Rabu, 01 September 2010

Kaya-Miskin, BAB-nya Tetap Sama-sama Bau

Barusan saja seorang teman yang bukan Kompasianer mengomentari tulisan saya "Musuh Dalam Selimut (Enemy Within) (bisa dilihat disini ). Ada satu hal yang menarik dari perkataannya, "Mau konglomerat kek, melarat kek, kaya-miskin, laki-laki-perempuan dan lain-lain tetap saja sama-sama bau kalau buang air besar (BAB). Yang membedakan hanya proses keluarnya saja hehehehehe "


Ilustrasi (g2glive.com)

Nah lho apalagi nich pikir saya. Kemudian dia cerita tentang kabayan yang selalu menangis meraung-raung ketika BAB. Raungan dan kesedihannya melebihi daripada apapun termasuk ditinggal mati oleh orang-orang yang dicintainya. Memang edan teman satu ini. Dikatakan alasan Kabayan meraung-raung adalah sudah susah-susah mencarinya kok keluarnya hanya segitu. Sudah begitu bau lagi hehehehehe.
Makna yang bisa saya tangkap dari cerita itu adalah betapa sempurna dan maha besarnya Allah menciptakan sistem bekerjanya tubuh untuk mengeluarkan kotoran-kotoran dalam tubuh yang dianggap tidak berguna bagi tubuh. Sudah jelas yang namanya kotoran pasti bau dan menjijikkan. Jadi konglomerat yang makanannya serba enak, bergizi atau apapun tetap sama baunya dengan si melarat yang menu makannya sederhana bahkan makannya hanya nasi dengan garam sekalipun. Tetap sama-sama bau dan tidak ada bedanya. Jadi manusia itu tidak ada yang sempurna, tetap bau kalau buang angin atau BAB dan filosofinya adalah diantara semua yang miliki manusia maka ada sebagian kecil yang harus dikeluarkan.

Yang membedakan BAB-nya setiap manusia adalah proses mengeluarkan kotoran-kotoran tersebut. Coba bayangkan saat BAB, mulai dari jongkok, mengejangkan otot anus (maaf) alias ngeden (bahasa umumnya red.) sampai keluarnya. Banyak orang yang menikmati proses tersebut dan terasa lega pada saat sudah keluar. Tapi ada juga orang tidak dapat menikmati proses tersebut misalnya kalau sedang sakit perut akibat masuk angin atau salah makan (apapun disikat terutama sekali yang pedas-pedas). Betapa tersiksanya pada saat itu.

Kesimpulannya adalah carilah makanan yang baik dan halal. Pengertian halal disini adalah rejekinya halal, proses mencarinya halal, dan mengeluarkannya juga halal sehingga mengandung nilai ibadah terutama beribadah kepada Allah SWT. Pada akhirnya pada saat dimakan maupun dikeluarkan, kita benar-benar menikmatinya yaitu kenikmatan Ilahi. Sebaliknya bila tidak halal maka rejeki yang didapat seperti masuk angin atau salah makan sehingga terasa sekali siksaan dan kesengsaraan dalam diri (batin) serta membuat tubuh menjadi tidak sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar