Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-65, tiba-tiba saya dikejutkan oleh sebuah sepeda motor matic yang sengaja menyerempet tubuh saya yang sedang berjalan. Saya sempat terkejut dan hampir saja emosi diri keluar. Tetapi saat saya melihat pengendara motor tersebut, saya langsung kaget dan tersenyum kecut. Rupanya teman lama yang sudah tidak bertemu hampir 10 tahun. Sialan dalam pikiran saya, bercanda saja nih teman hehehe.
Sebut saja namanya Agus, teman lama yang dulu seringkali menyertai kemana saja saya pergi ke berbagai tempat pengajian. Memang sudah banyak berubah penampilan Agus. Tubuh mulai kelihatan tambun dengan wajah yang agak klimis dan kelihatannya hidupnya sudah mulai mapan. Saat ini Agus tinggal dan bekerja di Balikpapan. Kebetulan saja selama seminggu ini Agus ada acara bisnis dengan rekannya di Jakarta.
Agus sempat merasa heran dengan penampilan saya yang dari dulu sampai sekarang tidak ada perubahan kecuali penampilan yang agak urakan. Berbeda dengan waktu kami sama-sama kuliah di Jogja, saya lebih pendiam, alim dan rajin mengikuti acara pengajian. Itu menurut Agus lho hehehe.
Dia juga mengatakan kalau sudah kangen ingin bertemu dengan saya. Dan dia tidak percaya dengan cerita teman-teman yang mengatakan kalau saya lebih banyak berkecimpung di komunitas Sunda dengan budaya dan adat istiadatnya. Apalagi saat bertemu tadi saya mengenakan celana hitam, makin membuat dia semakin bertanya-tanya tentang perubahan saya tersebut.
Terus terang dengan pertemuan tadi, kami saling bercerita satu sama lain tentang perjalanan kami selama ini. Dia mengatakan kalau saya benar-benar telah berubah, lebih urakan, banyak bicara dan senang berdiskusi. Setelah cerita ngalor ngidul sampai pada pertanyaan dia tentang kiriman bukunya sekitar 3 tahun yang lalu. Saya sempat terkesiap untuk menjawab pertanyaannya.
Saya mengatakan kalau buku tersebut sudah diterima oleh saya tapi lupa dimana buku tersebut disimpan. Buku tersebut sengaja dikirimkan via pos kepada saya karena katanya saya pasti sangat menyukai isi buku tersebut. Setelah saya berusaha mengingat-ingat dimana saya meletakkan buku tersebut. Akhirnya saya menemukan buku tersebut.
Agus sempat marah dan cemberut setelah mengetahui kalau buku tersebut diletakkan dikumpulan kaset-kaset milik pribadi sehingga kelihatan kusan penampilannya. Dan yang membuat Agus lebih marah lagi ternyata saya belum membuka plastik pembungkusnya yang sudah berdebu dan membacanya.
" Bagaimana sih Cech. Lu nggak suka ama buku kiriman gue. Kalau nggak suka balikin aja ke gue "
" Aduh bukan begitu Gus. Gue minta maaf. Sejak meninggalnya bokap, gue nggak sempat memikirkan yang lain apalagi ditambah nyokap sakit. Tuh lihat aja kiriman kaset-kaset dan CD motivasi yang dikirimkan teman dari luar negeri belum gue sentuh sama sekali. Tetapi gue benar-benar minta maaf bukan nggak menghormati elo, tapi benar-benar nggak kepikiran. Maaf ya Gus. Lagipula gue pasti nggak sempat bahkan malas membaca buku setebal itu hehehe maaf bercanda "
" Wah elu benar-benar berubah Cech. Gue lihat di FB ku rajin banget ngurusin hal-hal yang berbau Sunda dan komunitasnya. Elu sudah nggak kayak dulu lagi. Elu bukanlah Cech yang gue kenal "
" Emangnya kenapa dengan gue "
" Elu kelihatan lebih dewasa bahkan "dituakan" lah istilah gue. "
" Gila lu dituakan. Gue sih biasa-biasa aja "
" Iya menurut lu. Gue pikir sejak peristiwa bangkrutnya usaha bokap dan ditambah dengan meninggalnya beliau. Yang di otak lu hanya nyokap dan keluarga besar. Gue yakin lu sekarang menggantikan posisi bokap lu khan ? Benar nggak "
" Iya gitu dech. Elu bisa aja. Oh ya buku ini gw buka ya plastiknya hehehe "
" Dasar !!! "
" Aduh berat sekali nih bacaannya. Gue endapkan dulu pikiran yang lain baru bisa baca buku ini "
" Pura-pura aja lu. Dulu buku-buku tentang tasawuf atau kesufian hanya sebentar aja lu lalap. Masak sekarang lu nggak bisa "
" Itu dulu waktu gue masih jadi orang baik hahaha sekarang khan gue termasuk golongan sesat hahahaha "
" Dasar setan hahahahaaha "
" Eits judulnya kelihatannya menarik Gus. Gue punya feeling ini buku sedikit menyinggung tentang syiah ya "
" Nggak juga Cech... Pokoknya elu baca dulu. Nanti kalau sudah selesai elu telepon gue. Gue pasti datang dan mau diskusi tentang buku ini. "
" Diskusi ??? (kayak bagus aja nich buku dalam pikiran saya hehehe) "
" Iya gue tunggu undangan lu ya cech "
" Wokeh kalau gue ingat ya. Gue sebetulnya lebih senang diskusi tentang bagaimana caranya cari duit hahahaha "
" Hahahaha lagi bokek lu "
" Tahu aja kalau gue lagi bokek hehehehe "
" Nanti gue transfer ya.... Itupun kalau ingat wakakakakakakak "
" Bales nich ye. Oh ya kapan lu balik ? "
" Besok sore Cech... Padahal gue ingin banget kayak dulu Cech. Kita jalan-jalan keluar masuk kampung, tempat-tempat pengajian, pesantren dan orang-orang yang katanya tinggi ilmu agamanya. Apalagi pas puasa seperti sekarang, makin getol dech jalan-jalannya hehehe "
" Gue juga kangen sih tapi kita punya tanggung jawab yang lebih besar daripada sekedar jalan-jalan. Cari ilmunya bisa dimana aja tergantung bagaimana kita bisa mengasah iqro yang kita miliki "
" Nah ini yang gue demen dari lu Cech. Sudah mau sore, gue balik dulu ke hotel. Teman gue sudah nunggu dari tadi. Lagipula ini motornya "
" Ya sudah lu balik sono. Nanti teman lu ngedumel. "
" Assalamulaikum "
" Wa alaikumussalam "
" Amitaba "
" Sanchai "
" Kun faya Kun "
" Rabbi Kun "
" Nasruminullah "
" Wa fathun qarib "
Hahahahahaha mantap gan....
dok.cech |
NB: Ada beberapa catatan dari buku ini yang sempat selintas saya baca yaitu
Rasulullah SAW pernah bersabda:
" Adil satu jam lebih baik daripada melakukan shalat pada malam hari dan berpuasa pada siang hari selama tujuh puluh tahun "
" Perbuatan seorang pemimpin yang adil dalam memimpin masyarakat selama satu hari, lebih baik dari ibadahnya seorang hamba ditengah-tengah keluarganya selama seratus atau lima puluh tahun "
" Pada saat setiap individu masyarakat berakhlak dan berpola pikir ilahiah, maka masyarakat itu sendirilah yang nantinya bangkit menegakkan keadilan serta membentuk tatanan kehidupan yang adil "
Iman Ali ra mengatakan,
" Berlebih-lebihan dalam mencela, menyalakan api keras kepala "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar