Jumat, 07 Januari 2011

Kualat

Banyaknya tulisan yang berisi wacana dan polemik tentang Tuhan sungguh menggelitik pemikiran saya. Sungguh aneh dan ajaib manusia selalu saja mempertanyakan Sang Pencipta. Padahal di dalam kitab suci Al Quran jelas-jelaslah dikatakan bahwa untuk mencari Sang Pencipta maka lihat saja ciptaanNya karena sesungguhnya di dalam ciptaanNya terkandung hikmah yang luar biasa bagi orang-orang yang mau berpikir.

Pada tulisan ini saya tidak akan mengupas atau menyajikan ayat-ayat dalam kitab suci karena saya merasa para pembaca lebih memahami dan menguasainya. Jadi saya tidak ingin menggurui tetapi ingin berbagi pengalaman yang berkaitan dengan tema ketuhanan.

Sewaktu kecil dulu, kakek saya pernah mengatakan kepada saya. Orang tua yang melahirkan kita adalah wakil Allah SWT di dunia maka itu kita tidak boleh kualat dengan orang tua. Maksudnya ? Ingatkah waktu kecil pada saat kita bermain dan bercanda dengan teman-teman. Ada candaan yang pantang untuk dilakukan, yaitu menyebut sembarangan nama orang tua terutama nama bapak. Kita pasti marah besar bahkan teman yang menyebut nama bapak kita dengan sembarang akan kita pukul. Tandanya apa ?

Betapa mulia,  dijunjung tinggi dan ada nilai penghormatan yang mungkin sakral terhadap orang tua yang melahirkan kita. Sebuah penghinaan yang tidak bisa ditoleran dan prinsip apabila ada orang yang menyebutnya sembarangan karena kita tidak mau dianggap durhaka dan kualat. Maka itu jaman dulu untuk memanggil bapak-ibunya menggunakan bahasa yang santun seperti rama, bunda, ayahanda, abi, umi dan lain-lain. Dan kita akan dikutuk habis-habisan apabila kita hanya menyebut namanya saja. Kualat !!!

Dari apa yang saya jelaskan di atas maka sudah keharusan untuk tidak sembarangan menyebut nama yang menciptakan kita yaitu Allah SWT. Sebuah keharusan, apabila kita menyebut nama Allah SWT dengan baik. Kita mau menghormati dan menyebut nama orang tua  yang merupakan wakil Tuhan dengan sebutan yang santun maka sudah selayaknya kita menyebut nama Tuhan dengan bahasa yang luhur dan tinggi. 

Maka itu kakek saya mengatakan betapa orang dulu takut sekali sembarangan menyebut nama Tuhan sehingga terciptalah banyak penyebutan terhadapNya dengan sebutan yang  mulia seperti Nur Gusti Maha Agung, Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta, Yang Maha Tunggal, Gusti Allah dan masih banyak lagi. Penyebutan nama Tuhan tersebut dilandasi oleh rasa takut atau lebih dikenal dengan takwa atau beriman. Lihat dan belajarlah dengan orang-orang dulu bagaimana mereka memposisikan Sang Pencipta pada kehidupan sehari-hari.

Bagaimana dengan kondisi saat ini ? Makin banyak orang yang keblinger dan seenak udelnya bahkan mengaku menjadi Tuhan. Betapa mudah dan entengnya menyebut nama Tuhan tetapi sikap dan perbuatannya mengecilkan Tuhan. Lucunya, mereka mampu menyebut nama orang yang memiliki jabatan dan kekayaan dengan nama yang seolah-olah merekalah segala-galanya. Padahal tidak ada perbedaan sama sekali karena sama-sama manusia. Apakah mereka sudah tidak takut kualat ? Tidak takut dengan azabNya ? Ingin kualatkah ? Silahkan lihat kondisi negeri ini dan jawablah dalam hati. 

baltyra.com


NB : Kita tahu dengan 20 sifat Allah SWT yang ada dalam diri manusia tetapi kita tidak tahu apa, dimana dan bagaimana sifat 20 tersebut ? Kalaupun paham keberadaannya  paling  hanya 17 yang selalu dilakukan sehari semalam. Pertanyaannya adalah dimana sisa yang 3 nya ? Begitulah Uyut  mengatakan kepada saya dengan nada menasehati dan mengingatkan agar manusia mengerti kemanusiaan yang ada di dalam dirinya. Mangga atuh dicari tetapi dimana dan bagaimana ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar