Setelah makan siang, saya kedatangan seorang teman lama yang sudah hampir 6 tahun lamanya tidak ketemu. Selama ini beliau tinggal di Oregon Amerika Serikat bersama istri dan seorang puteri selama 10 tahun. Beliau adalah tetangga sebelah sewaktu saya tinggal di Kebon Jeruk, Kristen yang taat, WNI keturunan Tionghoa, teman diskusi maupun curhat dan umurnya lebih tua dari saya (62 tahun) sehingga saya tulis dengan beliau. Beliau sangat perhatian terhadap hal-hal kecil yang terjadi di sekitar lingkungan kompleks perumahan kami.
Sewaktu kerusuhan bulan Mei 1998, rukonya habis dibakar orang dan akhirnya beliau memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat mengikuti isterinya yang bekerja di Texas. Setelah kontrak kerja isterinya di Texas habis, mereka berdua pindah ke Oregon dan tinggal bersama puteri tunggalnya yang sedang menyelesaikan kuliah arsitek. Tahun 2002, kami bertemu lagi di Portland Oregon saat saya berlibur ke sana.
Sejak itu tidak ada kabar berita dari beliau. Rupanya beliau sudah di Indonesia hampir 6 bulan dan sempat terkejut ketika saya sudah tidak tinggal di Kebon Jeruk lagi dan rumah saya sudah menjadi milik orang karena saya sudah pindah ke rumah orang tua saya di Cempaka Putih. Beliau mencoba bertanya-tanya kepada tetangga di Kebon Jeruk dan mendapatkan nomor telepon saya sehingga akhirnya saya dapat ketemu lagi.
Ada cerita yang menarik dalam obrolan kami siang tadi, beliau bercerita tentang banyak hal tetapi ada ucapan beliau yang selalu saya ingat. Ada 2 kenikmatan yang melebihi kenikmatan apapun di dunia yaitu :
1. Menghina orang.
Betapa terkejutnya saya ketika beliau mengatakan itu. Dalam hati sempat berkata sudah gila nih orang atau sudah terlalu lama di Amerika jadi terpengaruh Bush Syndrome. Beliau menjelaskan kepada saya tentang arti menghina orang. Beliau bercerita, selama pulang di Indonesia kerjanya adalah menonton siaran televisi dan semua channel ditonton untuk menghabiskan waktu sehari-harinya. Dia menceritakan bagaimana lucu dan ironisnya acara TV (maaf kalau disebutkan) seperti Bukan Empat Mata (Tukul), Super-super...., berita infotainment, opera-operaan, acara di bulan Ramadhan dan lain-lain.
Itulah beberapa acara di TV yang menjadi fokus beliau, dimana bagaimana lucu dan puasnya kita tertawa ketika menyaksikan orang-orang yang ada di acara itu saling menghina, meledek secara halus maupun vulgar dan kita menikmati itu dengan tertawa keras/terbahak-bahak sampai perut kita kesakitan bahkan sampai mengeluarkan air mata. Dan ini bukan hanya di media TV tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah ini kenikamatan yang tiada duanya melebihi kenikmatan menjadi orang kaya, paling punya uang tinggal beli ini itu dan sudah serta tidak sampai anggota tubuh kita dari kepala sampai kaki menikmati kebahagian saat menghina orang. Buktinya rating di TV tinggi melebihi acara sinetron dan lain-lain.
2. Melihat orang susah.
Contoh yang diberikan adalah suatu berita dimana sesorang motivator membagi bagikan uangnya melalui pesawat terbang kepada rakyat miskin di Serang Banten (seorang motivator betapa menikmati ketika membagi-bagikan uang di udara sambil tertawa-tawa). Acara bagi-bagi uang/hadiah buat si miskin tapi si miskin harus dikerjain dulu sebelum mendapatkan uang/hadiah (katanya biar pemirsa tahu perjuangan si miskin hehehehe biar kelihatan dramanya).
Acara pembagian zakat/shadaqah yang makin memprihatinkan karena dari dulu jarang yang memikirkan bagaimana cara pembagian yang baik tanpa menimbulkan korban dan disamping itu harus dipikirkan bagaimana si miskin diberdayakan secara ekonomi agar si miskin pada tahun berikutnya naik level menjadi orang yang memberikan zakat/shadaqah. Kemudian contoh yang lain adalah ketika kondisi ekonomi yang sedang susah akibat kenaikan BBM, pengangguran yang semakin banyak (sebagai indikator banyak pengangguran yang paling mudah adalah banyak manusia usia produktif yang ikut demo, nongkrong di perempatan jalan dan lain-lain), harga-harga bahan pokok seperti beras, telur, minyak goreng yang ikut naik tanpa disertai kenaikan pendapatan tetapi elit-elit di pucuk kekuasaan masih bisa tertawa-tawa, terus korupsi sampai ketahuan, acara-acara pernikahan anak pejabat dan selebritis yang mewah sementara lingkungan disekitarnya masih ada yang minta-minta dan kelaparan sehingga sudahlah itu yang dinamakan kenikmatan dunia.
Bahkan katanya kadangkala kita sering ngomel kepada pengemis dan dengan bangganya mengatakan orang masih gagah, sehat, produktif kok dan lain-lain minta-minta tanpa pernah bertanya alasan mereka melakukan itu. Dan contoh yang paling sering dilihat adalah ketika orang kesandung dan terjerembab di depan kita kadang-kadang kita tertawa dan hanya bisa melihat saja tanpa berusaha menolong. Pengendara motor yang berseliweran tanpa mengindahkan keselamatan dirinya dan orang lain layaknya menjadi raja yang menikmati kekuasaan diwilayah kerajaannya eh jalan maksudnya adalah contoh yang diberikan.
Setelah mendengar cerita beliau, langsung otak ini berpikir apa maksudnya dan melalui perenungan sesaat akhirnya saya tertawa terbahak-bahak melihat kegalauan beliau tentang apa yang dilihat selama kembali ke Indonesia dan saya katakan tidak semua orang Indonesia seperti itu dan masih banyak yang baik tetapi beliau katakan coba sedikit jured (jujur dan edan) kepada diri sendiri dan kita kerap menikmati 2 kenikmatan dunia tersebut diatas baik sengaja maupun tidak disengaja.
Dan kata beliau, bukti yang gampang adalah saya tertawa saat beliau galau dan bingung terhadap tertawa terbahak-bahaknya saya. Bahkan ketika orang bodoh bertanya tentang suatu yang mudah dijawab oleh kita tetapi karena orang bodoh ini tidak tahu kita pun tertawa menikmati kesusahan dan kebodohan orang bodoh (dalam hati mengatakan bodoh amat nih orang). Nah inilah cerita tentang kedua orang bodoh yang sedang memahami tentang 2 kenikmatan dunia.
Renungkanlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar