Senin, 23 Agustus 2010

SOSOK KYAI BERSAHAJA

Sudah hampir sepuluh tahun saya mengenal seorang Kyai yang sangat bersahaja ini. Sosok sederhana ini mempunyai sebuah pesantren di daerah terpencil sekitar Bumiayu Brebes Jawa Tengah. Pesantren yang dikelolanya dikhususkan kepada anak-anak yatim piatu dan dibiayai sendiri oleh Beliau baik kebutuhan pangan, papan, sandang, gaji pengajar dan lain-lain. Pada mulanya pesantren ini berdiri di atas tanah warisan keluarga Beliau. tetapi dalam perkembangannya pesantren ini semakin luas dan semua itu terjadi karena usaha dan daya upaya Beliau yang menginginkan pesantren ini berkembang dengan swadana walaupun ada juga orang-orang yang bersimpati dengan Beliau sehingga ikut menyumbang uang untuk keperluan pesantren ini.

Pertama kali kenal, Beliau berumur 79 tahun tetapi masih kelihatan enerjik, semangat, penuh ikhtiar, optimis dan pantang menyerah. Beliau bukanlah termasuk yang terkenal dalam kancah ulama nasional bahkan Beliaupun tidak terlalu terkenal dibanding dengan ulama-ulama di daerah sekitarnya yang mempunyai pondok pesantren yang mungkin 2 atau 3 kali  lebih besar dari yang dimiliki oleh Beliau. Memang Beliau tidak ingin disebut Kyai tetapi lebih senang disebut "ustad". Tetapi Beliau sering kali dimintai tolong oleh Kyai-kyai di sekitar lingkungan Beliau, baik masalah ilmu agama, keluarga maupun masalah-masalah lainnya. Nah ini herannya, masalah-masalah yang datang selalu dapat diselesaikan oleh Beliau dengan baik. Tetapi tetap saja Beliau bersikap sederhana dan tidak menonjolkan diri atau sombong. Lucunya orang-orang di sekitar daerah itu hanya tahu namanya tetapi tidak tahu siapa orangnya.


Berikut adalah pelajaran-pelajaran yang saya dapat dari Beliau berdasarkan tingkah laku Beliau yang selalu saya amati:

Saya menganggap Beliau sebagai orang yang sangat alim. Kenapa? Pertama kali saya mengenal beliau sampai sekarang., kalau berbicara dengan orang selalu menunduk dan jarang menatap wajah lawan bicaranya. Tetapi Beliau tahu apa yang dibicarakan dan kalau ada yang salah maka Beliau akan mengoreksinya dengan cara yang halus dan tidak menyinggung perasaan. Beliau sangat rendah hati dan tidak ingin menunjukkan betapa luasnya ilmu yang dimiliki.

Saya kagum dengan cara Beliau melayani tamu-tamu yang datang. Setiap tamu yang datang memang harus mendaftarkan diri sehari sebelumnya. Sewaktu saya bertemu dan mengenal pertama kali, sempat saya terkagum-kagum. Kenapa? Walaupun mempunyai santri yang banyak tetapi tetap Beliau yang menyediakan minuman, makanan sendiri dan menanyakan apa minuman kesukaan para tamunya, Apabila suka kopi panas maka disediakan kopi panas dan juga setoples gula pasir dan termos berisi air panas. Jadi kalau kurang manis tinggal menambahkan gula pasir. Kadang di ruang tamu sudah disediakan gelas, bubuk kopi, teh celup/serbuk teh, gula pasir dan setermos air panas sehingga tamu tinggal menyeduh sendiri. Dan saat makan siangpun Beliau yang menyediakan piring, nasi dan lauk-pauknya.

Saya pernah menanyakan kepada Beliau mengapa beliau melakukan itu semua sendiri tanpa dibantu oleh anak maupun santri yang lain. Beliau mengatakan kadang-kadang Beliau juga meminta tolong bantuan anak-anaknya dan santriwati. Tetapi setiap saya bertamu dan melihat tamu-tamu yang lain, Beliau sendiri yang selalu melayani. Tetapi Beliau mengatakan selama saya masih bisa melakukan sendiri maka akan dilakukan tanpa meminta tolong orang lain dan Beliau juga tidak ingin mengganggu santri-santrinya Kata beliau, “Biarlah mereka belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya lagipula hidup mereka sudah susah dan menderita (yatim piatu) jadi jangan mereka dibebani oleh hal-hal sepele dimana saya masih dapat mengerjakan sendiri” LUAR BIASA dalam hati saya dan mengingatkan saya kepada Rasulullah yang memberi penghormatan paling tinggi kepada siapa saja tamu yang datang ke rumahnya.

Beliau tidak banyak bicara, bicara seperlunya, kalau tidak ditanya Beliau akan diam tetapi Beliau selalu memperhatikan, mengamati dan mengikuti gerak-gerik tamunya. Contohnya adalah merokok? Beliau tidak merokok tetapi Beliau tidak melarang, menasehati, menyinggung dan menceramahi para tamunya. Bahkan ada peristiwa lucu yang pernah saya alami yaitu ketika asyik-asyiknya kami berbicara dengan Beliau dan kebetulan kami kehabisan rokok, tiba-tiba Beliau minta pamit untuk keluar sebentar. Saya pikir mungkin ada tamu penting yang datang.

Setelah 15 menit, Beliau datang sambil membawa beberapa bungkus rokok sesuai kesukaan kami dan menyilahkan kami merokok dan meneruskan pembicaraan sebelumnya. Kata Beliau, “kalau tidak ada rokok nanti malah kalian ceritanya melantur kemana-mana (tidak fokus) dan tidak klop, malah nanti saya yang bingung. Kalau kalian bingung tinggal cari rokok kalau saya bingung tidak tahu apa yang dicari hahahaha”. Itulah kecerdasan Beliau membaca (iqra) lingkungan sekitar tanpa disadari oleh orang di sekitarnya. Padahal beliau tidak menanyakan rokok-rokok kesukaan kami. Selain masalah rokok, Beliau juga tahu kalau tamunya punya uang atau tidak. Ini juga pernah saya alami, ketika akan pamitan pulang ke Jakarta, Beliau menitipkan uang untuk ongkos pulang walaupun saya merasa malu tetapi tetap beliau memaksakan saya untuk menerima karena tahu saat itu saya sedang kesusahan.

Pada awalnya pesantren Beliau kecil sekali dan hanya dapat menampung beberapa santri. Tetapi setiap saya datang bekunjung ke tempat Beliau selalu ada pembangunan gedung pesantren dan tanah pesantren bertambah luas. Saya pernah tanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi. Beliau mengatakan kalau niat kita tulus, mulus dan lurus serta selalu berikhtiar maka Allah akan memudahkan jalan kita. Tetapi semua itu tergantung kepada bagaimana kita berdoa dan memohon kepada Allah. Kalau umat Islam mau melaksanakan  semua itu maka tidak akan ada orang minta-minta di jalan untuk sumbangan pembangunan mesjid atau pesantren.

Saya menganggap Beliau adalah ahli wirid. Beliau tidak pernah meninggalkan shalat sunnah maupun wajib. Beliau juga tidak pernah ketinggalan wudhunya, kalau menurut beliau merasa batal maka beliau akan kembali berwudhu walaupun itu bukan waktu shalat. Beliau selalu melakukan zikir dan wirid setiap saat, tempat, situasi kondisi dan ketemu siapapun. Saya sering kali mendengarkan asma Allah yang keluar dari mulutnya.

Saya pernah datang ke tempat Beliau tepat 15 menit sebelum azan Shalat Jum’at setalah hampir 2 hari 3 malam saya kurang tidur karena mengemudikan mobil bersama uyut sehabis perjalanan dari Surabaya dan mampir ke tempat Beliau.

Saat itu Beliau sedang berada di mesjid pesantren. Dalam kondisi mengantuk berat dan menunggu di ruangan tamu, tiba-tiba Beliau datang sambil membawa kasur dan bantal dengan mengatakan silakan tidur yang nyenyak. Kemudian Beliau pamitan untuk melakukan shalat Jum’at dimana Beliau sebagai khatibnya.
Kami tertidur sampai jam 5 sore. Ketika terbangun sudah tampak kedatangan Beliau. Beliau menanyakan bagaimana tidur kami, apakah suara azan, suara anak-anak mengaji mengganggu tidur kami dan meminta maaf atas ketidaknyamanan tidur kami. Coba bayangkan betapa rendah hati dan bersahajanya Beliau terhadap tamu-tamunya padahal itu di rumahnya sendiri tanpa pernah menunjukkan ketidaksukaan Beliau terhadap kami yang tidak melakukan sholat Jum’at malah bersikap sopan santun dan menghormati tamunya..

Ada satu hal yang membuat saya terkagum-kagum dan terheran-heran dengan sosok Beliau. Pada saat berkunjung ke tempat Beliau, tiba-tiba datang serombongan orang. Saya pikir mungkin mereka tamu biasa seperti saya. Setelah saya perhatikan, ternyata mereka bukan orang sembarangan terlihat dari pakaian dan gaya bicaranya. Dari logatnya tampak mereka berasal dari negara jiran berbahasa melayu. Mereka mengatakan ingin mengundang Ustad (panggilan kepada Pak Kyai) sebagai guru ngaji di tempat mereka seperti tradisi mereka tahun-tahun sebelumnya yang selalu mendatangkan Beliau ke negeri jiran. Yang membuat saya kaget adalah yang mengundang adalah orang nomor satu di negeri tersebut dan segala keperluannya sudah disiapkan secara matang dan lengkap dengan surat undangan dengan kop surat lambang negara tersebut.

Ketika saya menanyakan kepada Beliau mengenai bagaimana Beliau bisa mengenal orang-orang terkenal tersebut. Beliau hanya tersenyum dan mengatakan kebetulan saja mereka tersesat di jalan dan orang salah menunjukkan jalannya hingga ke tempat Beliau. Ah bisa aja Pak Kyai. Rupanya sudah banyak santri-santri beliau yang dikirim menjadi guru ngaji di negara-negara berbahasa melayu tersebut dan pada acara-acara tertentu Beliau selalu diundang.

Terima kasih Ya Allah Alhamdulillah Ya Rabbi telah diperkenalkan dengan orang-orang yang sholeh dan alim. Mudah-mudahan saya bisa mencapai tingkat keimanan seperti mereka Amin

1 komentar:

  1. maaf...bolehkah sy tau alamat Kyai yg bnr2 bersahaja tsb...? makasih

    BalasHapus