Kamis, 30 September 2010

Konsekuensi Dan Tujuan

Sebelum saya mengulas lebih lengkap maka saya meminta pembaca untuk memperhatikan pola berikut : 1 = 5, 2 = 10, 3 = 15, 4 = 20, 5 = ???. Banyak orang akan menjawab 5 = 25. Alasannya adalah berdasarkan deret ukur. Memang betul kalau berdasarkan deret ukur tetapi perhatikan kembali polanya maka akan diperoleh jawaban 5 = 1 karena 1 = 5. 

Mengapa bisa begitu jawabannya ? Kebanyakan orang selalu memandang kehidupan di dunia dalam hitungan matematis tetapi tidak bagi Allah SWT. Semuanya akan kembali kepada Yang Satu yaitu Dia Sang Maha Pencipta. 

Logikanya sebagai berikut konsekuensi orang makan adalah kenyang, orang berbuat baik adalah pahala, orang bekerja adalah memperoleh penghasilan atau pendapatan berupa gaji. Hal itu secara terus menerus menjadi patokan pola pikir manusia. Akibatnya adalah akal pikir selalu dihubung-hubungkan dengan berbagai perhitungan yang rumit sehingga pada akhirnya akan membuat syaraf di otak mnjadi cepat aus alias tua sehingga terjadilah penurunan daya tangkap.

Padahal bukan konsekuensi yang dicari. Yang dicari adalah tujuan. Ya tujuan. Tujuan itulah lebih utama. Orang makan jelas akan kenyang. Orang minum jelas akan melepas dahaga. Tetapi  apakah hanya itu saja ? Jawabannya adalah tidak. Harus ada peningkatan kualitas dan pembaharuan diri. Secara fisik, terjadi peremajaan sel-sel syaraf sehingga selalu ada penyegaran dalam berpikir.

Peningkatan kualitas seperti apa ? Contiohnya kembali lagi adalah makan. Kita makan bukan hanya sekedar mengenyangkan perut tetapi harus jelas pola makan dan baik bagi kesehatan seperti jumlah asupan kalori harus seimbang dengan pengeluaran energi. Pola makan yang sehat dengan menyeimbangkan antara makanan asal nabati dan hewani. Lihat saja akibat dari ketidak seimbangan maka terjadilah penyakit dalam diri manusia seperti diabetes, jantung, kolesterol, kanker dan sebagainya. 


Demikian pula dengan bekerja. Kita bekerja bukan hanya untuk memperoleh gaji saja tetapi harus ada tujuan yang jelas. Kita bekerja untuk ibadah yaitu ibadah untuk diri sendiri dan kemaslahatan banyak orang. Dan ujung-ujungnya adalah kembali kepada yang satu yaitu Sang Maha Pencipta. Hal ini berlaku bagi semua aktifitas hidup sehari-hari.

Untuk itu diperlukan adanya evolusi berpikir yaitu pusatkan energi diri dan salurkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Konsekuensi hanyalah akibat dan bukan sebab. Karena sebab itu hanyalah milik Allah SWT.  Begitulah yang terjadi bila kita mau beramal maka jangan pikirkan masalah jumlah hitungan pahala tetapi semuanya dilakukan karena Allah SWT. 

Apabila kita sudah mengerti tentang hakikat konsekuensi dan tujuan maka tidaklah heran banyak orang sudah dapat menemukan format atau bentuk bagi dirinya. Apakah mau lingkaran ? Segi empat ? Segitiga ? Atau lainnya.

Sekali lagi perhatikan pola kehidupan di dunia yang tidak absolut dan eksaktatetapi semuanya berjalan karena adanya keimanan kepada Sang Maha Pencipta agar kita bisa mengerti kelemahan yang ada dalam diri manusia yaitu ketakutan dan keserakahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar