"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa " ( QS Al-Baqarah :183 ).
Sudah sepekan umat yang mengaku, merasa, mengatasnamakan, menjustifikasi, dan mengimani Islam menjalankan puasa di bulan Ramadhan ini. Bertebaran cerita, iklan, sinetron, peristiwa, khotbah dan tetek bengek berlabel Islam (baca=kesucian Ramadhan) tapi masih saja saya merasa ada sesuatu yang mengganjal tentang puasa bulan Ramadhan tahun ini. Tidak tahu kenapa ? Hati dan pikiran saya masih terus mencari jawabannya.
Sudah sepekan umat yang mengaku, merasa, mengatasnamakan, menjustifikasi, dan mengimani Islam menjalankan puasa di bulan Ramadhan ini. Bertebaran cerita, iklan, sinetron, peristiwa, khotbah dan tetek bengek berlabel Islam (baca=kesucian Ramadhan) tapi masih saja saya merasa ada sesuatu yang mengganjal tentang puasa bulan Ramadhan tahun ini. Tidak tahu kenapa ? Hati dan pikiran saya masih terus mencari jawabannya.
2 hari yang lalu seorang teman bertanya kepada saya, "Cech puasa hari ini ? ". Saya jawab, " Tidak ". Ditanya lagi, " Kenapa ". Jawab lagi " Tidak ada niat " seterusnya dan seterusnya.
Pertanyaan itu dari tahun ke tahun tetap saja ada tapi saya maklumi karena saya anggap ada maksud baik dari teman yang menganggap saya sebagai saudaranya yang seiman (katanya). Dari pertanyaan-pertanyaan itu, saya berusaha untuk mengambil positif walaupun tetap saja ada yang merasa heran, mencibir, menguliahi dan sebagainya. Ujung-ujungnya bicara tentang pahala.
aldedi.blog.friendster.com
Puasa bagi saya bukan hanya sekedar menahan nafsu makan-minum, syahwat dan sebagainya karena puasa Ramadhan merupakan suatu bentuk kejujuran hati nurani dan perbuatan yang saling bersinergi dihadapan Allah sehingga tidak salah kalau sebelum puasa kita memohon kepada orang-orang yang kita kenal supaya memaafkan kita secara lahir batin agar puasa kita lancar dan afdol. Kejujuran itu dinyatakan dengan niat kita yang tulus ikhlas tanpa ada embel-embel yang menyertainya (pamrih). Sebetulnya kejujuran yang dinyatakan dengan niat itu bukan hanya untuk puasa tetapi untuk semua bentuk ibadah baik untuk Allah SWT maupun manusia/lingkungan sekitar. Itulah mengapa saya tidak puasa alias batal pada hari itu, karena saya tidak ada niat yang berarti saya berusaha untuk jujur kepada Allah SWT baik lahir maupun batin. Biarlah orang mengatakan ataupun mencibir saya dengan segala perkataan asalkan saya tidak dicibir atau dianggap tidak jujur oleh Allah. Alhamdulillah saya masih punya dosa, karena saya adalah manusia. Kalau tidak punya dosa berarti bukan manusia.
Aneh dan nyeleneh, mungkin banyak orang berpikir demikian tentang puasa yang saya jalankan. Biar aneh dan nyeleneh tapi tetap saya menganggap puasa bukan sekedar permainan (ambil kata seorang politikus) atau kamuflase dengan label Islam. Serius tapi santai. Serius dalam menjalankannya sambil mengukur kapasitas keimanan melalui niat, merenung dan menggali terus setiap saat tentang makna puasa yang hakiki. Santai dalam menjalankannya dengan niat yang tulus tanpa terkontaminasi oleh materialisme, hedonisme dan terutama sekali terbelenggu oleh kata "pahala". Teruskan berikhtiar untuk ibadah puasa dan serahkan penilaiaan puasa selama bulan Ramadhan kepada Allah SWT karena puasa itu memang untuk Allah SWT.
Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang ( HR.Bukhary Muslim).
Tulisan ini dibuat bukan untuk menggurui karena pembacalah adalah guru yang mau berbagi ilmu dan pengalaman kepada saya yang bodoh ini. Renungkan dan ambil manfaatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar