah muluskanlah estafet kehidupan keilahianMu pada anak cucu saya sampai akhir jaman.

Kamis, 25 November 2010

Sebagai Muslim Maka Saya Merayakan Tahun Baru Islam 1432 H

Tanpa terasa beberapa hari lagi, umat Islam di seluruh dunia akan memperingati dan merayakan Tahun Baru Islam 1432 Hijriah. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, bagi saya dan Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran di Sumedang, Tahun Baru Islam yang lebih dikenal dengan 1 Suro mempunyai arti tersendiri.


Hari Raya tersebut bukan hanya sekedar merayakan dengan suka cita tetapi mengandung makna yang luas. Karena pada hari tersebut, setiap tahun kami memperingatinya dengan khusu' dan mempunyai nilai budaya yang khas terutama budaya Sunda (budaya karuhun). Pada malam hari menjelang pergantian tahun Islam, kami berkumpul di padepokan dengan kegiatan melakukan doa bersama (tawasulan) kepada Allah SWT, Rasululllah, dan para karuhun.


Pada keesokan paginya, kami melakukan ziarah ke beberapa makam karuhun yang ada di sekitaran Sumedang dan beberapa daerah di Jawa Barat. Ziarah ke makam karuhun diawali dengan ziarah ke makam Prabu Tajimalela di Gunung Masigit. Seperti diketahui Prabu Tajimalela adalah sosok yang mendirikan Kerajaan Galeuh Pakuan atau orang mengenalnya dengan nama Kerajaan Tembong Agung di Sumedang.


Setelah melakukan ziarah, dilanjutkan dengan acara seni budaya Sunda dan dibunyikannya Gong Renteng Kabuyutan (Pusaka Leluhur Kerajaan Sumedang Larang) yang terkenal dengan kesakralannya dan tidak setiap tahun dibunyikan.


Sebelum saya mengulas tentang apa itu Tahun Baru Islam menurut budaya Sunda, maka saya ingin sedikit memberikan suatu ilustrasi cerita dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan Tahun Baru Islam. Saya menamai 5 waktu kesempatan dalam naungan Rukun Islam sehingga sudah sepantasnya seluruh umat Islam di dunia menyambut datangnya Tahun Baru Islam.


Kesempatan Pertama

" Jang, kalau mau menjadi umat Islam yang baik maka sebaiknya Ujang hafal dan mengerti ucapan dua kalimat syahadat yaitu Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul "

" Ohhhh gitu ya Pak " ujar Ujang menanggapi perkataan Pak Dahlan, seorang pria berumur 40 tahunan yang terkenal dengan rajin menjalankan sholat baik wajib maupun sunah.

" Ya harus gitu dong. Jangan asal ucap tanpa tahu apa maknanya "

Tiba-tiba terdengar suara dari telpon genggam Pak Dahlan.

" OK, Bro. Saya akan siapkan tempatnya dan jangan lupa undang teman-teman pada acara tahun baru " jawab Pak Dahlan.

" Saya dengar Pak Dahlan menyebut tahun baru. Tahun Baru apa Pak ? "

" Masak sich kamu tidak tahu. Itu lho Tahun Baru menjelang akhir tahun. Sudah menjadi tradisi bersama teman-teman kumpul dan pesta di sebuah kafe sambil menghitung detik-detik waktu memasuki tahun yang baru. "

" Ohh gitu ya !!! "

" Lha kamu tahun baru mau kemana, jang ? Apakah kamu dan teman-teman mengadakan acara bersama-sama ? "

" Hehehe tidak Pak, karena itu bukan tahun baru saya yang telah secara aklamasi mengucapkan Syahadat Tauhid dan Syahadat Muhammad. "

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kesempatan Kedua

" Jang, saya perhatikan kamu jarang sekali kelihatan shalatnya "

" Aduh mas perhatian sekali dengan saya "

" Iyalah sebagai sesama umat Islam, kita harus saling mengingatkan apalagi shalat itu khan tiangnya agama kita, Jang "

" Hmm hehehe iya sich "

" Kok malah tertawa. Sudah shalat Maghrib atau belum ? "

Beberapa saat kemudian datanglah seorang anak muda.

" Lagi ngapain nih pada kumpul di sini. Daripada bengong mending kita omongi rencana kita pada acara malam tahun baru. Bagaimana kalau kita keliling kota dengan konvoi sambil membawa beduk. Terus kita kumpul deh di Ancol. Khan seru, kumpul ramai-ramai sambil mendengarkan konser musik dan diiringi kembang api "

" Itu acara apa ya. Kok harus keliling kota dan kumpul di Ancol sampai malam bahkan subuh ? "

" Masa kamu tidak tahu Jang. Itu lho menyambut malam pergantian tahun. "

" Tahun Baru Masehi ? "

" Iya memangnya Tahun Baru apa ? "

" Kirain tahun baru yang memperingati kejadian sejarah perjalanan Rasulullah dalam menjalankan syiar agama dengan melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. "

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kesempatan Ketiga

" Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah selayaknya kita melakukan puasa di bulan Ramadhan dan beberapa puasa sunnah dalam Islam terutama puasa senin-kamis. Jangan seperti kamu, Jang. Tidak pernah puasa senin-kamis. "

" Iya nih, saya memang bukan termasuk umat Muhammad SAW yang baik. Masalahnya saya tidak kuat hahahaha "

" Dasarrrrrr !!!!! "

Datanglah seorang wanita muda dan tampak sekali kalau wanita tersebut dekat dengan pemuda yang bicara dengan Ujang.

" Yang, bagaimana besok ? Apa nich acaranya untuk kita berdua pada malam tahun baru ? "

" Apa ya, bagaimana kalau kita nongkrong di kafe di Mall GI. Saya dengar ada acara bagi-bagi hadiah menyambut malam Tahun Baru "

" Jang, kamu ikut nggak ? "

" Nggak ahhh, takut ganggu kalian "

" Nggak apa-apa. Siapa tahu kamu di sana bertemu pasangan yang cocok. "

" Terima kasih. Lagipula saya nggak pernah dan nggak akan merayakan malam Tahun Baru tersebut. "

" Lha emangnya kamu merayakan Tahun Baru apa ? "

" Tahun Baru yang mengingatkan saya akan perjuangan Nabi Terakhir dalam menyebarkan agama yang saya anut yaitu Islam beserta ibadah yang dijalankannya pada hari Senin dan Kamis. "

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kesempatan Keempat

" Senang sekali saya melihat kamu sukses "

" Yaaa ini berkat kerja keras dan rajin membayar zakat, Jang "

" Bayar zakat ? "

" Iya lah. Tahu ga kamu kalau kita sering membayar zakat maka secara tidak langsung kita telah membersihkan harta yang bukan haq. "

" Ohh gitu. Hebat kamu, Boy !!! Pantesan saja kamu bisa jadi eksekutif muda "

" Hehehe kamu aja yang malas bekerja "

Suara telpon berdering.

" Halo, Ok, gue setuju-setuju aja kalau malam tahun baru kita nongkrong di Pantai Phuket. Suasananya romantis lho apalagi kalau ada ceweknya hahahaha... Jadi kapan kita berangkatnya "

" Boy, elo mau pergi ke luar negeri ya ?! Hebat euy "

" Biasalah acara tahunan bersama para eksekutif muda. Itu lho tahun baruan "

" Jauh banget tahun baruan harus ke sana "

" Sudah tradisi. Nah elo tahun baruan mau merayakan dimana ? "

" Gue ga tahun baruan karena gue udah tahun baruan sebelumnya "

" Lha Tahun Baru apaan tuh Jang "

" Tahun Baru untuk memperingati junjungan Nabi Besar dalam menyebarkan ajaran Islam. Salah satunya ibadah zakat. Sederhana sih hanya buat nasi tumpeng atau kalau ada rejeki potong kambing atau sapi. Kemudian setelah berdoa mengucapkan puji syukur, kami bersama-sama menyantap hidangan nasi tumpeng yang berisi lauk pauk seperti telur, ayam atau kambing atau sapi. "

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kesempatan Kelima

" Jang, ane ingatin ya. Elo khan sudah lama belajar baca Qur'an, masak bacanya begitu. Hancur lebur, ga berirama, dan ga masuk di hatiiii "

" Maafkan saya Pak Haji "

" Elo harus belajar dari Iqro-iqroan lagi. Kalau perlu dari awal "

" Baik, Pak Haji. Kalau begitu saya pamit dulu mau pulang "

" Oke, tapi jangan lupa ya nanti sore elo bantu remaja di sini buat layar di lapangan bola. "

" Lah emangnya ada acara apa Pak Haji ? "

" Masak elo nggak tahu. Entar malam khan malam tahun baru. KIta sekampung mau mengadakan nonton bersama sambil makan-makan dan ngopi bareng, Jang. Apa elo nggak tahu atau lupa ? "

" Nggak sih Pak Haji. Masalahnya saya sudah Tahun Baru sebelumnya ? "

" Lha emangnya elo tahun baru apa ? Perasaan gue malam tahun baru ya Tahun Baru Masehi 1 Januari "

" Heheheehe bagaimana sih Pak Haji ? Khan ada Tahun Baru Islam 1 Muharam. Kemarin saya bersama teman-teman padepokan mengadakan acara tadarusan dan tawasulan pada malam Tahun Baru Islam. "

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

tahun baru hijriah (moes.blog.uns.ac.id)


Kemudian Ujang menjelaskan demikian kepada para saudara sebangsa dan seagama :

" Sebagai orang keturunan Muslim, setiap tahun saya selalu merayakan acara Tahun Baru Islam 1432 H atau lebih dikenal dengan Suroan. Lho kok keturunan muslim sich. Khan saya lahir ke dunia sudah dianggap muslim karena Bapak-Ibu saya beragama Islam. Jadi bisa dikatakan keturunan Muslim yang masih memegang ajaran orang tua-orang tua jaman dulu yang selalu merayakan Suroan (1 Muharram) tiap tahunnya. Lagipula memang inilah tahun baru Islam yang sudah seharusnya dirayakan. "

Selasa, 09 November 2010

Kembali Ke Khitah

hoaaam.blogspot.com



" Ingat ya Cech !!! Hati-hati, jeli dan teliti "

Itulah salah satu kalimat yang diucapkan oleh Eyang Sukma Nur Rasa sebagai pengingat kepada diri saya. Sudah hampir 8 tahun beliau meninggal dunia tetapi kalimat tersebut selalu saya ingat. Tetapi tetap saja namanya manusia, ungkapan " hati-hati, jeli dan teliti " selalu saja terlupakan. Mengapa hal itu bisa terjadi ???

Setelah 8 tahun, ternyata ungkapan tersebut terngiang kembali di telinga saya setelah mengalami beberapa peristiwa yang kurang mengenakkan. Saya menyadari apa yang saya lakukan ternyata banyak salahnya. Mulai dari nilai kebaikan yang tulus kepada orang sampai nafsu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Sungguh sia-sia semua yang telah diajarkan Eyang Sukma Nur Rasa selama ini. Itulah yang saya rasakan saat ini. Semuanya serba salah dan membuat saya malu terhadap diri sendiri tetapi semuanya sudah terjadi. Saatnya untuk berubah menjadi lebih baik. Salah satu caranya adalah kembali kepada khitah yang telah dilontarkan beliau yaitu " Hati-hati, Jeli dan Teliti " 

Memang selama 4 tahun ini terasa berat beban yang saya pikul. Semuanya mengarah kepada saya tetapi apa mau dikata karena semuanya menjadi amanah yang harus saya pikul. Apalagi amanah dari seorang Ayah kepada anaknya maka itu sudah menjadi tanggung jawab dan tidak dapat ditolak.

Ya kembali lagi masalah kematangan sikap dan pebuatan. Ternyata saya harus banyak belajar lagi. Apa yang saya alami selama ini akan menjadi sebuah perenungan yang baik untuk masa yang akan datang.

Bodohkah ? Keledaikah ? Naifkah ? Munafikkah ? Saya tidak bisa menjawabnya. Tetapi ada satu yang bisa dikupas dari ungkapan Eyang. Hati-hati bisa saja dimaknai bukan hanya sekedar waspada tetapi lebih kepada penggunaan hati sebelum bertindak atau berbuat. Apalagi kata hatinya ada 2 kata, yang berarti bicaralah dengan hati secara terus menerus sebelum mengambil keputusan dan bertindak.

Selanjutnya Jeli, layaknya produk jeli yang bentuknya kenyal, lembut, dan meringankan perut. Jadi jeli bisa dimaknai dengan bersikaplah seperti layaknya jeli dalam pergaulan sehari-hari dan bukan hanya awas dan cerdas dalam mengamati sesuatu hal. Kenyal dalam bergaul, lembut dalam bertutur kata dan membuat ringan semua permasalahan yang dihadapi. Itulah pengertian jeli dalam perenungan malam ini.

Kemudian teliti, pengertiannya selalu berhubungan dengan akal pikir. Akal pikir disini berkaitan dengan masalah komunikasi (mengingatkan saya akan kata TELIT). Memang selama ini komunikasi yang dijalankan belumlah sempurna karena keterbatasan diri untuk bicara tentang banyak hal. Tetapi saya memaknai komunikasi sebagai penyampaian suatu haruslah diolah terlebih dahulu dengan akal pikir yang sejalan dengan hati supaya tidak menimbulkan persepsi yang salah. Selain itu semua organ tubuh harus difungsikan untuk menjalankan apa yang dinamakan teliti.

Jadi dari ungkapan "hati-hati, jeli dan teliti" yang sebenarnya satu kesatuan maka dapat disimpulkan mirip dengan pesan Eyang Sukma Nur Rasa dulu sekali yaitu sampai kepada orang lain apa yang kamu ketahui dari A sampai Z apabila kamu sudah mengupasnya walaupun baru secuil dan jangan disembunyikan. Dan diamlah kamu apabila kamu tidak mengerti apa-apa karena itu lebih baik layaknya seorang penonton sepak bola yang bersikap baik dalam menonton sebuah pertandingan sepak bola tanpa harus berteriak-teriak dan berkomentar tanpa juntrungan yang jelas.

Untuk itu saya hanya meminta maklum kalau mulai malam ini disaksikan oleh yang menyaksikan tulisan ini maka saya akan menjalankan ungkapan "hati-hati, jeli dan teliti" dengan sebaik-baiknya. Maafkan saya kalau ada perubahan sikap dan perbuatan yang lebih berbeda dari biasanya. karena bagi saya itulah hal yang terbaik untuk masa depan saya.

Sebagai rasa syukur dan mengingat nasehat orang tua maka saya hanya ingin mendoakan Eyang Sukma Nur Rasa dengan ucapan Al Fatihah.

" Usholi ala sukmana rasana Syekh Sukma Nur Rasa... Al Fatihah "

Rabu, 03 November 2010

" Pantaskah Anda Disebut Laki-laki ? "



Beberapa hari terakhir ini pikiran saya terganggu oleh sebuah ungkapan "selama janur kuning belum melambai dan bendera kuning belum berkibar, segalanya adil dalam perang dan cinta... ". Terus apanya yang salah dengan ungkapan tersebut. Memang sekilas tidak ada yang salah terutama berkaitan dengan percintaan. Tetapi pertanyaannya adalah dalam situasi dan kondisi yang bagaimana ? Apabila seorang wanita yang sudah mempunyai pasangan baik pacar maupun suami menolak cinta dengan tegas seorang pria yang berusaha mendekatinya maka apakah masih pantas dan berlaku ungkapan di atas.

Memang yang namanya jodoh itu ada di tangan Yang Maha Kuasa. Tetapi apakah lantas seorang pria bisa mengabaikan sebuah nilai yang namanya kepantasan ??? Ya kepantasan !!! Sebuah nilai yang tidak tertulis dan berlaku di tengah masyarakat. 

Nah nilai kepantasan inilah yang saat ini banyak dilupakan atau sengaja dilupakan oleh orang demi sebuah nafsu ingin memiliki tanpa pernah mau mempertimbangkannya terlebih dahulu.  Memang dalam dunia percintaan siapapun punya hak untuk mencintai dan menyayangi seorang wanita. Tetapi semuanya harus melihat dan menyadari dimana posisinya yang sebenarnya. Kalau semuanya dipaksakan apakah ini yang dinamakan bentuk kasih sayang dengan mengatasnamakan jodoh di tangan Tuhan. Terlalu naif dan dangkal cara berpikirnya.

Bagaimana kalau situasinya dibalik. Sebagai seorang pria yang telah memiliki pasangan cintanya tetapi melihat pasangannya didekati atau diganggu oleh pria lain, apakah dia masih mau menerima ungkapan di atas. Pasti jawabannya adalah TIDAK dan cenderung akan marah karena tidak terima perbuatan pria tersebut. Untuk itulah dibutuhkan empati  sebelum bersimpati dalam mencintai seorang wanita dan tidak main terabas saja. Inilah yang dinamakan Nilai Kepantasan berlaku secara universal. 

Banyak orang yang mengatakan semuanya tergantung kepada sikap wanitanya. Benar !!! Tetapi harus diingat di dunia ini berlaku hukum sebab akibat. Tidak akan ada akibat kalau tidak ada sebab. Tidak akan ada makan  kalau tidak ada lapar. Tidak akan ada minum kalau tidak haus. Dan tidak akan ada manusia kalau tidak ada Tuhan. Ingat dan camkan kalau perlu direnungkan kembali sehala tindak tanduk kita. Maka itu tidaklah heran ditengah masyarakat masig percaya dengan yang namanya Hukum Karma.  Berbeda kalau seorang wanita berstatus lajang alias single barulah ungkapan di atas berlaku. 

Ada satu perumpamaan yang bisa dijadikan contoh. Misalkan kita mempunyai sebuah tanah. Secara de facto milik kita tetapi secara de jure belum milik kita karena belum ada surat kepemilikan resmi dari pihak yang berwenang. Bagaimana sikap kita seandainya ada pihak lain yang sedikit demi sedikit mencaplok (maaf terlalu kasar) atau mengambil tanah yang kita miliki ? Sudah pasti kita akan mengusirnya dan apabila masih nakal atau ngeyel maka mau tidak mau kita akan melakukan tindakan tegas dengan melapor kepada pihak berwajib karena telah terjadi pencaplokan milik pribadi. 

Nah itulah analogi yang hampir mirip dengan kasus percintaan. Memang secara resmi pasangan wanita kita belum menjadi pasangan resmi karena belum adanya ijab qobul tetapi secara fakta pasangan wanita kita telah menunjukkan sikapnya kalau dia sudah menjadi pasangan tidak resmi. Apalagi pasangan wanita kita telah menyatakan penolakan dengan tegas cinta pria lain yang ingin memilikinya. Jadi masih pantaskah pria yang ditolak cintanya menyatakan kalau dia punya hak untuk mengatur dan mengajak wanita yang menolaknya untuk selingkuh atau main belakang??? Jawabannya adalah pria tersebut termasuk golongan pria pengecut dan munafik. 

Pertanyaannya adalah apakah pria tersebut masih layak disebut pria sejati ? Silakan menjawab sendiri dengan versi masing-masing tetapi harus ingat akan adanya hukum kausa prima dan hukum ruang dan waktu. Dan alam semesta yang akan menilainya dan menghukumnya secara otomatis. 

Jangan salahkan siapa-siapa tetapi salahkan siapa saja yang mulai "bermain api" terutama "Api Asmara "

Link yang terkait :

” Tidak Artinya Tidak “. Mengapa Beberapa Pria Masih Tidak Mengerti ?

Selasa, 02 November 2010

Lepaskan Rasa

Hujan turun mencurahkan semuanya. Bersorak sorai tumbuhan dan hewan. Mereka telah lama menanti datangnya kucuran air dari langit. Cukup sudah kesengsaraan dalam kekeringan rasa, Beberapa ada yang menikmati dan yang lainnya bersyukur. Pupus sudah sumpah serapah yang diteriakkan. Semuanya bahagia dan malu untuk mengenang apa yang dikecamnya.

Di tempat yang lain. sekelompok anak muda berkumpul di emperan toko. Berbagai perasaan dikeluarkan. Sementara air tidak berhenti dalam waktu sekejap. Daerah pegunungan yang makin dingin dengan turunnya berkah dari langit tersebut.

" Gareng, kelihatannya kau tenang sekali "ujar anak muda sebelah kirinya.

" Iya kuperhatikan dari tadi kau menikmati cuaca hari ini " celoteh anak muda sebelah kanannya.

" Padahal aku tahu kamu seringkali masuk angin kalau berada di dalam ruangan AC " kata anak muda di sebelah belakang Gareng.

" Ahhhh, kalian tak tahu saja kalau Gareng sebentar lagi mukanya pucat tidak kuat menahan cuaca dingin dan hujan ini " teriak anak muda di sebelah depan Gareng.

Gareng hanya tersenyum dan memperhatikan lingkungan sekitarnya.

" Reng... reng kenapa kau diam saja. Jangan-jangan kau sakit. Bikin repot saja " sahut teman-temannya.

" Terima kasih atas perhatian kalian berempat. Aku tidak sakit dan tidak apa-apa kok " ucap Gareng dengan nada kalem.

" Benar nich. Tapi aku heran kenapa kau tenang saja. Sementara kami berempat menggigil dan menahan cuaca dingin yang menusuk tulang kami. " tanya anak muda sebelah depannya.

" Tahukah ? Mengapa aku biasa-biasa saja dan menikmati suasana hujan hari ini ? "

" Apa itu Reng ? " tanya anak muda di sebelah kanannya.

" Aku sedang menemui Cinta dan melepaskan Rasa "

Keempatnya saling berpandangan dalam kebingungan.

" Sudahlah jangan begitu tatapan kalian kepadaku. Lihat tumbuhan di sudut sana dan hewan yang ada di kandang itu. Mereka menikmati suasana hari ini karena mereka sedang menemui Cinta dan melepaskan Rasa mereka. Sama seperti aku yang sedang menemui pemberian Kekasihku dengan cara melepaskan rasa Kemanusiaanku. Kalau tidak begitu aku akan seperti kalian. Kedinginan, kegelisahan, ketidak nyamanan, kegalauan dan sebagainya. Karena air yang mengucur hari ini adalah ciptaan Kekasihku yang harus aku syukuri "

www.greenprophet.com



Tak lama kemudian air hujan berhenti dengan ditandai datangnya pelangi. Indahnya.

Meminta Berarti Membutuhkan ?

m4rdi4nto.wordpress.com


Bulan Desember 6 tahun yang lalu,

Sudah seminggu lamanya seorang pemuda bernama Andi menginap di rumah Pak Hadi. Tanpa diduga banyak kejadian aneh yang membuatnya berpikir dan mencari tahu hikmahnya. Walaupun pada awalnya Andi hanya ingin plesiran saja untuk melepaskan kepenatan pikiran dari aktivitas kerja yang menjemukan.

Setiap menjelang sore Pak Hadi selalu mempunyai kebiasaan berleha-leha di bale-bale bambu di beranda rumahnya. Sambil menikmati hembusan angin, Pak Hadi selalu melakukan obrolan ringan sampai berat. Tanpa terasa 1 jam sudah Pak Hadi berbicara dengan Andi. Tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh kedatangan seorang pria setengah baya dengan penampilan seperti seorang guru dengan membawa tas hitam yang selalu ditenteng kemana-mana.

" Assalamualaikum, Pak " sahut pria setengah baya tersebut.

" Wa alaikumussalam. " jawab Pak Hadi dan Andi.

" Bolehkah saya minta sesuatu dengan bapak-bapak ? "

" Hmm minta apa ya ? " tanya Andi.

" Saya mau meminta uang, Pak . Sudah seminggu ini saya dan keluarga tidak makan "

Andi sempat terkesima dan baru saja ingin menjawab tiba-tiba Pak Hadi memberikan kode kepada Andi untuk mengeluarkan dompetnya. Melihat hal tersebut Andi segera mengeluarkan satu lembar uang Ro 20.000,- (setelah Pak Hadi mengiyakan nilai uang tersebut).

" Hanya ini yang bisa saya bantu, Pak " ujar Andi.

" Alhamdulillah. Semoga amal ibadah adik diterima oleh Allah SWT "

" Amin..... "

Pria setengah baya segera meninggalkan mereka berdua. Setelah itu terjadilah dialog antara Pak Hadi dengan Andi.

" Bapak, orangnya baik sekali ya " ujar Andi.

" Maksud kamu ? " tanya Pak Hadi.

" Iya tanpa berpikir panjang, Bapak langsung memberikan uang kepada orang yang meminta-minta padahal baru kenal. Apakah bapak tidak berpikir kalau pria tersebut tidak pantas meminta-minta. Khan penampilan fisiknya masih sehat. "

" hehehe ohhh itu yang kamu maksud. Ini mah belum seberapa. Nanti lihat saja apa yang akan terjadi kemudian "

" Nanti ? Kapan ? "

Pak Hadi hanya diam dan haripun mulai gelap. Tinggal Andi yang masih penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Pak Hadi.

Hari kedua, seperti hari kemarin Pak Hadi dan Andi duduk-duduk di bale-bale. Baru saja mereka meminum kopi pahit, tiba-tiba datanglah seorang pria bertubuh tambun, kulit hitam, tinggi besar dan mempunyai suara yang keras.

" Assalamualaikum "

" Wa alaikumussalam "

" Maaf mengganggu bapak-bapak. "

" Oh tidak apa-apa Pak. Ada apa ya ? "

" Begini saya mau meminta uang atau apalah dari bapak-bapak. Saya pengangguran dan sudah beberapa hari ini tidak makan dan merokok "

Mata Andi langsung terbelalak mendengar ucapan pria tambun tersebut.

" Apa tidak salah Pak ? Bapak khan .... "

" Andiii, sudah berikan saja. "

Segeralah Andi membuka dompetnya dan menyerah uang senilai Rp. 10.000.

" Terima kasih Pak. Semoga Tuhan memberikan keberkahan kepada bapak-bapak "

" Amin " jawab Pak Hadi. Sementara Andi hanya diam saja.

Sebelum Andi bertanya, Pak Hadi sudah memberikan kode dengan jari telunjuk agar jangan bertanya.

Tanpa terasa selama seminggu rumah Pak Hadi kedatangan orang-orang dengan berbagai penampilan dengan tujuan meminta-minta tetapi tetap saja Pak Hadi memberikan apa yang diminta walau disesuaikan dengan apa yang dimilki saat itu. Seperti pada hari ke- 7, Pak Hadi hanya menyerahkan sekantong beras.

Hal inilah yang membuat Andi bingung dengan sikap yang ditunjukkan oleh Pak Hadi.

" Di, tahukah hikmah yang terdapat dari peristiwa selama seminggu ini ? "

" Wah saya kurang tahu dan emang tidak tahu alias bingung saja dengan cara bapak memperlakukan para peminta tersebut. Padahal hampir sebagian besar dari mereka berpenampilan rapi, mempunyai fisik yang masih kuat, bersih dan kurang layaklah kalau mereka meminta-minta. Contohnya yang hari keenam itu lho Pak. Masa sih bapak masih memberikan uang kepada anak muda yang masih kelihatan gagah. Terus bapak hanya diam dan tidak memberikan nasehat kepadanya. "

" Iya ya berarti saya salah kaprah ya Di "

" Bukan itu maksud saya. Bapak kurang tepat memberikan shadaqah kepada orang yang tidak sepantasnya diberikan. "

" Oh gitu ya. Tapi khan mereka sedang membutuhkan sekali bantuan. "

" Benar tapi bukan begitu caranya "

" Caranya ? "

" Pertama, menasehati mereka kalau cara yang mereka lakukan kurang benar. Tetap yang namanya tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Kedua carikanlah pekerjaan atau informasi pekerjaan kepada mereka "

" Terus... "

" Terus apa ya hehehe Ya pokoknya mereka jangan sampai melakukan hal tersebut. Sungguh memalukan. Kecuali memang sudah kepepet seperti kelaparan maka sudah kewajiban kita untuk membantunya. "

" Setelah itu ... "

" Mereka harus ikhtiar dong. Masak harus kita melulu yang mempunyai inisiatif. "

" Betul dan pintar kamu, Di hehehehe "

" Ahh bapak ngeledek aja hehehehe "

" Apakah kamu tidak merasa aneh dengan kedatangan orang-orang tersebut terlepas dengan nilai-nilai kepantasan orang untuk meminta-minta "

" Hmm iya ya saya baru sadar Pak. Kok justru orang-orang tersebut yang datang ke tempat Bapak. Setiap hari lagi. Ada apa ya Pak ? "

" Saya kurang tahu tapi sepertinya Allah sedang memberikan petunjuk kepada kita kalau akan datang suatu peristiwa dimana tidak hanya orang miskin saja yang menjadi pengemis tapi semua orang bahkan yang kaya sekalipun akan meminta-minta "

" Peristiwa apa ya Pak ? Jadi merinding saya mendengarnya. "

" Intinya, kita tidak boleh berprasangka buruk dan selalu berpikiran positif kalau ada orang memohon pertolongan kita. Tandanya orang tersebut memang benar-benar membutuhkan. Dan tidak mudah menyamakan semuanya. Bisa saja si kaya meminta-minta kepada kita pada saat jatuh usahanya. Namanya juga dunia yang selalu berputar mengikuti apa yang diinginkan oleh makhluk-makhluk yang ada di dalamnya. "

" Benar juga omongan Bapak. Saya baru mengerti. Terima kasih asah iqronya Pak "

" Syukurlah kalau kamu sudah mengerti "

Tahukah apa yang terjadi keesokan harinya. Terdengarlah kabar tentang gempa dan tsunami ujung barat Sumatera yang meluluh lantahkan apa yang ada. Semuanya terhempas dan musnah dalam waktu singkat. Tidak ada lagi si Kaya dan Si Miskin. Semuanya sama.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Mbah Maridjan Dan Kapten Kapal Titanic

news.fajar.co.id


Kalau saja seorang teman tidak meminta saya untuk menulis tentang sosok dan kematian mbah Maridjan, mungkin saya enggan menulisnya. Bagi saya menulis tentang Mbah Maridjan akan menambah sesaknya tulisan yang bernada negatif. Saya menyadari dan memakluminya karena masih ada orang-orang yang berpikiran sempit dan tidak pernah mau tahu bahkan apatis terhadap apa yang dilakukan oleh beliau baik sosok, ritual, budaya dan kearifan lokal.

Semuanya mengatakan "katanya" tanpa pernah mau terjun langsung dan mempelajari apa saja yang dilakukan oleh beliau. Semuanya selalu mengandalkan rasionalitas modern yang terkukung oleh materialisme dan hedonisme. Padahal dari apa yang dilakukan oleh beliau banyak sekali kita mendapatkan wawasan berpikir tentang budaya dan jati diri. Tapi sudahlah tidak perlu diperdebatkan.

Dari apa yang saya lihat melalui berita televisi mengenai kematian beliau maka saya hanya bisa mengatakan itulah bentuk pengabdian seorang manusia terhadap pekerjaannya, lingkungan, budaya dan leluhur. Banyak orang yang mudah mencibir dengan segala apa yang dilakukan oleh beliau tapi tidak mau mengenal lebih dekat mengapa hal itu ada. Sebelum adanya agama maka budayalah yang menjadi aturan main yang harus ditaati oleh setiap individu pada jamannya. Untuk itu kita tidak boleh sembarangan menyalahkan peninggalan masa lalu dengan mengatas namakan agama. Kita ada karena nenek moyang. Kalau kita melecehkan peninggalan/budaya nenek moyang berarti melecehkan nenek moyang sendiri yang menciptakan dari hasil cipta, rasa dan karsa.

Posisi meninggal Mbah Maridjan dalam sujud seharusnya mengasah akal pikir mengenai hakekat sebuah kejadian. Sujud bisa diartikan tunduk dan taat terhadap sesuatu yang dihormati dan dijunjung tinggi kemuliannya. Sebagai juru kunci yang diangkat oleh sebuah kerajaan yang mempunyai sejarah panjang tentang menghargai kelestarian budaya nenek moyang maka apa yang dilakukan oleh Mbah Maridjan memberikan arti bahwa itulah bentuk loyalitas dan totalitas bersikap dan bertindak terhadap segala yang dihormati. Banyak macam hal yang bisa diartikan dengan posisi bersujudnya Mbah Marijan. Selain berkaitan dengan tugasnya sebagai juru kunci, hal ini bisa diartikan beliau bersujud kepada Sang Pencipta (Rubudiyah), Tempat Penciptaan atau Bumi (Mulkiyah) dan Manusia beserta lingkungannya (Uluhiyah).

Itulah mbah Maridjan yang tetap konsisten, komitment dan konsekuen dengan keberadaan dirinya di wilayah Gunung Merapi. Bukan hanya sekedar "Roso" tanpa makna seperti iklan beliau. Memang banyak yang menyayangkan Mbah Maridjan terkena virus modernitas yang sebetulnya hanya ingin memanfaatkan namanya demi sebuah materi yang bernama uang. Saya merasa yakin Mbah Maridjan mengetahui dirinya telah dimanfaatkan. Mungkin beliau berharap dengan makin mengenal sosoknya maka orang-orang yang cenderung skeptis terhadap hal-hal berbau mistis tertarik dan mau mempelajari apa itu yang namanya sebuah kearifan lokal tanpa harus sebentar-bentar mencap musyrik.

Bagaimana hubungannya dengan Kapten Kapal Titanic ? Saya yakin semua orang pernah menonton film "Titanic". Dari banyak kejadian pada saat kapal menabrak es dan dalam hitungan waktu kapal akan tenggelam. Terlihat sosok kapten kapal mementingkan keselamatan penumpang dan awaknya terlebih dahulu. Kapten kapal mengatakan kepada anak buahnya biarkan dirinya tenggelam bersama kapal yang dianggapnya sebagai bagian dari tubuhnya. Itulah yang dinamakan tanggung jawab seorang pemimpin. Pemimpin yang tampil paling depan pada saat kondisi genting dan berdiri paling akhir setelah semua yang dipimpinnya selamat.

Ada satu kemiripan atas apa yang dilakukan oleh Mbah Maridjan dan Kapten Kapal Titanic ? Pengabdian, loyalitas, totalitas, rasionalitas, moralitas dan tuntas dalam bersikap dan bertindak. Bagaimana dengan pemimpin negeri kita saat ini ? Silakan menjawabnya sendiri dengan tetap sadar apa kita masih pantas untuk menjawabnya.

Jumat, 15 Oktober 2010

Siksa Dan Anteupkeun

dok.cech

Terus terang setelah almarhum bapak, Uyut adalah salah satu orang yang membentuk karakter saya. Walaupun penampilannya sederhana dan cenderung slengean bahkan lebih sering tidak seriusnya. Tetapi dari gayanya tersebutlah maka tersembul simbol-simbol yang kemudian berguna bagi diri saya dalam menjalani hidup ini.

Siksa dan anteupkeun. Itulah dua kata yang selalu keluar dari mulut Uyut. Sekilas tampak sadis dan tega tetapi kalau kita mau merenungkan maka makna kedua kata tersebut mengandung arti yang luas dan nilai edukasinya. Sebagai manusia yang ingin mencari jati dirinya, kedua kata tersebut menjadi cambuk untuk menguatkan diri dan tahan terhadap segala badai yang datang menghampiri atau menghadang perjalanan hidup saya.

Dulu sewaktu saya belum mengenal Uyut lebih dalam, seringkali banyak pertanyaan yang timbul di kepala. Apakah orang ini benar ? Apakah orang ini waras ? Apakah orang ini bisa membawa saya menjadi orang baik dan benar ? Apakah orang ini mampu membantu saya untuk lebih mengenal diri ? Dan masih banyak pertanyaan dan kebanyakan nadanya adalah negative thinking.

Wajar dan sangat wajar kalau kita mengenalnya hanya di permukaan saja. Tetapi seiring perjalanan waktu, saya mulai mengerti apa yang beliau maksudkan dengan siksa dan anteupkeun. Untuk itu saya ingin menceritakan sedikit pengalaman diri selama melakukan perjalanan dengan beliau.

" Cech, karena kamu percaya kalau saya orang tua kamu maka mulai nanti malam kamu wirid di dalam kamar pusaka "

" Kamar pusaka, Yut ??? "

" Iya, memangnya kenapa ? "

" Nggak apa-apa Yut !!! " Padahal berdasarkan informasi dari orang lain, kamar pusaka terkenal dengan keangkerannya dan banyak kejadian-kejadian aneh di dalamnya.

" Ya sudah kamu jalani saja tanpa tanya-tanya lagi. Siap "

" Siap Yut "

Akhirnya selama 3 hari saya melakukan wirid di dalam kamar pusaka. Memang pada awalnya rasa takut menyelimuti diri tetapi setelah menjalaninya maka barulah saya mengerti kalau ketakutan itu hanyalah kesemuan belaka yang dipengaruhi oleh bayangan-bayangan menyesatkan dari cerita-cerita orang yang sebetulnya belum pernah mengalami.

Banyak orang menanyakan apakah uyut tidak merasa kasihan atau memberikan perintah yang lebih ringan kepada saya. Selalu saja beliau mengatakan " Biar Uyut siksa sekalian. Sudahlah anteupkeun. Toh cech tidak apa-apa khan "

Suatu hari saya diajak ke sebuah makam keramat di daerah Kampung Selangit, Cirebon. Makam tersebut terkenal dengan nuansa magisnya dan benar saja pada saat kami mau memasuki makam tersebut, 2 ekor ular kobra menghadang. Tetapi dengan ketenangan diri, 2 ekor ular tersebut tidak menyerang malahan meninggalkan kami.

Menariknya, pada malam itu kembali lagi Uyut dengan model bicaranya yang khas yaitu Siksa dan Anteupkeun menyuruh saya untuk melakukan tafakur di makam keramat tersebut. Edan !!! itulah kata pertama yang terlintas di pikiran saya. Apa kata orang nantinya. Waduh bisa dikatakan musyrik nih. Apa Uyut tidak melihat kondisi saya yang masih letih karena naik kendaraan umum mulai dari Jakarta ke Sumedang terus ke Cirebon. Tetapi apa mau dikata karena sudah terucap dari mulut ini kalau beliau memang benar orang tua saya yang sebenarnya maka mau tidak mau harus menjalankannya tanpa banyak bertanya.

Terus terang saya bukannya takut kepada hal-hal gaib yang menyeramkan tetapi lebih takut kepada binatang liar yang ada di sekeliling makam seperti ular kobra, kelabang dan lain-lain. Tetapi dengan tekad dan niat menjalankan perintah orang tua maka saya harus menjalankannya dengan ikhlas tanpa banyak berpikir macam-macam. Kata anteupkeun itulah kuncinya untuk menambah keyakinan diri dan Allah pasti melindungi diri selama kita mempunyai niat yang baik. Alhamdulillah walaupun ditinggal sendiri oleh beliau, saya tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan dan hanya mengalami gatal-gatal karena semalaman digigt nyamuk kebun yang terkenal dengan gigitan yang menyakitkan.

Kemudian perjalanan yang lain adalah kunjungan ke sebuah daerah di Muara Piket Bekasi. Tanpa banyak cerita, Uyut menjemput saya di rumah dan membawanya ke sana. Saya pikir di sana nantinya akan ada semcam tawasulan mendoakan para leluhur. Ternyata yang terjadi adalah saya disuruh uyut untuk melakukan tafakur. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah tempat tersebut memang angker atau tidak seperti banyak diceritakan oleh penduduk sekitar.

Memang tempatnya biasa tetapi lumayan seram juga. Konon ada makam keramat yang tertutup alang-alang setinggi 2 meter. Jadi selama semalam saya harus bertafakur tanpa diberikan amalan tertentu. Pokoknya kata Uyut terserah saya mau pakai bacaan apa saja yang memang saya hafal.

" Terserah kamu, Cech. Mau variasi-variasi, ketoprak-ketoprak, gado-gado atau apalah. Pokoknya terserah. Yang penting kamu yakin dengan diri sendiri, yakin kepada Allah SWT dan ingat pesan orang tua. "

" Siaaaaappppppp " teriak saya dengan sedikit gemetar hehehe.

" Bagusssss, sekalian Uyut siksa dan anteupkeun kamu hahahahaha "

Ya begitulah gaya bicara beliau kepada saya kalau sudah menyuruh. Tetapi dari situlah karakter diri terbentuk. Tidak ada yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Yang Maha Kuasa atas Segalanya. Dan beliau selalu mengingatkan kalau hidup ini seperti permainan catur. Jadi kita harus tahu langkah ke depannya dan mampu mengantisipasi langkah-langkah yang tidak diinginkan atau mengacaukan tujuan kita yang sebenarnya yaitu bertemu dengan Raja Yang Sebenarnya, Allah SWT. Tetapi semua itu bisa bekerja secara otomatis kalau kita terbiasa dengan "siksaan" hidup dan anteupkeun (menikmati segala "siksaan" tersebut) dengan terus melakukan. Jadi takutlah kepada Tuhan dan bukan kepada Hantu (ketakutan dan keserakahan yang ada dalam diri manusia).

Dan lagu di bawah inilah yang menjadi spirit bagi diri saya untuk tidak takut kepada apapun dan selalu ingat "pulang ke rumah" dengan selamat.





Take that look of worry
I'm an ordinary man
They don't tell me nothing
So I find out what I can
There's a fire that's been burning
Right outside my door
I can't see but I feel it
And it helps to keep me warm
So I, I don't mind
No I, I don't mind

Seems so long I've been waiting
Still don't know what for
There's no point escaping
I don't worry anymore
I can't come out to find you
I don't like to go outside
They can't turn off my feelings
Like they're turning off a light
But I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind

So take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Cos I've been a prisoner all my life
And I can say to you

Take that look of worry, mine's an ordinary life
Working when it's daylight
And sleeping when it's night
I've got no far horizons
I don't wish upon a star
They don't think that I listen
Oh but I know who they are
And I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind

So take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Well I've been a prisoner all my life
And I can say to you

But I don't remember
Take, take me home..

Senin, 04 Oktober 2010

Filosofi Laba-laba dan Cecak dalam Dunia Bisnis

Tuhan mengajak kita merenungkan ayat Qur'an berikut ini, yang disampaikanNya untuk menunjukkan jalan yang benar kepada manusia yang diciptakanNya:

Dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, dan bahtera yang berlayar di lautan untuk kemaslahatan manusia, dan air yang dikirimkan Tuhan dari langit - yang dengannya dihidupkanNya bumi sesudah mati (kering) dan disebarkanNya berbagai jenis mahluk - dan angin serta awan yang bergerak dengan patuhnya ke berbagai arah di antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda bagi mereka yang menggunakan akalnya. (Surat al-Baqarah: 164)

laba-laba







Benang laba-laba itu ternyata lima kali lebih kuat dari baja dengan ketebalan sama dan memiliki gaya tegang 150 ribu kilogram per meter persegi. Seandainya berdiameter 30 cm, benang itu akan mampu menahan berat 150 mobil! Kehebatan benang tersebut telah menginspirasi ilmuwan untuk membuat jaket antipeluru dari bahan yang dinamakan Kevlar (hanya 1/10 kekuatan benang laba-laba). (Sumbernya disini)

Cicak






Cecak atau cicak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cecak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cecak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cecak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku GekkonidaeCecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk. Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat-tempat teduh. (wikipedia)


Pernyataan tersebut di atas telah menyiratkan bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta untuk kemaslahatan umat manusia. Tetapi hanya manusia yang mau berpikir akan mendapatkan makna penciptaan Allah SWT tersebut. Contoh yang saya berikan adalah laba-laba dan cecak dalam konteks bisnis.Tulisan ini terinspirasi oleh postingan seorang teman tentang "Sukses Menjual Sebelum Berjualan" sehingga saya teringat akan pesan almarhum bapak dulu tentang filosofi laba-laba dan cecak dalam bisnis. Sebetulnya tidak hanya bisnis dalam mencermati filosofi ini tetapi banyak bidang yang saling berkaitan.

Menurut saya, bisnis adalah seni menjual, seni memberi dan menerima serta selalu bersinggungan dengan rasa dan perasaaan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya menjual/memberi? Apa yang dijual dan yang diterima? Siapa saja yang diberi dan diterima?.

Saya tidak akan menjawab satu persatu karena sudah banyak yang mengulas itu semua dalam bentuk buku, seminar, kuliah dan sebagainya. Yang ingin saya jelaskan adalah filosofinya bagaimana laba-laba dan cecak bisa dijadikan model yang baik sebelum kita menjalankan bisnis.

Tahukah anda? Laba-laba yang sering digambarkan dalam bentuk film "Spiderman" yang dapat terbang, bergelayutan dengan mengandalkan kekuatan jaring-jaringnya dan menangkap musuhnya juga menggunakan jaring-jaring tersebut. Itu yang paling mudah terlihat.

Pernahkah kita memperhatikan bagaimana laba-laba membuat jaring-jaring tersebut dengan pilinan yang teratur, sabar, tekun dan berhenti ketika dia merasa cukup yakin bahwa besaran jejaringnya dapat dengan mudah menjebak mangsanya. Ini adalah proses yang harus dilalui oleh seekor laba-laba. Begitu pula dalam bisnis supaya kita dapat mangsa yang baik (customer yang baik) maka kita harus terus menerus membentuk jaringan yang cukup luas melalui proses yang panjang, tekun, sabar dan mempunyai kepribadian yang baik sehingga pada akhirnya dengan sikap yang tenang maka customer akan menghampiri dan selalu membutuhkan kita karena kepribadian kita yang selalu memberi perhatian terhadap customer. 

Contohnya kembali lagi adalah laba-laba dengan duduk ditengah sambil menunggu mangsanya yang terperangkap di jejaringnya. Rejeki memang di tangan Allah SWT tetapi bagaimana rejeki mau didapat kalau kita sendiri tidak melakukan usaha (berikhtiar) dan selalu istiqomah.Bagaimana dengan cecak? Hewan satu ini memang selalu tampak di rumah-rumah dengan suaranya cak.. cak...cak...cak... Kehidupan hewan kecil ini jarang sekali kita perhatikan dan pelajari.

Seperti pernyataan pertama kali mengenai makanan cecak adalah serangga terutama nyamuk. Pernahkah kita berpikir tentang cecak yang hanya bisa merayap dan tidak bisa terbang kecuali cecak terbang (khusus) tetapi makanannya adalah hewan yang dapat terbang. Bagaimana bisa hal itu terjadi? Kembali lagi kita harus berpikir dan mengamati kehidupan cecak tersebut yang selalu merayap-rayap di langit-langit rumah. Merayap-rayap ini adalah bagian dari suatu ikhtiar dari seekor cecak untuk mendapatkan makanan. Tetapi khan cecak tidak bisa terbang? Disinilah tangan Allah SWT yang bermain dan bekerja secara otomatis. Allah telah menetapkan rejeki kepada seluruh makhluk ciptaannya di dunia terutama manusia sesuai dengan Qodrat dan Iradat-Nya. 

Untuk itu kita harus selalu bersyukur dan bertafakur kepada Allah SWT bahwasanya hidup kita di dunia sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT sehingga kita tidak seharusnya takut akan kehidupan masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kita dituntut untuk selalu berpikir dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kita cita-citakan dan setelah itu kita pasrah (tawadu) sesuai dengan ketentuan Allah terhadap diri kita. Amin

Bagaimana Rasanya Menjadi Orang Miskin? (2)

Tahun 2000 merupakan tahun neraka bagi keluarga kami, masalah datang silih berganti. Pabrik bapak yang sudah tidak kompetitif lagi karena kesulitan membeli bahan baku yang sudah mahal dan harus dibayar dimuka, perusahaan karton mulai jor-joran harga walaupun untung kecil tapi yang penting bisa jalan kata mereka sehingga membuat bisnis karton menjadi tidak sehat, masalah pesangon karyawan yang berjumlah 9 orang, membayar cicilan kredit bank yang mulai membengkak, cicilan kendaraan dan masalah kesehatan ibu.

Tanpa disadari juga, saya hanya berkonsentrasi di pabrik dan mengakibatkan usaha pribadi  ikut goyang juga yang disebabkan tidak terurus, langganan mulai kabur karena service yang tidak memuaskan, kontak konsumen mulai berkurang sehingga konsumen melirik ke tempat lain dan sebagainya. Disamping itu untuk memenuhi pesanan barang, saya mulai kesulitan dana karena modal saya banyak dipakai untuk membayar pesangon karyawan bapak karena keuangan bapak mulai menipis bahkan cenderung minus. lama kelamaan saya ikut juga menjadi bangkrut.

Sebelumnya tahun 1998, kami sekeluarga pernah diingatkan oleh seorang laki-laki tua yang datang bersama teman. Beliau datang atas inisiatif sendiri setelah teman menceritakan tentang diri saya. Beliau mengingatkan kami sekeluarga untuk lebih sabar dan pasrah dalam menghadapi hidup yang akan datang. Beliau banyak cerita tentang sejarah manusia dan sempat menyinggung silsilah keluarga ibu dan bapak kami serta hafal nama-nama kakek nenek kami padahal kami tidak pernah cerita kepada beliau. Ini yang aneh. Pada saat itu kami menganggap semua itu kebetulan saja karena beliau datang dengan pakaian serba hitam seperti orang Badui. Dan setelah benar mengalami kejadian-kejadian yang disebutkan beliau barulah kami mengerti apa maksud perkataan beliau. Pada kenyataannya nanti beliaulah yang selalu mendampingi kami dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup yang berat dalam sejarah keluarga kami. Beliaulah yang selalu memotivasi dan memberikan nasehat, saran dan lain-lain untuk selalu yakin bahwa Allah SWT selalu mneyertai keluarga kami.

Singkat cerita, keluarga kami sudah benar-benar bangkrut. Hutang bank yang tadinya hanya Rp 750 juta membengkak menjadi Rp 2,25 milyar (akibat naiknya nilai mata uang dollar) sehingga rumah di Jakarta Barat yang kami tempati dan pabrik yang menjadi agunan disita oleh bank dan dimasukkan dalam BPULN (Pelelangan Negara). Ruko, sawah warisan kakek dan rumah di Jawa dijual untuk menutupi hutang-hutang pada pihak ketiga seperti suplier, leasing mesin, pesangon karyawan, dan lain-lain. Kendaraan yang berjumlah 7 buah berupa truk 2 buah, mobil box 2 buah, mobil pribadi 3 buah dijual juga untuk menutupi beban cicilan membayar kredit kendaraan bermotor dan biaya rumah sakit Ibu.

Pada waktu saya berpikir Bapak goyah dan stres sehingga sakit karena beliau punya penyakit jantung. Ternyata tidak malah kuat. Justru yang tidak kuat adalah ibu saya. Ibu saya shock dan tidak menduga dalam waktu sekejap semuanya berubah secara drastis. Sewaktu jaya bisa pegang uang sampai Rp 1 juta seharinya dan belanja kemana-mana sehingga kadang-kadang mubazir (inilah yang mungkin Allah SWT marah), tiba-tiba tidak punya uang sama sekali. Akhirnya ibu stres dan mulai sakit-sakitan. Sebagai informasi sejak tahun 1998-2006, rumah sakit adalah langganan tetap ibu saya. Ibu bisa  masuk rumah sakit  rata-rata 3-4 kali  dalam setahun. Luar biasa cobaan ini. Sakit ibu adalah empedu, diabetes dan jantung. Parah-parahnya adalah stroke tahun 2006 dan sampai sekarang beliau hanya bisa duduk lunglai di kursi roda. Dokter-dokter yang menangani ibu selalu mengatakan faktor yang paling berpengaruh menyebabkan sakitnya beliau adalah masalah psikis (banyaknya pikiran dan ketakutan terhadap masa depan keluarga).

Dalam menghadapi cobaan ini, kondisi bapak selalu sehat dan terus mencari solusi walapun semuanya buntu tanpa ada penyelesaiaan yang pasti. Bahkan bapak sempat ditipu oleh orang-orang yang mengaku lawyer untuk mengatasi hutang bank (bukan selesai malah menjadi runyam dan banyak uang yang terbuang sia-sia) dan sempat datang ke orang pintar untuk meminta tolong bagaimana menyelesaikan masalah hidup ini (itupun juga sia-sia). Kadang-kadang emosi beliau meledak-ledak dan rumah terasa seperti neraka dan tidak nyaman lagi. Karena saya yang selalu menemani dan tinggal dalam satu rumah sehingga saya merasakan ibarat kapal pecah dimana nahkodanya lagi mabuk sehingga kapal menjadi oleng dan terbawa ombak.

Setelah segala daya upaya dan usaha yang tidak mengenal lelah tanpa ada solusi, sementara kami sudah tidak punya apa-apa karena barang di rumah satu per satu dijual. Coba anda bayangkan, kami menempati rumah seluas 484 m2 di dalam kompleks perumahan mewah tetapi untuk makan aja susah. Mana mungkin orang akan percaya? Ada peristiwa lucu, sewaktu mobil kami yang terakhir dijual sehingga kami harus jalan kaki kemana-mana. Setiap mau pergi, saya selalu lihat kanan kiri ada atau tidak orang melihat saya jalan kaki karena ada perasaan malu (sebetulnya sih tidak ada masalah waktu itu) dan kondisi memaksakan saya naik kendaraan umum untuk pergi kemana-mana. Yang lucunya naik kendara umum salah melulu rutenya karena memang sejak kecil kami selalu memakai kendaraan pribadi.Tetapi ada hikmahnya yaitu saya menjadi mengerti dan hafal rute-rute bis, angkot, metro mini dan mikrolet. HeeeHeeehee.

Sejak tahun 2001-2004 teror-teror juga menjadi santapan sehari-hari kami. Berbagai macam teror yang terjadi:

1. Debt Collector kartu kredit ibu dengan cara mengancam sampai mendatangkan orang dengan wajah seram ke rumah karena telepon kami sudah tidak bisa dihubungi (tunggakan telepon sampai 4 bulan).

2. Petugas PLN yang ingin mencabut listrik karena tunggakan sampai 5 bulan. Sementara listrik di pabrik sudah dicabut karena menunggak sampai 6 bulan.

3. Spekulan perumahan yang datang dengan pongahnya sambil mengatakan rumah kami khan akan dilelang berdasarkan info Pelelangan Negara. Jadi mereka akan membeli rumah kami dengan harga yang murah dan kami harus segera meninggalkan rumah itu segera apabila mereka sudah membayar kepada Pelelngan Negara.

4. Telepon dari oknum pelelangan negara yang selalu mengancam rumah dan pabrik akan disegel serta akan dipasang plang sitaan kalau kami tidak memberikan sejumlah uang sebagai uang penundaan lelang.

5. Telepon dari oknum bank dan pelelangan negara dengan mengirim daftar aset yang akan dilelang hari ini dan di daftar itu ada nama bapak dan daftar aset bapak tanpa mengirim surat undangan pelelangan. Disebutkan pabrik dan rumah akan dilelang dengan nilai hanya Rp 1,2 milyar sehingga kalau lelangan itu terjadi maka kami masih harus membayar sisa hutangnya sebesar Rp.1 milyar. Wow sudah agunan hilang masih ada hutang lagi hahahaha.

6. Banyak orang-orang yang datang ke rumah dengan niat mau membeli rumah dan pabrik dengan alasan ingin meringankan beban kami. Pada kenyataannya adalah bohong belaka (modus penipuan).

7. Masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya yang kami kuatirkan datang juga. Ada sebuah surat dari Bank dan BPULN yang mengundang Bapak untuk menghadiri pelelangan aset kami keesokan harinya. Inilah puncak dari seluruh masalah keluarga kami. berarti setelah dilelang kami (ibu-bapak dan saya beserta 2 orang keponakan) harus meninggalkan rumah dan harus mencari kontrakan karena rumah bapak yang di cempaka putih sedang dikontrakan dan masa kontrak masih 2 tahun lagi. Ketika saya tunjukkan kepada bapak, beliau terdiam dan seperti orang linglung dan tiba-tiba mengatakan ingin pergi ke Yogya, Nah loh. Wong besok rumah mau dilelang malah pergi ke Yogya. Ini kenyataan, sekuat-kuatnya manusia ada masanya ketidakberdayaan manusia.

Kemudian saya ajak bicara dari hati ke hati walaupun hati saya juga deg-degan dan alhamdulillah beliau tenang kembali dan berusaha telepon lewat wartel ke salah satu petugas lelang yang dikenal. Akhirnya diperolehlah  solusi bahwa pelelangan aset kami dapat ditunda selama 6 bulan sengan syarat membayar Rp 50 juta sebagai pelicin. Wow pikir saya, makan saja susah. boro-boro 50 juta wong 50 ribu aja ga punya. Masalah ini tidak saya ceritakan ke ibu saya (kondisi sakit) kecuali kepada kakak adik saya tetapi tetap tidak ada solusi. Sekarang malah saya yang stres dan marah ini cobaan apalagi dari Tuhan yang selalu memberikan jalan buntu kepada keluarga kami. Karena tidak ingin membuat runyam di rumah, jam 1 malam saya pergi ke warung depan rumah hutang bir, rokok kemudian saya pergi ke sebuah mushola. Di dalam musholah saya duduk sambil minum bir dan berteriak mengeluarkan sumpah serapah kepada Allah SWT. Katanya Engkau Rahman-Rahiim dimana Rahman-Rahiim-MU. Kami telah berdoa siang dan malam tetapi tetap Allah tidak memberikan jalan dan masalah selalu datang silih berganti (belum selesai yang satu datang lagi yang baru). Nah disitulah puncak ketidak percayaan saya tentang adanya Allah SWT.

Ketika saya mulai capek berteriak dan lagi menunduk tiba-tiba datang suara dan wujud seperti orang tua sambil marah-marah dan menunjuk-nunjuk saya. Salah satu perkataannya yang selalu saya ingat adalah "Hai manusia, sesungguhnya engkau tidak merugi. Allah telah memberikan banyak kenikmatan kepada kamu dan keluargamu. Tidak bersyukurkah engkau. Engkau baru kehilangan harta belum kehilangan orangtuamu,saudara-saudaramu apalagi nyawamu. Baru kehilangan harta saja sudah sombong kamu. Ingat Allah akan membantu umat ciptaan-Nya ketika umat-Nya mencapai tingkat keputusasaan paling tinggi"
Maaf saya sempat merinding dan menangis kalau mengingatnya.

Wajah orang tua itu selalu saya kenang dan mengingatkan saya kepada orang tua yang pernah datang ke rumah kami tahun 1998. Kemudian saya pergi ke rumah teman pada saat itu juga dan minta alamatnya serta nomor telepon orang tua tersebut. Kemudian saya menelpon beliau dan menceritakan semua kejadian yang saya alami. Dengan santainya beliau mengucapkan "Nasruminullah wa fathum qarib". Beliau menasehati saya agar tenang dan masalah akan segera selesai.

Benar saja jam 6 pagi saya di telpon oleh seorang teman yang baru pulang dari Amerika. Teman mengatakan bahwa dia tahu kondisi saya dan mau membantu. Kemudian saya menyampaikan kepadanya  kalau  butuh uang Rp 50 juta. Langsung saja teman menyatakan kalau dia mempunyai  uang Rp 5 juta dan sejumlah  uang dalam bentuk dollar AS yang didepositokan di bank yang baru satu bulan lagi uangnya bisa diambil.

Selanjutnya saya menceritakan kepada bapak. Akhirnya Bapak berhasil melakukan pembicaran, negoisasi dan disetujui. Herannya uang Rp 5 juta diantar sendiri oleh teman ke tempat pelelangan pada jam 9 pagi setelah janjian dengan Bapak. Uniknya oknum pelelangan mau menerima  tanpa pernah menyinggung uang Rp 50 juta yang pernah mereka minta. Mukjizat-nya adalah rumah dan pabrik tidak jadi dilelang dan ditunda selama 6 bulan lamanya.

Selama 6 bulan itu kami terus berusaha dan akhirnya ditemukan solusi yaitu dengan mengirim surat ke Menteri BUMN, Menkeu, Menteri UKM & Koperasi sampai ke Presiden. kami mendapatkan rekomendasi/reposisi dari Menteri Keuangan kepada Bank yang menyatakan bahwa berhubung dalam rangka akan dikeluarkannya Keppres No 65 atau 56 tahun 2002 (saya lupa) tentang penghapusan hutang industri kecil-menengah kepada lembaga-lembaga keuangan negara termasuk bank-bank pemerintah. Industri kecil-menegah akan mendapatkan penghapusan bunga bank dan pemotongan hutang pokok sebesar 25%. Penyelesaian hutang tersebut disesuaikan dengan kondisi dan cara lembaga-lembaga keuangan negara. Ini baru solusi dalam hati saya tapi bayarnya pakai apa?

Akhirnya rumah kami di Jakarta Barat dijual senilai Rp 1 milyar dan uangnya dibayar untuk hutang bank yang tadinya Rp 2,25 milyar menjadi Rp 790 juta. Sisanya kami pakai untuk menutupi hutang-hutang yang lain dan memulai hidup lagi. Ya memang kami kehilangan rumah tetapi tidak kehilangan pabrik yang nantinya bisa menjadi modal kerja saya. Seperti diketahui untuk membangun pabrik , bapak mengagunkan rumah kepada bank sehingga sebetulnya kami tidak merasa rugi paling yang hilang hanya kenangan-kenangan indah di rumah yang kami tempati selama 24 tahun. Tahun 2002 kami pindah ke rumah lama di Jakarta Pusat.

Cerita ini selalu saya sampaikan kepada siapapun yang saya kenal bukan ingin ghibah, riya apalagi sombong dan menceritakan aib keluarga kami. Bukan itu maksud saya. Saya selalu mengharapkan cerita ini menjadi pelajaran dan tidak menginginkan apa yang terjadi pada keluarga kami jangan sampai terjadi pada keluarga yang lain. Dan yang sekarang sedang mencapai puncak karir selalu ingat dan punya antisipasi bagaimana kalau saya mengalami kejadian itu. Kepada orang miskin yang bermimpi menjadi kaya , seharusnya mulai bertanya dalam sendiri apakah bila saya kaya, ibadah saya kepada Allah SWT akan sama intensitasnya dengan kondisi saya sewaktu miskin?

Ketika kita susah perbanyaklah membaca "Alhamdulillah" karena akan datang kesenangan tetapi ketika senang perbanyaklah membaca "Astaghfirullah al azhim" karena akan datang kesusahan. Gaya hidup dan gengsi menyebabkan kita lupa akan siapa diri kita sebenarnya. Perlu diketahui saya telah mengalami berbagai jenis pekerjaan yang menurut orang tidak mungkin karena melihat latar pendidikan saya seperti jualan kopi ginseng dari stasiun kota-bogor, sales keliling, tukang lem penjilidan buletin dengan upah harian, sopir pribadi tidak tetap, tukang kebun walaupun tidak tetap, sampai jadi broker bursa berjangka yang pendapatannya Rp 35 juta-Rp 50 juta per minggu walapun hanya 1 tahun karena bertentangan dengan batin dan masih banyak lagi.

Satu hal jangan malu, rendah diri, gengsi dengan kondisi kita dan jangan dendam dengan orang-orang yang menghina kita ketika sedang dalam kondisi susah atau miskin. Semua masalah hanya kita yang bisa menyelesaikan dan orang lain hanya bisa membantu pemikiran, nasehat, saran, usul dan selalu bertanya kepada diri sendiri serta selalu mohon petunjuk kepada Allah SWT bukan kepada dukun atau orang pintar karena percuma tidak akan ada solusi. Tetap semangat dan tersenyum.

Keluarga kami termasuk yang beruntung dapat bangkit kembali dari keterpurukkan dan masih banyak keluarga yang tidak /belum mampu bangkit. Tahukah anda? Sewaktu saya mengurus ke Menteri UKM & Koperasi tahun 2001. banyak orang mungkin sekitar 30-an jumlahnya yang tidak berani pulang dan menjadi gelandangan karena rumah dan harta benda yang lain sudah disita oleh pihak bank ataupun pihak yang lain.

Saya melihat kondisi ekonomi yang terjadi sekarang hampir mendekati dengan kondisi ekonomi tahun 1997. Mudah-mudahan semua perkiraan saya tidak benar adanya. Mohon direnungkan.

PS: Ada pesan Almarhum Bapak pada saat sahur terakhir beliau pada bulan puasa hari ke-4 sebelum sorenya meninggal dunia tahun 2006 kepada saya : "Sebagai orang tua, saya sudah melaksanakan semua tugas dan tanggungjawab yang diberikan Allah SWT. Tugas dan tanggungjawab saya kepada kalian sudah selesai, selebihnya terserah kalian mau jadi apa" Lagu " Hero" inilah yang menjadi lagu kenangan untuk Almarhum Bapakku Tercinta. I love him so much.