Minggu, 29 Agustus 2010

Sampaikan Kebaikan Walau Hanya Satu Orang

thenewvoice.wordpress.com/2008/



Sekitar tahun 1990-an, saya pernah diajak teman kos untuk berkunjung ke kampung halamannya di daerah penghasil pualam, Tulungagung. Sebuah undangan yang dapat menambah wawasan saya mengenal daerah-daerah di Jawa Timur. Dengan menggunakan motor, saya dan teman berangkat dari Jogja ke Tulungagung. Kebetulan waktu itu saya sedang liburan semester. Daripada tidak ada kerjaan di tempat kos lebih baik saya ikut teman jalan-jalan ke Tulungagung.

Sesampainya di Tulungagung, saya menginap di rumah orang tua teman kos tersebut. Saya mendapatkan perlakuan yang baik dan luar biasa dari orang tuanya. Menurut saya, mereka adalah keluarga yang sangat memegang teguh adat dan tradisi jawa. Teman saya adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari keluarga kristiani. Di rumah tersebut hanya tinggal orang tua teman tersebut, sementara kakak-kakaknya sudah menikah dan tidak tinggal satu rumah lagi bahkan ada yang jadi diplomat di Jerman.

Walaupun sudah sepuh tapi ibu dan bapak teman ini masih terlihat sehat dan tidak pikun. Kebetulan sang bapak mempunyai usaha sendiri yaitu pembakaran batu pualam yang akan dipakai oleh pabrik-pabrik pembuatan marmer. Karena sudah berumur jadi usaha yang dilakukan saat itu hanya untuk mengisi waktu luang. Konon menurut pegawai senior sang bapak, usaha bapak teman ini sangatlah maju dan dari usahanya ini telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi bahkan ada yang mencapai tingkat doktoral. Sang bapak yang supel dan senang berdiskusisedang sang ibu yang perhatian sekali terhadap teman saya maka membuat saya makin betah berlam-lama di Tulungagung.

 

Suatu hari saya diajak jalan-jalan berkeliling kota Tulungagung. Saya pikir teman akan mengajak ke tempat-tempat wisata. Ternyata saya dibawa ke sebuah jalan di kota Tulungagung. Awalnya saya merasa heran saja kok jauh-jauh dari Jogja hanya sekedar melihat kehidupan dalam kota Tulungagung. Sampai pada sebuah perempatan jalan (kalau tidak salah jalan Panglima Sudirman) barulah saya menyadari ada satu peristiwa unik yang membuka saya tentang sebuah nilai.

Baru saja mendekati perempatan jalan tersebut, saya melihat dua orang dalam posisi hormat layaknya sedang melaksanakan upacara bendera di depan polisi dekat lampu merah. Saya pikir sedang apa dua orang tersebut memberi penghormatan dengan berdiri tegak dan tidak bergeming pada siang hari tapi tidak ada bendera merah putih yang harus dihormati. Barulah saya sadar ketika beberapa orang yang lewat perempatan tersebut tersenyum dan kelihatan menahan tawa.

Teman saya menghentikan motornya dan menghampiri pos polisi. Rupanya teman ini kenal sekali dengan bapak polisi lalu lintas yang sedang dinas di pos tersebut. Kemudian saya diperkenalkan dengan Pak Polantas tersebut. Namanya Pak Sugiman (seingat saya). Seorang Polisi yang bersahaja dan tidak kelihatan sekali kalau dia seorang polisi. Saya perkirakan umurnya sekitar 40 tahun tapi saya tidak tahu apa pangkatnya. Saya kurang paham dengan kepangkatan di dalam institusi Polri.

Setelah beberapa lama berbincang-bincang, iseng-iseng saya menanyakan kepada Pak Sugiman mengenai dua orang yang sedang memberi penghormatan bendera sejak kedatangan saya. Dengan muka tersenyum Pak menjelaskan kepada saya. Ohhh rupanya kedua orang tersebut telah melanggar peraturan lalu lintas yaitu tidak memakai helm dan tidak mempunyai SIM. Oleh Pak Sugiman, mereka tidak dikenakan tilang tapi dikenai sanksi yaitu berdiri tegap dan bersikap seperti orang yang memberi hormat kepada sang merah putih. Hukuman tersebut selesai bila ada pengendara kendaraan bermotor yang lewat jalan tersebut telah melanggar peraturan lalu lintas. Bila tidak ada yang melanggar maka mereka dihukum seperti itu selama 4 jam berdiri tegak memberikan hormat dan diberikan minum air putih tiap dua jam sekali agar tidak kehausan di siang hari. Hahaha lucu dan unik juga hukuman yang diberikan oleh Pak Sugiman.

Kata Pak Sugiman, hukuman ini diberlakukan sebagai pelajaran bagi pemakai jalan agar merasa malu dan merasa kapok sehingga tidak melanggar lagi aturan lalu lintas. Jadi Pak Sugiman tidak menilang bagi pemakai jalan raya yang melakukan pelanggaran lalu lintas ringan. Hukuman ini memberikan efek jera dan efektif dengan tujuan memberikan pendidikan yang baik bagi warga masyarakat dalam berlalu lintas. Jadi ada faktor psikologis juga yang digunakan dalam memberlakukan hukuman tersebut.

Kemudian Pak Sugiman meninggalkan kami untuk melihat kondisi kedua orang yang melanggar tersebut sambil membawa air minum dalam kemasan gelas. Setelah beberapa menit saya dan teman duduk-duduk di pos, tiba-tiba Pak Sugiman memberhentikan sebuah motor yang ditumpangi oleh 3 orang. Hahahaha saya tertawa renyah melihatnya sambil membayangkan ketiga orang tersebut berdiri tegak dengan gaya hormat kepada bendera merah putih di perempatan lampu merah. Benar saja, seperti yang saya bayangkan ketiga orang tersebut diperintahkan berdiri tegak dan mengangkat satu tangan kanan memberikan penghormatan. Posisi ketiganya menggantikan tempat kedua orang yang telah dihukum sebelumnya. Waduh lucu sekali dan saya benar-benar tertawa terbahak-bahak melihatnya. Ternyata yang tertawa bukan saya saja tetapi orang-orang yang kebetulan lewat atau yang berada di sekitar perempatan tersebut ikut tertawa juga. Benar-benar pemandangan yang unik dan membuka mata saya tentang nilai pendidikan dalam sebuah aturan hukum.

Perlu diketahui selain sebagai anggota polantas, Pak Sugiman terkenal aktif di berbagai kegiatan kepemudaan antara lain kegiatan Pramuka di sekolah-sekolah, karang taruna dan lain-lain. Ternyata Pak Sugiman juga seorang pendidik karena sering memberikan penyuluhan tentang berlalu lintas yang baik di berbagai sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Luar biasa sosok polantas yang baik ini. Jadi tidaklah salah kalau saya menuliskannya. Di tengah banyaknya berita miring tentang institusi polri, saya punya kewajiban untuk menyampaikan sebuah kebaikan walaupun hanya satu orang.

NB : Sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Rasulullah SAW, "Sampaikanlah dariku (kebaikan)," walaupun hanya satu ayat." Sabda Rasulullah tersebut sengaja saya analogikan juga dengan " Sampaikan Kebaikan Walau Hanya Satu Orang "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar