Minggu, 09 Juni 2013

Pertama Kali Menjadi Paranormal

Sebut saja namanya Pikulun. Lajang ganteng lulusan universitas terkenal di Amerika. Perkenalan dia dengan dunia mistik serba kebetulan. Pria yang selalu berpikiran rasional, tiba-tiba mengalami dan mendalami hal-hal yang berbau irrasional menurut pandangan umum. 

Tetapi Pikulun tetaplah Pikulun, dengan pandangan rasionalnya dia selalu ingin mengetahui sampai dimana kehidupan mistik akan selalu menyertai hidupnya. "Pokoknya harus ketemu titiknya, Ada maksud apa Allah SWT memperkenalkan dunia mistik ? " Begitulah ucapan Pikulun setiap ditanya teman-temannya yang sesama lulusan MBA Amerika. Memang semua temannya merasa aneh, apa sih yang dicari Pikulun ? Apalagi Pikulun sampai mau melepas beberapa pekerjaan yang memberikan kehidupan yang layak. Hampir 6 tahun, Pikulun menjalankan dunia begituan dan selalu bepergian kemana-mana dengan Eyangnya yang dianggapnya sebagai Kakek Buyut, Guru dan "orang tua"nya.

Walaupun kehidupannya serba pas-pasan, Pikulun tetap menjalaninya dengan bahagia, senang dan puas batinnya. Apa sih yang yang dicari di dunia ini  kalau bukan kepuasan batin. Disitulah letak kebahagiaan yang hakiki apalagi dapat membantu banyak orang. Begitulah Pikulun selalu memberikan alasan mengapa dia tetap santai dan damai menjalankan dunianya pada saat itu. 

Tahun 2002, saat Jakarta dilanda banjir besar Pikulun sedang mengalami berbagai peristiwa yang luar biasa peliknya, Pikulun sedang berjuang untuk membantu bapaknya yang mengalami kebangkrutan dan mencari cara bagaimana mengatasi segala hutang-hutangnya. Banyak orang menyebutnya jaman Krisis Moneter. Di sisi lain, Pikulun sedang kepusingan bagaimana mengatasi keuangan yang luar biasa peliknya yaitu membayar rumah sakit untuk perawat ibunya yang mengalami koma selama 2 hari. Tetapi Pikulun dengan hati dan pikirannya yang tenang, semua masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Malam hari di bulan Januari 2002, Pikulun baru saja membersihkan rumah bersama Bapak dan kakaknya karena banjir sempat masuk ke rumahnya sampai ketinggian 2 meter. Baru saja duduk istirahat sebentar menikmati acara televisi. Tiba-tiba bel rumah berbunyi, ternyata yang datang adalah Heri, anak Pak Ghozali seorang pengurus mesjid dekat rumahnya. Tampak wajah tegang menyelimuti wajah Heri, Ada apa gerangan pikir Pikulun.

" Assalamualaikum " salam Heri.

" Wa alaikumussalam " balas Pikulun.

Setelah mempersilahkan duduk, Pikulun bertanya,

" Ada apa, Her ? " tanya Pikulun yang mengetahui ada sesuatu dengan Heri.

" Begini Lun, saya disuruh bapak untuk menjemput sekaligus mengundang kamu agar datang ketempat Haji Boa "

" Memangnya ada apa sih sampai Pak Ghozali mengundang saya datang ke tempatnya Haji Boa "

Haji Boa adalah pemilik kos-kosan putri yang letaknya tidak jauh dari mesjid.

" Pokoknya kamu harus datang. Ini pesan bapak kepada saya " tegas Heri

" Ok, ok saya akan datang sebentar lagi. Mau ganti pakaian dulu. Kamu pergi saja dulu. Nanti saya menyusul " ucap Pikulun.

"  Ndak usah ganti baju, begini saja sudah cukup. Waktunya sudah mepet. Ayo Lun jalan " paksa Heri.

Pikulun pun semakin merasa aneh ada apa gerangan dengan Pak Ghozali. di rumahnya Haji Boa.

" Baik, saya pergi sekarang. "

Pikulun segera pamit kepada Bapaknya. Dengan mengenakan kaos dan celana pendek kucel dan kotor setelah bersih-bersih rumah, Pikulun pergi bersama Hery menuju rumah Haji Boa.

Betapa terkejutnya Pikulun setelah melihat banyak orang mengerumuni rumah Haji Boa. Terdengar suara teriakan perempuan yang mengerang dan suaranya sangat menakutkan, Pikulun segera memasuki rumah dan diterima oleh Pak Ghozali dengan pelukan.

" Alhamdulillah kamu datang juga " nada senang Pak Ghozali.

Sesekali Pikulun melihat 2 orang perempuan sedang dipegang oleh beberapa pria dan terus berontak dan mengerang serta berusaha untuk melepaskan tangannya. Mengerikan sekali. Ada apa ya ?

" Begini Lun, saya mau minta tolong kamu. " mohon Pak Ghozali.

" Minta tolong apa Pak ? " tanya Pikulun bingung.

" Kami sudah datangkan ustad, kyai dan saya sendiri untuk menyembuhkan 2 orang perempuan penghuni kos Haji Boa. " jelas Pak Ghozali.

" Terus hubungannya dengan saya " bingung Pikulun.

" Nanti dulu, Lun. Saya teruskan ceritanya. Sejak Maghrib 2 orang perempuan tersebut tiba-tiba kesurupan dengan berteriak-teriak dan suaranya berubah aneh. Tatapannya juga kosong. Kemudian Haji Boa minta tolong kepada saya untuk menanganinya. Saya sudah berusaha segalanya dengan doa-doa tetapi tidak berhasil juga. Bahkan tangan saya digigit sampai membiru (Pak Ghozali menunjukkan tangannya yang membiru bekas gigitan) " 

" Lantas ??? " Pikulun makin bingung.

" Karena kedua perempuan itu tidak mereda juga kesurupannya, akhirnya saya panggil ustad dan kyai teman saya untuk mengatasi kesurupan ini. Sudah ditangani ya sama dengan doa-doa juga tetapi sampai sekarang kedua perempuan tersebut tidak sembuh-sembuh malah menjadi-jadi bahkan mau lari kabur ke jalan "

Nah lho ? Pikulun menunjukkan wajah kebingungan. Terus hubungannya Pikulun dengan kesurupan kedua perempuan itu apa ? 

" Saya khan pernah bertemu dengan Eyang kamu, Lun. Jadi saya ingat kamu. Siapa tahu kamu dapat menyembuhkan mereka. Mungkin saja sama kamu maka mereka sadar. Karena saya yakin Eyang kamu pernah memberikan amalan bagaimana mengatasi kesurupan yang aneh-aneh seperti sekarang ini "

Jrenggggg waduhhhhh ... pikiran Pikulun jadi gelap dan tidak tahu bagaimana caranya mengatasinya.

" Pak Ghozali, saya ini orang biasa dan tidak bisa apa-apa. Lagipula saya ini bukan dukun atau paranormal Eyang saya juga tidak pernah memberikan amalan apa-apa kepada saya. Tetapi sebentar saya mau telpun Eyang , siapa tahu Eyang beritahu bagaimana caranya mengatasi kasus ini "

Pikulun segera mengontak Eyang. Beberapa kali mengontak Eyang tetap saja tidak ada jawaban. Apakah ini pengaruh cuaca Jakarta yang buruk atau apa. Pikulun pun semakin bingung dan grogi. Sementara orang-orang yang mengerumuni rumah Haji Boa mulai berbisik-bisik nyinyir dan sesekali terdengar suara demikian.
" Kirain yang datang Kyai mana yang mumpuni... Eh yang diundang malah anak muda yang tidak meyakinkan. Apa bisa tuh menyembuhkan mereka. Penampilannya saja tidak meyakinkan "

Suara-suara tersebut sangat meresap ke dalam telinga Pikulun. Waduh apa yang harus saya lakukan pikir Pikulun. Kemudian Pikulun diam sejenak dan dalam hitungan detik. Ahhaaaaa saya menemukan caranya.

" Gimana Lun ? Tolong bantu kami. " pinta melas Pak Ghozali.

" Saya sudah menemukan caranya. Cologne 4711 hehehehehe " jelas Pikulun 

" Cologne 4711... minyak wangi Lun ? " tanya Pak Ghozali ingin tahu.

" Bukan !!! Udah pokoknya Pak Ghozali tidak usah banyak tanya. Berikan saya waktu 3 menit. OK "

Pikulunpun langsung diam dan sesekali komat kamit membaca sesuatu. Setelah 3 menit Pikulun memerintahkan kepada semua orang yang ada di dalam rumah keluar. Kemudian meminta semua pintu dibuat luang dan bebas dari kerumunan orang. 

" Semua pintu sudah diberi ruang. Trus bagaimana ? " tanya Pak Ghozali.

Pikulun segera mendekati kedua perempuan tersebut dan memegang tangan keduanya. Anehnya kedua perempuan tersebut tenang dan tidak berteriak-teriak lagi.

" Tolong siapkan kopi pahit 3 cangkir daan rokok Dji Sam soe 3 batang " ujar Pikulun.

Segeralah Heri pergi dan membawakan permintaan Pikulun. Selanjutnya Pikulun meminum satu cangkir kopi pahit dengan sesekali menghisap rokok Dji Sam Soe. Sebelum habis hisapan rokoknya, Pikulun mengatakan sesuatu kepada Pak Ghozali.

" Tenang Pak Ghozali, nanti jam 12 malam mereka akan sadar dengan sendirinya "

" Sadar dengan sendirinya. Bagaimana ? Kamu tidak melakukan apa-apa Lun ? " 

" He he he he he.... sudah ikuti saja permintaan saya. Ayo kita sama-sama berdoa kepada Allah SWT agar mereka segera sadar. Mudah-mudahan mereka sadar sebelum jam 12 malam. "

Apa yang terjadi saudara-saudara ? 

Tepat jam 12 malam, kedua perempuan tersebut sadar dan tidak kesurupan. Keduanya tampak kebingungan. Ada apa dengan mereka ? Kok banyak sekali orang. Kok kami di rumahnya Haji Boa. Beberapa pertanyaan yang keluar dari mulut mereka.

Kemudian Pikulun mendekatiu kedua perempuan tersebut dan menanyakan siapa nama mereka, berasal dari mana, apakah mereka mengenal orang-orang yang mengelilingi mereka dan sebagainya untuk sekedar meyakinkan bahwa mereka telah sadar dari kesurupan.

Alhamdulillah. terima kasih, Ya Allah... dalam hati Pikulun. Semua orang yang menyaksikan apa yang dilakukan Pikulun semakin bingung. Hanya begitu saja kok bisa sadar tuh mereka sementara sudah pakai doa-doa segala baik oleh Kyai/Ustad dan Pak Ghozali bukannya sembuh malah makin mengamuk, Ada apa ya ? Beberapa tanda tanya menyeruak di pikiran mereka masing-masing.

Setelah yakin mereka sadar, Pikulun pamit pulang karena jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Pikulunpun menolak pemberian uang sebagai tanda asih dari Haji Boa karena Pikulun merasa tidak melakukan apa-apa. Allahlah yang melakukan itu semua.


#sepanjang jalan pulang pikulun teringat betapa ampuhnya 4711. dengan itu pikulun dapat berkomunikasi dan wejangan eyangnya. mulai dari bacaan ketoprak-ketoprak... gado-gado sampai yakin membacakan doa yang diketahuinya sehingga dapat menyembuhkan kedua perempuan tersebut. dan keluarlah sosok perempuan bak bidadari dari tubuh kedua perempuan tersebut menuju pintu yang telah terbuka. sampainya di luar berubah wujud menjadi buaya putih...

Sejak kejadian malam itu, mulai banyak orang datang ke rumah Pikulun untuk meminta tolong dalam menyelesaikan problema kehidupan. Dan Pikulunpun makin super bingung... kok orang-orang semakin banyak saja datang ke rumah padahal Pikulun tidak bisa apa-apa kecuali dengan doa yang diketahuinya. Apakah doanya diijabahi Allah ? Kesusahaan hidup  yang dialami Pikulun ditambah kesederhanaan sikap tanpa perlu menunjukkan titel yang dimilikinya membuatnya merasakan kebahagiaan luar biasa baik lahir maupun batin karena dengan apa yang dimiliki dapat membantu banyak orang walaupun harus dianggap sebagai paranormal/dukun.

Pikulun a k a Bethara X

Si Kasep

" Sampurasun ... " terdengar suara salam lantang dari kejauhan.

" Rampes ... " balas kami berdua.

Pada saat itu waktu menunjukkan pukul 23.47 dimana saya dan uyut sedang bercengkerama dan berdiskusi banyak hal tentang kehidupan di teras padepokan. Sosok lelaki muda tinggi besar dengan wajah tampan bersih bak model lengkap dengan jaket kulit datang di tengah kegelapan malam. Rupanya lelaki tersebut datang dengan berjalan kaki karena kami tidak mendengar sama sekali suara deruan kendaraan.

Tetapi Uyut terus saja meneruskan pembicaraan kami yang sempat terputus dengan suara salam lelaki muda tersebut dan tidak menghiraukan kehadiran lelaki tersebut apakah disuruh duduk atau masuk ke dalam rumah. Lelaki tersebut seperti hormat sekali dan mengerti sikap uyut tersebut.

Sambil berbincang-bincang dengan uyut, sesekali saya memperhatikan lelaki tersebut. Lelaki tersebut duduk di atas lutut dengan tubuh menunduk dan tangannya menyentuh lantai seperti orang sedang menyembah. Ya, menyembah. Sungguh aneh.

Tetap saja uyut meneruskan pembicaraan dengan saya dengan menghabiskan beberapa batang rokok Djie Sam Soe kesukaannya. Tanpa terasa kami telah berdiskusi selama 40 menit dan uniknya posisi lelaki tersebut tetap dalam posisi menyembah tanpa berbicara apapun.

" Yut, kok pria tersebut tidak disuruh masuk ke dalam rumah saja ? Di luar dingin sekali, Yut. " tanya saya.

" Sudah  Cech, biarin aja. Dia sudah terbiasa begitu kok kalau datang ke sini " ujar Uyut.

Baru 3 menit kemudian Uyut memanggil lelaki tersebut.

" Sep, ada apa kamu datang ke sini ? " tanya Uyut tiba- tiba.

" Begini kakek buyut, saya mau minta ijin " ujar lelaki tersebut dengan posisi tetap menyembah.

" Ijin apa, Sep ? " tanya uyut.

" Selama 3 bulan ini saya tinggal di kota. Saya senang dan betah tinggal di kota. Jadi saya mohon agar Kakek Buyut memberikan ijin kepada saya untuk selamanya tinggal di kota dan tidak disuruh balik ke tempat asal " terang lelaki tersebut.

" Ohhh gitu, jadi kamu dah senang tinggal di kota. Dasar dunia hehehehehe... " tegas uyut sambil tertawa.

" Iya kakek buyut, Saya suka sekali dengan kehidupan kota "

" Soklah, kalau kamu senang, Uyut mah tidak bisa melarang... "

" Terima kasih.... terima kasih... terima kasih Yuttttttttttt !!! " tampak lelaki tersebut gembira tapi tetap dalam kondisi menyembah.

" Ya, sudah. Pergi sana !!! " perintah Uyut.

Lelaki tersebut berjalan mundur dan berbalik arah kemudian berdiri dan berjalan ke luar pintu gerbang padepokan. Hilang sekejap dalam kesunyian malam tetapi terdengar sekali suara salam pada saat kedatangan.

" Sampurasun.... !!!! "

Aneh dalam pikiran saya. Siapakah gerangan lelaki muda berperwakan tinggi, tampan dan sangat cocok menjadi model pakaian maupun iklan.

" Aneh ya Cech ? Hehehehehe " tanya Uyut.

" Benar-benar aneh. Ganteng-ganteng kok gitu hahahaha "

" Dia itu Si Kasep. Anak buah Uyut dahulu kala. " terang Uyut.

" Ohh gitu. Pantesan saja sikapnya selalu menyembah Uyut "

" Dia itu dulunya tinggal di Gunung Pongkor, Bogor. Emang Uyut sudah lama tahu kalau dia tidak tinggal lagi di situ dan pindah ke kota. "

" Tapi kok aneh sekali kalau melihat pola tingkah Si Kasep "

" Tidak usah merasa aneh Cech. Si Kasep itu khan bukan manusia, dia itu sebenarnya jelmaan Maung hehehehehe "

" Hah ??? Jelmaan Maung ? " sayapun terkejut mendengar jawaban Uyut.

" Ya, penunggu  Gunung Pongkor. Ganteng khan anak buah Uyut ?! Bintang film mah kalah hahahaha "
" Terus kalau di kota wujud masih seperti itu ? " tanya saya.

"  Ya seperti itu. Ya sudah begini saja suatu saat saya akan suruh dia datang ke rumahmu dan menunjukkan wujud aslinya. Bagaimana ? " tanya Uyut.

" Si Kasep datang ke rumah ? Jangan deh Yut jangan. Takut !!! " seluruh tubuh langsung merinding.
Sungguh pengalaman aneh di malam hari. Sep... Kasep...

Pakem Sang Raja

Yang terdiam dari suara
Sabar jiwaku, sabar seluruh bangsaku
Aaah perih tangismu, perih jiwamu
Tersisihkan oleh kawanan hitam
Semua telah lelah menanti
Bersuara untuk mereka, raja negeriku
Kau telah lama terdiam
Perubahan jerit hatiku, cermin jiwamu
Berikan terang untuk masa depan

Berpegangan semua saudara
Tegar berdiri dalam mimpi yang satu
Perubahan untuk tanahmu, tanah airmu
Untuk negeri dan mimpi bangsamu


Saat kali pertama aku bertemu, engkau memang orang besar,. Lebih besar dari bangsamu bahkan dunia. Masih terngiang-ngiang di telingaku teriakan-teriakan penyemangat bahwa perjuangan belum selesai. Jadilah Raja bagi dirimu, Raja bagi keluargamu, Raja bagi lingkunganmu, Raja bagi negerimu,  Dan Raja bagi alam semestamu.


Teringat kata-katamu terakhir, suatu saat sengaja aku buang kamu jauh ke negeri seberang lautan. Kau relakan semua yang dimiliki, semua yang kau cintai, semuanya ya semuanya. Bukan penghargaan dan penghormatan yang kau terima. Dinistakan, dihinakan, dikhianati, direndahkan diabaikan sampai sebenar-benarnya pengabaian atas apa yang telah kamu lakukan. Tapi ingat kau adalah orang besar yang nantinya akan menjadi "Raja". Raja yang bijaksana. Raja yang adil. Raja yang mau mengerti untuk apa kamu menjadi Raja. Dan aku butuh kamu untuk menggali semua yang kau alami. Masukkan dalam hati dan pikiranmu agar kamu mendapatkan ilmu yang bukan sekedar ilmu tetapi ilmu keilahian yaitu Ilmu Kehijian.


Memang aku tidak ada tetapi ada dan selalu mendampingimu untuk menggapai cita-cita yang lebih besar yaitu Raja yang dapat membangun istana kebesaran yang diakui dunia dan menjadi tempat yang nyaman bagi masyarakat "negerimu". Dan saatnya kerikil-kerikil kehidupan yang sangat menyakitkan akan menjadi kerikil-kerikil penyemangat agar kau ingat bahwa sesuatu yang tersayat adalah sangat menyakitkan. Menyakitkan sebagai tempaan diri untuk mengubah kerikil-kerikil tajam itu menjadi kapas-kapas putih nan lembut yang menyejukkan. 


Orang yang berilmu jelas lebih unggul daripada orang sakti sekalipun maka galilah ilmu sampai menemukan pakemnya dan berhentilah. Nikmatilah surgamu.