Rabu, 25 Agustus 2010

Kerinduan Akan Masa Lalu

Tidak tahu mengapa beberapa hari ini saya kurang tidur dan setiap akan memejamkan mata selalu timbul kenangan-kenangan masa lalu yang indah, penuh dengan pengorbanan dan perjuangan. Ternyata benar yang dikatakan Bung Karno "Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah" dan sejarah khususnya diri pribadi akan membuat kita menjadi dewasa, rendah hati dan selalu ingin mencari sesuatu yang baru agar kita bisa membuat sejarah yang baik bagi generasi berikutnya.

Tadi malam tanpa diduga ketika sedang mencari informasi di google search tiba-tiba menemukan satu gambar yang menurut saya bukanlah hal yang baru terutama bagi masyarakat Jawa Barat yaitu "CEPOT".




Ah Cepot? Ya benar Cepot, salah satu tokoh dalam wayang golek yang bersahaja, kerakyatan, lugu, apa adanya dan sebetulnya termasuk tokoh yang cerdas.

Kenapa Cepot ya? Setiap saya melihat Cepot, saya selalu terkenang akan masa lalu sekitar 8-9 tahun (waktu yang tepatnya saya lupa) dimana saya diajak oleh Uyut ke suatu daerah di lereng Gunung Salak dan daerah tersebut masuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi. Disana saya dipertemukan dengan seorang ulama atau orang sana menyebutnya Aki yang mempunyai pesantren sangat sederhana, yaitu berupa saung di lereng bukit yang tebuat dari bambu dan beratapkan pelepah pohon kelapa/aren. Jumlah saungnya juga tidak banyak, mungkin sekitar 3-4 saung berukuran 4x8 meter yang dipakai untuk tempat tinggal para santrinya yang jumlahnya juga hanya sekitar 20-an. Tetapi semua santrinya adalah anak-anak yang tidak jelas siapa orang tuanya karena memang sengaja di buang oleh orang tua kandungnya walaupun ada segelintir anak yang dititipkan orang tuanya untuk belajar agama kepada Aki.

Pertama kali tiba di tempat tersebut, saya melihat banyak gambar/foto Beliau.

Saya (S) : " Uyut, Beliau ini siapa namanya? "

Uyut (U) : " Beliau adalah Aki Dimyati, tetapi sebetulnya beliau adalah Kiai Haji Dimyati dan beliau lebih senang dipanggil Aki " jawab Uyut

S : " Oh gitu ya, tapi kok kalo saya lihat fotonya lucu sekali wajahnya seperti cepot hehehehe"

U : " Itu di foto Rud, kalo lihat orangnya lebih lucu lagi "

Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan sambil mengucapkan salam (ternyata Aki Dimyati)

Aki (A) : " Sampurasuuuuuuun "

U : " Rampes "

Kemudian mereka berdua berpelukan seperti 2 orang teman yang sudah lama tidak bertemu. Tapi Aki melihat dan memperhatikan saya. Saya sempat kaget dan mau tertawa. Benar yang dikatakan uyut bahwa tampangnya mirip sekali dengan Cepot yaitu giginya hampir habis kayak kakek-kakek dan menyisakan 2 buah gigi depannya. Uniknya adalah saat Aki menghisap rokok kretek 'Gudang Garam Merah" yaitu seperti terdengar suara siul saat mengeluarkan asap rokoknya (mungkin karena giginya yang tinggal sedikit jadi udara udara yang keluar tidak ada penahannya hahahaha)

A : " Sehat Den ? " (Uyut selalu dipanggil Aden oleh Aki Dimyati dan tidak tahu mengapa disebut demikian)

U : " Sehat, bagaimana padepokannya ? "

A : " Ya Aden bisa lihat sendiri, sekarang tinggal dimana Den ? "

U : " Sumedang sama kayak Aki diatas gunung terpencil ga ada siapa-siapa hahahaha"

Kemudian sambil melirik ke saya, Aki bertanya :

A : " Ini siapa Den ? "

U : " Ini Rudi "

A : " Cucu, Den ? "

U : " Bisa dibilang begtulah "

Kemudian Uyut meminta saya untuk bersalaman. Saat bersalaman sambil mencium tangan beliau sebagai rasa penghirmatan kepada orang tua, tiba-tiba tangan saya dipegang erat dan karena posisi saya jongkok, terdengar sauara beliau sedang bergumam sambill berdoa dan dikepala saya berhembur angin sepertinya Beliau meniup ubun-ubun saya. Setelah itu Beliau bertanya kepada saya.

A : " Sudah lama kamu dengan Aden ? "

S : " Baru 2-3 tahun "

A : " Oh begitu, kenapa kamu mau ikut diajak kemana-mana sama Aden sampai bisa kemari ? "

S : " Ya ngga tahu, karena diajak aja maka itu saya mau "

A : " Tahu ga kamu , kalau sering ikut dengan Aden maka kamu akan sesat "

S : " Memangnya kenapa ? "

A : " Aden itu ga pernah Shalat, ga pernah Puasa, sableng kalo bicara semaunya. Mulai hari ini dan seterusnya kamu harus tinggalin Aden karena kamu ga dapat apa-apa. Percuma saja buang-buang waktu. Lebih baik di rumah ga capek...."

Terkejut saya mendengar omongan beliau sambil curicuri pandang ke Uyut dengan raut muka bertanya ada apa ini.
Tiba-tiba terdengar suara keras seperti orang marah.

A : "Apa kamu tidak memperhatikan omongan saya,. Kalau disuruh harus nurut. Apakahkalau kamu ikut Aden kemudian kamu bisa kaya, bisa menyelesaikan semua masalah kamu dan keluargamu, bisa menjadi orang sakti mandraguna. Percaya dech ama saya bahwa kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Bagaimana Aden ? "

Terlihat Uyut hanya tersenyum dan sambil mengucap "Ente Balek"

A : " Percaya dech ama saya kamu akan sesat, musyrik,dan sengsara "

S : " Terus kalo saya tetap kekeh emangnya kenapa "

A : " Ya terserah kamu tapi saya hanya mengingatkan. Oh ya saya mo tanya kenapa kamu mau setia dan sepertinya nurut ama Aden. Khan kamu tahu sendiri Aden itu bagaimana "

S : " Ga tau kenapa, saya punya keyakinan mendapatkan sesuatu dari Uyut walaupun saya belum mendapatkan apa-apa sampai saat ini "

A : " Tuh khan apa yang saya bilang, sudah 2-3 tahun kamu jalan ama Aden tapi kamu belum mendapatkan apa-apa. Ingat lho Aden itu tidak punya santri, tidak punya murid dan kalo berbuat sesuatu semaunya dan tidak mau diatur "

S : " Nah itu yang saya bingung. kenapa juga saya dibawa kesini tapi saya yakin sejak awal saya berjalan dengan Uyut, saya merasa menemukan hubungan orang tua dengan anak dan bukan guru dengan murid "

A : " Tapi tetap aja kamu tidak dapat menyelesaikan masalah kamu dan keluargamu khan ????"

S : " Benar Ki, walaupun demikian saya mendapatkan ketenangan hati "

A : " Dari mana kamu tahu mendapatkan ketenangan hati toh pada kenyataannya hidup kamu sengsara, sekolah tinggi-tinggi tapi menganggur sementara teman-teman seumurmu sudah bekerja dan hiupnya lebih baik/beruntung daripada kamu. ketenangan apa?????"

Mendengar perkataan beliau, langsung saya terdiam sambil berpikir dan ga tahu harus bicara apa.

A : "Bagaimana Den kok bisa-bisanya ini anak mau mengikuti Aden yang juga hidupnya luntang lantung dan sengsara "

U : " hehehehehee" (tanpa ekspresi)

Dalam hati, kok Uyut tidak berbicara apa-apa, hanya tersenyum dan tertawa saja. Bagaimana nich (dengan hati yang mulai ragu-ragu)

A : " Tuh khan ragu-ragu, NGAJI NGUJI KAJI HIJI......NGAJI NGUJI KAJI HIJI.....NGAJI NGUJI KAJI HIJI,,,,, (sepertinya Aki tahu apa yang ada dalam hati saya.). Kalau kamu ingin terus bersama Aden dan menganggap beliau sebagai orang tua kamu harus bisa menjawab 4 kata diatas"

S : " Apa itu Ki .....tolong diulangi "

A : " Cari aja sendiri" (sambil menghisap rokok kretek " Gudang Garam Merah" nya dan seperti biasa terdengar suara siulan......)

U : " Udah dulu ah, saya mo ke Jakarta dulu ...."

Kemudian kami berpamitan pulang dan dengan wajah kebingungan sepanjang jalan saya terdiam dan memikirkan dan berusaha mengingat-ingat 4 kata tersebut. Parahnya ketika saya tanya Uyut, Beliau hanya menjawab tidak tahu itu dan tidak ada kerjaan saja Aki Dimyati

Jadi apa dong NGAJI NGUJI KAJI HIJI.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar