Kamis, 26 Agustus 2010

Meninggal di Mesjid Itu = Mati Syahid ?

serisiapsiaga.wordpress.com

Tulisan ini sekedar bonus setelah seorang teman bertanya saya tentang sebuah kematian. Bagi setiap orang kematian adalah kehendak Allah SWT dan itu pasti terjadi (haqqul yaqin). Tetapi masalahnya adalah bagaimana kita menghadapi kematian itu sendiri ? Takutkah ? Gembira atau bahagia kah ? Masa bodo kah ? Silahkan kita menjawabnya sendiri-sendiri.

Tetapi tulisan ini hanya mengungkapkan sebuah kejadian kematian yang pernah saya lihat dan alami di sebuah mesjid di daerah Garut. Pada waktu itu saya dan uyut berkunjung ke tempat anak buah beliau. (sebut saja namanya Asep). Kebetulan kami sampai menjelang Ashar. Kamipun berbincang-bincang dengan santainya dengan beberapa orang yang ikut nimbrung karena mendengar kabar Uyut datang. Sejam kemudian barulah kami dikejutkan oleh ramainya orang-orang yang berteriak-teriak kalau ada orang meninggal di dalam mesjid (jaraknya kurang lebih 200 meter dari rumah Asep). Beberapa dari kami pun segera beranjak menuju ke mesjid. Saya dan Uyutpun hanya terdiam di tempat sambil menunggu berita tersebut.

Beberapa saat kemudian Asep datang kembali ke rumah dan mengatakan kalau benar ada orang yang meninggal dunia dalam mesjid dan posisi mayatnya terlentang di pojok belakang dalam mesjid. Uyutpun bertanya siapakah gerangan yang meninggal tersebut. Rupanya yang meninggal tersebut masih penduduk disitu dan bernama sebut saja Andang. Pria berumur 40 tahun dan bekerja sebagai buruh tani.

Mendengar penjelasan Asep, Uyut hanya tersenyum tanpa bicara apa-apa. Tetapi saat saya menanyakan apa makna senyumnya beliau. Barulah beliau mengatakan dengan tegasnya kalau Andang tersebut belum meninggal dunia. Betapa kagetnya kami yang mendengar pernyataan Uyut tersebut. Sementara di luar orang-orang mengatakan kalau Andang telah meninggal dan mati syahid. Kemudian Uyut meminta Asep untuk mengajaknya ke mesjid untuk melihat jasad Andang.

 

Kamipun segera bergerak ke mesjid. Benar saja terlihat jasad seorang pria yang terbujur kaku. Setelah diperiksa oleh seorang mantri maka Andang dinyatakan telah meninggal dunia. Tiba-tiba Uyut mengatakan kalau Andang belum meninggal dunia. Semua orang yang ada di mesjid kaget luar biasa. Bagaimana bisa orang yang sudah tidak ada denyut nadinya alias sudah berhenti detak jantungnya kok bisa dinyatakan belum meninggal dunia.

Bany7ak orang yang kurang percaya dengan perkataan Uyut. Tapi Uyut tetap saja bertindak dengan meminta saya dan beberapa orang untuk berwudhu dulu. Uyutpun meminta disediakan kain putih seadanya. Setelah itu jasad Andang diletakkan di tengah dan kami duduk mengelilinginya. Dengan khusu' Uyut meminta kami untuk tawasulan dulu meminta kepada Allah SWT untuk diberikan petunjuk yang terbaik. Kemudian Uyut dengan khusu' menyanyikan sebuah kidung. Setiap mengikuti alur nada kidung tersebut terasa sekali bulu kuduk ini berdiri, padahal hari masih sore. Terlihat sekali wajah Uyut menangis dan beberapa kali Uyut terbata-bata menyanyikannya. Tahukah apa yang terjadi kemudian.

Subhanallah !!! Jasad Andang yang diselimuti kain putih tiba-tiba bergerak. Semua orang kaget, takut, bingung dan ada juga yang lari. Kain putih tersebut disingkapnya, tampak Andang kebingungan melihat banyaknya orang yang duduk mengelilingi. Sambil menengok kanan dan kiri, Andang pun bertanya ada apa sebenarnya yang terjadi.

Kemudian Andang disuruh oleh Uyut untuk wudhu. Beberapa saat kemudian Andang menemui Uyut. Uyutpun langsung bertanya kepada Andang, sebenarnya apa yang terjadi dan kejadian apa saja yang telah dialami oleh Andang dalam "matinya" tersebut.

Andang bercerita kalau saat itu ia letih sekali setelah bekerja di sawah seharian. Di samping itu ia sedang banyak pikiran karena memikirkan beban ekonomi keluarganya. Salah satunya adalah biaya sekolah anaknya yang ingin masuk SMA. Katanya setelah shalat Ashar, Andang duduk termenung memikirkan bagaimana caranya agar dapat menemukan solusi bagi masalahnya tersebut. Tahu-tahu Andang merasakan kesunyian yang mendalam dan kosong seketika. Mwenurut dia, saat itu ada sosok pria besar yang mengajaknya jalan-jalan ke suatu tempat dan dikatakan kalau tempat yang akan dikunjunginya itu dapat melepaskan semua beban hidupnya. Andangpun hanya mengikuti saja dengan pasrahnya. Baru saja sampai di tempat tersebut, tiba-tiba ada seorang kakek tua yang memanggil-manggil namanya. Dikatakan oleh kakek tua tersebut kalau Andang belum waktunya datang ke tempat tersebut dan lebih meyakinkan lagi kalau tempat tersebut bukanlah tempat yang tepat baginya. Saat itulah Andang merasakan udara dingin di seluruh tubuhnya dan mendengar suara orang yang sedang menyanyikan asma Allah. Sungguh indah sekali didengarnya. Terbangunlah Andang dari tidurnya dan melihat kalau sudah banyak orang disekelilingnya.

Kami mendengar perjalanan panjang Andang dengan seriusnya. Tetapi anehnya UYut hanya tertawa dan segera meninggalkan mesjid untuk kembali ke rumah Asep. Di rumah Asep, Uyut tetap saja tidak banyak bicara, sementara banyak orang yang datang silih berganti menemui uyut walau hanya sekedar bersalaman termasuk keluarga Andang yang mengucapkan terima kasih kepada Uyut. Melihat suasana yang kurang kondusif maka Uyut mengajak saya untuk segera pulang ke Sumedang malam hari.

Sepanjang jalan saya bertanya kepada Uyut tentang fenomena tersebut. Uyut hanya menjawabnya dengan bercandan dan menyuruh saya untuk diam dan tidak bertanya-tanya lagi. Tetapi Uyut hanya mengingatkan kepada saya untuk tidak mudahnya menjustifikasi kalau orang yang meninggal dunia di mesjid tersebut dinyatakan mati syahid. Karena yang berhak menyatakan seseorang mati syahid atau tidak hanyalah ALLAH SWT. KUN FAYA KUN RABBI KUN.

Pertanyaannya adalah apakah sebenarnya Kidung yang dinyanyikan oleh Uyut saat menangani Andang saat itu ? Tidak ada yang tahu kecuali yang tahu. Konon kabarnya kidung tersebut adalah Kidung Sunan Kalijaga. Wallahu alam bishawab.

NB: Sungguh Aku telah mengingkari janjiku untuk berhenti. Tetapi demi sebuah perenungan yang mungkin bermanfaat maka Aku melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar