Rabu, 01 September 2010

Shalat Jumat Di Bellevue, Seattle

sholat di sebuah mesjid di seattle (www.seattlepi.com)

Tidak tahu mengapa tiba-tiba saya teringat dengan kota di Amerika Serikat bernama Seattle, Negara Bagian Washington. Yang pasti ini tidak ada hubungannya dengan film Tom Hank dan Meg Ryan yang berjudul "Sleepless In Seattle ". Terus terang saya menyukai kota ini dan sempat tinggal di sana. Sebuah kota yang dikeliling banyak danau, sejuk, bersih, dingin dan banyak komunitas orang Asianya.

Sebagai orang baru menetap di sebuah daerah baru (tahun 2001) maka saya dituntut untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya adalah masalah Shalat. Awal mulanya saya sering kali salah menentukan arah kiblat. Kebiasaan di tanah air yang selalu menghadap kiblat ke arah barat miring sedikit maka selalu terbawa juga di Seattle sehingga saya sering ditertawakan oleh teman. Padahal Seattle itu letaknya di barat Mekah (maaf kalau salah) jadi seharusnya saya menghadapkan kiblat ke arah timur.

Karena sering melakukan kesalahan tersebut maka saya memutuskan untuk shalat di mesjid. Nah ini yang jadi masalah. Tidak seperti di Indonesia yang mudah sekali menemukan mesjid dengan hanya mendengar suara azan saja sudah tahu keberadaan sebuah mesjid. Di Seattle bentuk mesjidnya seperti rumah biasa tanpa pengeras suara. Tetapi dengan bantuan teman maka saya berhasil juga menemukan mesjid. Letak mesjid tersebut berada di daerah Bellevue, Seattle dan jaraknya hampir 2 km (beberapa blok dari tempat tinggal saya).

Saat itu hari Jumat, saya sudah merencanakan ingin shalat Jumat di mesjid. Setelah saya mendapatkan informasi waktu shalat Jumat yaitu sekitar jam 13.35 (waktu setempat) maka 1 jam sebelum sholat Jumat saya sudah berangkat dari rumah. Saya telah menghitung kalau jaraknya 2 km dari rumah maka saya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan berjalan kaki, Tetapi apa yang terjadi ? Saat itu Seattle memasuki musim semi dan suhu udara sekitar 5-10 derajat Celcius. Dingin sekali bagi saya yang baru beberapa hari di sana, tanpa dinyana saat sedang berjalan saya merasakan hidung mengeluarkan cairan (ini bukan ingus ya hehehe). Secara reflek tangan saya menyapu cairan tersebut dan saya juga tidak menyadari kalau cairan yang keluar itu adalah darah. Rupanya saya mengalami mimisan. Mungkin disebabkan oleh dinginnya udara sehingga jaringan pembuluh darah hidung saya tidak kuat dan pecah sehingga mengeluarkan darah.

Sesampainya di mesjid banyak orang yang memandangi saya. Saya berpikir mengapa orang-orang banyak memperhatikan saya. Saya baru tahu saat wudhu dimana air wudhu berwarna merah darah. Tetapi Alhamdulillah setelah wudhu, darah tidak keluar lagi dari hidung saya. Akhirnya saya dapat melakukan shalat Jumat di mesjid tersebut untuk pertama kalinya. Setelah itu saya selalu melakukan shalat Jumat di mesjid tersebut.

Setelah beberapa kali saya melakukan shalat Jumat di mesjid, saya mengerti bagaimana jalannya shalat Jumat di Bellevue. Kebanyakan jamaah yang hadir adalah keturunan Arab yang bekerja, belajar atau sudah menjadi warga negara Amerika Serikat. Hanya sebagian kecil saja keturunan Asia yang kebanyakan berasal dari bangsa melayu.

Yang saya kagumi dari mesjid tersebut adalah ternyata mesjid bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual saja tetapi mesjid sebagai pusat segala hal mulai dari informasi perdagangan, pekerjaan, cari jodoh dan lain-lain. Di mesjid tersebut menyediakan sebuah papan board besar yang selalu ditempeli informasi bagi umat Islam di Bellevue. Contohnya adalah " Dibutuhkan tenaga kerja pria untuk Toko A ", " Saya seorang janda/duda keturunan A, mempunyai sekian anak dan sedang mencari pasangan hidup. Silahkan hubungi saya dengan nomor sekian ", " Anda mempunyai masalah dengan pihak imigrasi, harap hubungi kami dari biro hukum Z " dan masih banyak lagi informasi yang terpampang di papan board mesjid tersebut. Luar biasa, mesjid juga berfungsi sebagai ibadah sosial dan memperkuat ikatan silaturahim umat Islam. Belum lagi kalau melihat orang-orang berjualan di sekitar halaman mesjid. Semua barang-barang berkaitan dengan Islam lengkap tersedia dan dijual yang kebanyakan penjualnya berasal dari orang kulit hitam. Tapi yang menariknya adalah setelah sholat Jumat, biasanya jamaah diberikan makanan gratis oleh pengurus mesjid yang kebanyakan berasal dari keturunan Arab.

Setiap ada suka maka ada dukanya. Sekali lagi saya bukan ingin mentertawakan atau merendahkan orang lain. Ada peristiwa yang bisa dikatakan menarik dan menyedihkan seperti yang saya alami ini. Kebiasaan jamaah Jumat di mesjid tersebut adalah menjelang khotib melakukan khotbahnya mereka (sebagian besar keturunan Arab) biasanya membaca Al Qur'an yang memang disediakan banyak sekali oleh pengurus mesjid. Berbeda dengan saya yang hanya duduk terdiam sambil menunggu Khotib datang (kebiasaan di tanah air terbawa di sana). Kemudian pada saat shalat Jumat, tidak ada sedikitpun ruang kosong. Kalau ada sedikit ruang kosong saja walaupun tidak muat untuk ukuran tubuh mereka yang besar maka langsung diisi paksa. Akibatnya saya seringkali merasa kesempitan dan terganggu sehingga untuk duduk tahiyat terakhir saja tidak bisa. Saya hanya bisa memaklumi mungkin ini kebiasaan mereka yang keturunan Arab.

Sampai pada suatu waktu, ada orang yang tampaknya keturunan Arab bertanya kepada saya, Mengapa saya tidak pernah membaca Al Qur'an untuk mengisi waktu datangnya Khotib.

" Halo, Anda orang Indonesia ? " tanya seorang pria muda keturunan Arab.

" Benar saya orang Indonesia. Kok bisa tahu ? " jawab saya

" Banyak orang Indonesia yang sering sholat di sini. Kebetulan saya banyak berteman dengan orang Indonesia di Auburn. Saya tahu ciri-ciri orang Indonesia. Oh ya anda bekerja atau ... "

" Saya hanya jalan-jalan (turis) "

" Ohh begitu. Boleh saya tanya sesuatu kepada Anda "

" Silahkan "

" Saya sudah lama memperhatikan anda setiap sholat Jumat di sini. Tapi saya perhatikan anda tidak pernah membaca Qur'an untuk sekedar mengisi waktu datangnya Khotib. Khan lebih baik membaca Al Qur'an untuk menambah ilmu agama. Apakah ini kebiasaan umat Islam di negara Anda "

" Hahahaha kebanyakan seperti itu tapi bukan kebiasaan " ujar saya sambil tertawa.

" Berarti Anda harus banyak belajar tentang tata tertib shalat Jumat "

" Ohh begitu ya, Benar sekali kalau Anda menyuruh saya untuk belajar lagi. Tetapi ada yang membedakan antara umat Islam di negara saya dengan negara Anda "

" Bedanya ??? "

" Memang di negeri saya, umat Islam jarang membaca Al Qur'an pada saat menunggu kedatangan Khotib. Bahkan banyak yang ketiduran. Berbeda dengan umat Islam di negara Anda. Tapi... "

" Tapi apa ?! "

" Setelah shalat jumat, umat Islam di negeri saya tidak pernah curang, tidak pelit, tidak menyiksa orang kecil apalagi pembantu atau pekerja asing, tidak ingkar janji, tidak jahil dan lain-lain. Pokoknya umat Islam di negeri saya alim dan rendah hati. Berbeda khan dengan negeri Anda walaupun rajin baca Al Qur'an tapi tingkah lakunya berlawanan dengan umat Islam di negeri saya hehehehe " jawab saya sambil pergi meninggalkan pria muda keturunan Arab tersebut.

"@#@$%%^&*(*^%*()( " gerutu pria muda tersebut dalam bahasa yang tidak saya mengerti dengan wajah memerah.

Saya keluar dari mesjid tersebut dengan wajah tersenyum walaupun dalam hati tertawa terbahak-bahak. Tapi pada saat saya ingin menyeberang jalan tiba-tiba saya ditabrak dari belakang dengan keras oleh seorang pria. Saya sempat terjatuh di jalan. Punggung saya terasa sakit sekali. Untung saja ada orang yang membantu tapi saya sempat melihat orang yang menabrak saya. Ternyata oh ternyata yang menabrak saya adalah pria muda keturunan Arab yang berbicara dengan saya di dalam mesjid. Terlihat sekali wajah senyum sinisnya. Hahahahahaha saya hanya bisa tertawa dalam hati sambil menahan sakit. Aaaaasssssssyemmmmmmm..........

Itulah pengalaman shalat Jum'at di negeri orang. Mudah-mudahan bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar