Jumat, 27 Agustus 2010

Mengapa Aku Memilih Golongan Hitam (GOLTAM) ?

hidup goltam !!! (ikomumm.blogspot.com)



 " Kok golongan hitam "

" Ya, memangnya mengapa ? "

" Aneh saja. Yang ada khan golongan putih (golput) "

" Kalau ada golput semestinya ada penyeimbangnya dong yaitu golongan hitam (goltam) "
Itulah penggalan percakapan teman-teman setiap melihat profil saya di FB dan Kompasiana. Adakah yang salah ? Saya pikir tidak ada yang salah. Mungkin banyak orang tidak menyana kalau saya memilih goltam tapi saya maklumi.

Kalau bicara "hitam" maka pikiran orang akan tertuju kepada hal-hal yang aneh, malam dan gelap tanpa gairah hidup. Apalagi kalau mendengar ada golongan hitam, wah ini dipersepsikan sebagai sekumpulan orang sesat, jahat, mistik, main belakang, seram (horor) dan lain-lain.


Golongan hitam (goltam) memang sengaja dikampanyekan dan diperkenalkan oleh saya pribadi pada saat pemilu kemarin. Alasannya adalah banyak sekali orang yang dengan bangganya menyatakan dirinya golongan putih (golput) alias tidak memilih dalam pemilu tersebut. Tetapi belum pernah yang berani mendeklarasikan dirinya termasuk golongan hitam. Ini perlu disampaikan sebagai penyeimbang supaya jelas pilihannya dan tidak mencla mencle agar tidak dikatakan golongan abu-abu.

Persepsi orang terhadap golput pasti mengarah kepada pemberontakan terhadap sistem perpolitikan di negeri ini sehingga tidak memilih sama sekali. Mereka menganggap dirinya bersih, benar dan baik. Tetapi pada kenyataannya setelah hasil pemilu diperoleh mereka paling keras teriaknya untuk memprotes hasilnya yang dikatakan tidak demokratis. Tetapi ujung-ujungnya bicara kekuasaan juga hehehe. Kalau sudah tidak memilih atau abstain mbok yao menahan diri. Contohnya sudah banyak, bicara tentang moral dan etika tetapi perbuatannya tidak bermoral dan beretika.

Kemudian bagaimana dengan golongan hitam ? Sudah jelas khan namanya saja sudah golongan hitam jadi tidak mungkin berteriak-teriak karena orang akan menganggapnya goltam ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Untuk itu goltam tahu posisi dan porsi yang mesti dilakukannya sehingga goltam membatasi diri untuk bicara moral dan etika. Yang pasti goltam tidak ingin ikut-ikutan (kekuasaan) dan tahu diri bagaimana penilaian negatif yang diarahkan kepadanya. Jadi lebih baik mengembangkan potensi yang ada dalam goltam. Kami punya dunia sendiri dan jiwa ini terasa tenang dalam keheningan di kegelapan malam.

Tetapi jangan salah menilai kalau goltam mengarah kepada eksklusifisme. Eksklusifisme terbentuk karena banyak orang yang enggan berdekat-dekatan dengan goltam. Satu hal yang mesti diingat goltam siap membantu bila ada yang minta pertolongan dengan syarat tidak berpikiran macam-macam.

Dengan keahlian dan kebiasaan berjalan dalam kegelapan maka goltam mau dan mampu membantu orang-orang yang ingin dibantu jalannya agar tidak tertatih-tatih pada saat berjalan di kegelapan malam atau kegelapan jiwa.

Karena sudah terbiasa dengan susahnya hidup dalam kegelapan maka goltam sadar dan mengerti untuk merubah nasibnya menjadi lebih baik. Coba saja lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Kegelapan memberikan dampak yang baik dan bermanfaat bagi dunia. Ketidak enakan dan ketidak nyamanan orang-orang yang berada di golongan hitam membuat mental dan jiwanya menjadi tangguh karena sudah tahu salahnya.
 
Yang terakhir adalah belajarlah dulu kepada hitam (kesalahan) dengan simbol kegelapannya agar mudah menemukan putih (kebenaran) dengan simbol terangnya. Banyak orang diajarkan tentang kebenaran dan kebaikan tetapi hasilnya malah menjadi salah bahkan menikmati kesalahannya. Berbeda dengan goltam yang hidupnya memang sudah gelap dan tahu betapa tidak nikmatnya ganjaran dari berbuat salah sehingga berusaha menjadi benar.

Ada satu ungkapan yang pernah dikatakan oleh kakek buyut saya yaitu manusia itu diibaratkan "POHONNYA DOSA BUAHNYA NERAKA" dan adat yang sah dari manusia (syahadat manusia) itu adalah dosa dan keinginan. Renungkan dan ambil manfaatnya.
 
HIDUP GOLTAM !!!

Link terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar