Selasa, 09 November 2010

Kembali Ke Khitah

hoaaam.blogspot.com



" Ingat ya Cech !!! Hati-hati, jeli dan teliti "

Itulah salah satu kalimat yang diucapkan oleh Eyang Sukma Nur Rasa sebagai pengingat kepada diri saya. Sudah hampir 8 tahun beliau meninggal dunia tetapi kalimat tersebut selalu saya ingat. Tetapi tetap saja namanya manusia, ungkapan " hati-hati, jeli dan teliti " selalu saja terlupakan. Mengapa hal itu bisa terjadi ???

Setelah 8 tahun, ternyata ungkapan tersebut terngiang kembali di telinga saya setelah mengalami beberapa peristiwa yang kurang mengenakkan. Saya menyadari apa yang saya lakukan ternyata banyak salahnya. Mulai dari nilai kebaikan yang tulus kepada orang sampai nafsu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Sungguh sia-sia semua yang telah diajarkan Eyang Sukma Nur Rasa selama ini. Itulah yang saya rasakan saat ini. Semuanya serba salah dan membuat saya malu terhadap diri sendiri tetapi semuanya sudah terjadi. Saatnya untuk berubah menjadi lebih baik. Salah satu caranya adalah kembali kepada khitah yang telah dilontarkan beliau yaitu " Hati-hati, Jeli dan Teliti " 

Memang selama 4 tahun ini terasa berat beban yang saya pikul. Semuanya mengarah kepada saya tetapi apa mau dikata karena semuanya menjadi amanah yang harus saya pikul. Apalagi amanah dari seorang Ayah kepada anaknya maka itu sudah menjadi tanggung jawab dan tidak dapat ditolak.

Ya kembali lagi masalah kematangan sikap dan pebuatan. Ternyata saya harus banyak belajar lagi. Apa yang saya alami selama ini akan menjadi sebuah perenungan yang baik untuk masa yang akan datang.

Bodohkah ? Keledaikah ? Naifkah ? Munafikkah ? Saya tidak bisa menjawabnya. Tetapi ada satu yang bisa dikupas dari ungkapan Eyang. Hati-hati bisa saja dimaknai bukan hanya sekedar waspada tetapi lebih kepada penggunaan hati sebelum bertindak atau berbuat. Apalagi kata hatinya ada 2 kata, yang berarti bicaralah dengan hati secara terus menerus sebelum mengambil keputusan dan bertindak.

Selanjutnya Jeli, layaknya produk jeli yang bentuknya kenyal, lembut, dan meringankan perut. Jadi jeli bisa dimaknai dengan bersikaplah seperti layaknya jeli dalam pergaulan sehari-hari dan bukan hanya awas dan cerdas dalam mengamati sesuatu hal. Kenyal dalam bergaul, lembut dalam bertutur kata dan membuat ringan semua permasalahan yang dihadapi. Itulah pengertian jeli dalam perenungan malam ini.

Kemudian teliti, pengertiannya selalu berhubungan dengan akal pikir. Akal pikir disini berkaitan dengan masalah komunikasi (mengingatkan saya akan kata TELIT). Memang selama ini komunikasi yang dijalankan belumlah sempurna karena keterbatasan diri untuk bicara tentang banyak hal. Tetapi saya memaknai komunikasi sebagai penyampaian suatu haruslah diolah terlebih dahulu dengan akal pikir yang sejalan dengan hati supaya tidak menimbulkan persepsi yang salah. Selain itu semua organ tubuh harus difungsikan untuk menjalankan apa yang dinamakan teliti.

Jadi dari ungkapan "hati-hati, jeli dan teliti" yang sebenarnya satu kesatuan maka dapat disimpulkan mirip dengan pesan Eyang Sukma Nur Rasa dulu sekali yaitu sampai kepada orang lain apa yang kamu ketahui dari A sampai Z apabila kamu sudah mengupasnya walaupun baru secuil dan jangan disembunyikan. Dan diamlah kamu apabila kamu tidak mengerti apa-apa karena itu lebih baik layaknya seorang penonton sepak bola yang bersikap baik dalam menonton sebuah pertandingan sepak bola tanpa harus berteriak-teriak dan berkomentar tanpa juntrungan yang jelas.

Untuk itu saya hanya meminta maklum kalau mulai malam ini disaksikan oleh yang menyaksikan tulisan ini maka saya akan menjalankan ungkapan "hati-hati, jeli dan teliti" dengan sebaik-baiknya. Maafkan saya kalau ada perubahan sikap dan perbuatan yang lebih berbeda dari biasanya. karena bagi saya itulah hal yang terbaik untuk masa depan saya.

Sebagai rasa syukur dan mengingat nasehat orang tua maka saya hanya ingin mendoakan Eyang Sukma Nur Rasa dengan ucapan Al Fatihah.

" Usholi ala sukmana rasana Syekh Sukma Nur Rasa... Al Fatihah "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar