Kamis, 26 Agustus 2010

” Sampeyan Kandel Ya “

Tidak ada yang dapat membantah bahwa jiwa muda penuh dengan gairah dan emosi yang membawa. Semuanya dicoba dan diterabas. Urusan belakangan. Bagaimana nanti saja dan bukan nanti bagaimana.

Masa-masa itu pernah saya lalui dengan gejolak emosi dan berbangga diri. Kalau saya mengingat masa-masa itu maka diri ini merasa malu.

Peristiwa yang akan saya ceritakan ini terjadi sekitar 8 tahun yang lalu. Pada saat itu saya diajak Uyut berkunjung ke sebuah pesantren. Namanya Pondok Pesantren Mamba'ul Ulum Dusun Jetak Desa Benda Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Pondok pesantren yang diasuh oleh KH Ali Hasan ini memang kurang begitu terkenal disana tapi di belakang pondok pesantren tersebut terdapat makam keramat yang sangat terkenal yaitu Makam Keramat Mbah Yaman Sari.

Konon makam keramat Mbah Yaman Sari terkenal dengan angkernya dan banyak hal-hal aneh yang terjadi di sana. Salah satunya adalah pohon tua yang telah tumbang terkena angin ribut tiba-tiba kembali tegak berdiri tanpa ada yang merekayasanya.

Sebenarnya kedatangan kami berdua bukan karena makam keramat tersebut. Kedatangan kami murni silaturahim dengan KH Ali Hasan sebagai kunjungan balasan beliau ke Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran di Sumedang.


Pada saat itu saya masih urakan, berpakaian seenaknya dan cuek sekali. Tetapi hebatnya Pak Kyai tidak pernah menegur saya dan hanya geleng-geleng kepala saja ketika melihat penampilan saya. " Bocah Edan " mungkin itu yang ada dipikiran Pak Kyai hehehehe.

Uyut dan saya tiba di pondok pesantren menjelang maghrib.  Tetapi kami berdua dijamu dengan sangat baik oleh Pak Kyai. Semua makanan, minuman sampai rokok disediakan oleh Pak Kyai. Tepat bada' Isya kami berdua barulah bisa mengobrol santai. Sekaligus kami diperkenalkan dengan para santri senior yang ada di pondok pesantren tersebut.

Awalnya kami mengobrol biasa dan tidak ada sesuatu yang istimewa. Sampai menjelang jam setengah sebelas malam tiba-tiba Pak Kyai menyinggung tentang makam keramat Mbah Yaman Sari yang letaknya persis di belakang pondok pesantren. Pak Kyai dan santri-santri senior bercerita banyak tentang makam keramat tersebut. Awalnya Uyut dan saya hanya mendengarkan saja. Tiba-tiba Pak Kyai meminta Uyut untuk mencari tahu siapakah sebenarnya Mbah Yaman Sari dan apakah makam tresebut memang benar-benar sebuah makam seseorang yang sangat disegani.

" Bagaimana mbah Uyut ? " begitulah Pak Kyai memanggil Uyut.

" Pak Kyai, saya jadi bingung dan tidak mengerti maksud Kyai "

" Ahhh Mbah Uyut bisa aja "

" Benar, Kyai. Malah saya menjadi heran mengapa Pak Kyai yang sudah lama tinggal di tempat ini kok tidak tahu sejarah makam tersebut "

" Bukan begitu Mbah Uyut, Sewaktu kecil saya pernah mendengar cerita tentang makam mbah Yaman Sari tapi saya merasa kurang yakin dengar semua cerita yang ada. "

" Mengapa bisa begitu Pak Kyai "

" Susah saya menjawabnya maka itu saya mohon Mbah Uyut membantu saya untuk mengetahui siapa sebenarnya Mbah Yaman Sari dan sejarahnya bagaimana "

" Hmm, baiklah. Tapi saya minta tolong sama Pak Kyai "

" Apa itu Mbah Uyut "

" Begini, saya minta Pak Kyai mencarikan 10 orang santri yang menurut Pak Kyai adalah santri yang alim, taat ibadah, rajin puasa di luar puasa wajib, ilmu agamanya baik dan lain-lain terserah Pak Kyai memilihnya. "

" Baiklah Mbah Uyut. Selanjutnya ? "

" Hehehehe besok malam bawa 10 santri tersebut berkumpul di tempat ini setelah bada'Isya "

Keesokan malamnya saya, Uyut, Pak Kyai dan 10 santrinya berkumpul. Kemudian Uyut menyuruh Pak Kyai untuk memilih 2 santrinya sebagai rombongan pertama yang akan melakukan tirakat di makam keramat. Berangkatlah 2 santri tersebut ke makam keramat tepat jam 10 malam.  Belum sampai i jam kedua santri Pak Kyai sudah kembali dengan wajah pucat dan pakaian penuh dengan kotoran. Tampak terpancar wajah-wajah ketakutan sampai-sampai mereka tidak bisa bicara apapun. Ada apa gerangan yang terjadi pikir saya saat itu.

Uyut tetap saja tidak menghiraukan dan mendiamkan saja situasi ketakutan yang dialami 2 santri tersebut. Kemudian Uyut meminta Pak Kyai memilih 3 santrinya untuk melanjutkan tirakat di makam keramat. Lagi-lagi belum satu jam, mereka bertiga berlari-lari ketakutan bahkan berteriak-teriak. Waduh ada apakah di makam keramat tersebut. Suasana makin mencekam dan sayapun terbawa suasana ketakutan tersebut. Bulu kuduk saya mulai berdiri dengan cepatnya.

Tetap saja Uyut tidak bergeming dan cuek dengan situasi tersebut. Kembali lagi Uyut meminta Pak Kyai menyuruh 5 santrinya untuk berangkat ke lokasi makam keramat. Satu jam pertama belum terjadi apa-apa tapi satu jam berikutnya kembali lagi terdengar suara orang berlari dengan kencang dan terdengar bunyi tabrakan dengan keras. Rupanya 5 santri tersebut yang lari tunggang langgang sambil berteriak-teriak ketakutan. Wajah pucat dan suasana menegangkan kembali menyelimuti suasana malam itu.

Uyut hanya tersenyum-senyum saja. Hening sekali malam itu dan tidak ada satupun santri Pak Kyai yang berhasil melakukan tirakat di makam keramat tersebut.

" Mbah Uyut, bagaimana ini. "

" Hehehehe Pak Kyai sendiri yang memilih mereka "

" Tapi... "

" Sudah... sudahlah jangan diteruskan. Sekarang kita semua menenangkan diri dulu "

" Baiklah mbah Uyut "

Keesokan paginya Uyut meminta Pak Kyai untuk mengumpulkan 10 santri yang ikut serta dalam tirakat tadi malam.

" Hahahahaha Pak kyai Pak Kyai "

" Ada apa Mbah Uyut "

" Ah tidak apa-apa. Saya hanya merasa heran saja. 10 orang santri terbaik bisa-bisanya tidak berhasil melakukan tirakat dan menemukan apakah gerangan makam keramat tersebut "

" Terus bagaimana Mbah Uyut "

" Malam ini kita coba lagi tapi cukup 1 orang saja yang melakukan tirakat di makam keramat tersebut "

" Baiklah nanti saya cari santri yang paling baik "

" Tidak usah Pak Kyai. Saya sudah menemukan orangnya "

" Siapa Mbah Uyut ? "

Uyut pun menatap saya. Aduh jangan saya dong dalam hati saya.

" Ya kamu cech, nanti malam tirakat disana ya "

" tapi Yut... "

" Sudah jangan membantah. Kamu pasti bisa "

" Tapi bacaannya apa. Saya tidak tahu apa-apa "

" Terserah kamu. Apa saja yang kamu hafal. Mau wirid gado-gado asinan asinan ketoprak ketropak kek terserah kamu cech hehehehehe  Ingat mulainya jam 11 malam hehehehe "
Saya langsung terdiam dan terbayanglah dipikiran wajah-wajah seram yang akan saya temui di makam keramat tersebut. Wahhhh kacau Uyut membuat saya tidak tidur seharian nich. Benar saja seharian saya tidak bisa tidur dan stres memikirkan nanti malam.

Akhirnya apa yang saya kuatirkan datang juga. Tepat jam 11 malam saya diperinyahkan untuk berangkat ke makam keramat Mbah Yaman Sari. Suasana makam yang penuh mistik, seram dan hening serta lembab meyelimuti diri. Bulu kuduk saya segera berdiri dan perasaan takut langsung menyerang.
Tetapi saya berusaha untuk memberanikan diri untuk melawan ketakutan yang ada didalam diri. Parah, itulah kata kuncinya. Nothing To Loose lah pikir saya. Kemudian saya duduk dihadapan makam keramat tersebut. Segeralah saya berkonsentrasi sambil membaca doa dan mengucapkan asma Allah berulang kali dalam hati. Awalnya biasa saja tetapi tahukah apa yang terjadi kemudian.

Setelah satu jam saya melakukan wirid, tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing di malam hari. Auuuuuuu auuuuuuuu auuuuu. Gawat pikir saya. Pasti mulai berdatangan makhluk-makhluk gaib entah dari mana asalnya. Saya hanya berdoa saja kepada Allah agar saya dikuatkan imannya dan dihindarkan dari mara bahaya yang datang. Semua bacaan yang saya ingat terus diucapkan dan dilafalkan. Suasana kembali tenang.

Tapi beberapa saat kemudian rasa kantuk menyerang saya. Berat sekali kepala ini. Konsentrasi saya agak terganggu. Benar saja, tiba-tiba ada yang bergerak di sekitar paha saya. Waduh jangan-jangan... Ya Allah jangan itu yang bergerak di paha saya. Ternyata benar perkiraan saya, seekor ular besar bergerak di atas paha saya. Saya hanya bisa terdiam kaku dan tidak bisa bergerak lagi. Kembali lagi saya hanya bisa pasrah dan berdoa.

Selanjutnya ada sebuah benda mirip lidah berbau amis menjilati wajah saya. Setiap wajah saya dijilati maka rasa kantuk makin menjadi-jadi tetapi saya selalu ingat pesan Uyut kalau saya harus bertahan dan pasti mampu bertahan, Begitu saya buka mata... Astaghfirullah ternyata lidah bercabang dua seekor ular besar yang menjilati saya. Apakah itu ular atau naga saya kurang paham. Tapi saya terus mengucapkan asma Allah. Tiba-tiba ular tersebut berubah menjadi asap putih. Di balik asap putih tersebut tampat seorang laki-laki tua berpakaian serba putih dan tersenyum kepada saya. Tanpa banyak bicara tapi saya mengerti apa yang diucapkan olehnya dalam hati. Ohhh ini toh yang namanya Mbah Yaman Sari pikir saya saat itu. Baru saja saya ingin bertanya yang lain, sosok lelaki tua tersebut menghilang dan suasana kembali hening tapi tidak menakutkan. Damai, sejuk dan nyaman sekali.

Setelah itu tidak kejadian yang aneh-aneh sampai terdengar suara azan Subuh. Alhamdulillah saya mengucapkan puji syukur. Akhirnya saya berhasil melewati ini semua. Segeralah saya meninggalkan makam keramat tersebut menuju tempat Uyut berkumpul dengan Pak Kyai dan para santrinya.

Baru saja saya sampai. Uyut tertawa terbahak-bahak seperti orang sedang meledek. Tapi Uyut menyalami saya. Kebetulan saat itu Pak Kyai dan Santri-santrinya sedang melaksanakan Shalat Subuh. Saya menceritakan semua apa yang terjadi di makam keramat kepada Uyut. Uyut pun hanya tersenyum bangga. Beberapa saat kemudian Pak Kyai dan 10 santrinya datang tapi mereka merasa heran dengan keberhasilan saya melewati malam mencekam tersebut. Mulailah mereka bertanya-tanya kepada saya apa sebenarnya yang telah terjadi di makam keramat Mbah Yaman Sari. Saya hanya mengatakan sebaiknya bertanya Uyut saja. Kemudian Uyut menjelaskan secara detil tentang makam keramat tersebut dan siapa sebenarnya Mbah Yaman Sari.

Uyut menjelaskan kalau makam tersebut bukan makam orang tapi petilasan dimana didalam makam tersebut dikubur benda-benda milik mbah Yaman Sari. Untuk membuktikannya maka makam tersebut digali dan ternyata ditemukan hanya sebuah tasbih dan surban putih yang masih utuh. Kemudian kedua benda tersebut dikubur kembali untuk menghindari terjadinya pemujaan atau kemusyrikan.

Pertanyaan selanjutnya adalah siapa mbah Yaman Sari sebenarnya ? Ternyata beliau adalah Sunan Kali Jaga yang memakai nama tersebut dalam rangka syiar agama Islam. Dan tidak jauh dari lokasi makam tersebut juga ada makam Mbah Panggung yang pada dasarnya adalah Sunan Kali Jaga juga. Dikatakan mbah Panggung karena sering melakukan pertunjukkan wayang yang berisi syiar agama Islam.

Setelah Uyut menjelaskan semuanya, Pak Kyai menggelengkan kepalanya saat melihat saya sambil berkata " memang sampeyan ini kandel ya " Itu bukan kandel Pak Kyai tapi nekad dan terpaksa  hahaha

3 komentar:

  1. klw boleh tau ...
    kpn tepatnya anda berkunjung ke sana?...

    BalasHapus
  2. Mas sya alumni situ boleh kenal njenengan lebih jauh ngga, ni email saya akuanwarudinawenk@gmail.xom

    BalasHapus