dok.cech |
Terus terang setelah almarhum bapak, Uyut adalah salah satu orang yang membentuk karakter saya. Walaupun penampilannya sederhana dan cenderung slengean bahkan lebih sering tidak seriusnya. Tetapi dari gayanya tersebutlah maka tersembul simbol-simbol yang kemudian berguna bagi diri saya dalam menjalani hidup ini.
Siksa dan anteupkeun. Itulah dua kata yang selalu keluar dari mulut Uyut. Sekilas tampak sadis dan tega tetapi kalau kita mau merenungkan maka makna kedua kata tersebut mengandung arti yang luas dan nilai edukasinya. Sebagai manusia yang ingin mencari jati dirinya, kedua kata tersebut menjadi cambuk untuk menguatkan diri dan tahan terhadap segala badai yang datang menghampiri atau menghadang perjalanan hidup saya.
Dulu sewaktu saya belum mengenal Uyut lebih dalam, seringkali banyak pertanyaan yang timbul di kepala. Apakah orang ini benar ? Apakah orang ini waras ? Apakah orang ini bisa membawa saya menjadi orang baik dan benar ? Apakah orang ini mampu membantu saya untuk lebih mengenal diri ? Dan masih banyak pertanyaan dan kebanyakan nadanya adalah negative thinking.
Wajar dan sangat wajar kalau kita mengenalnya hanya di permukaan saja. Tetapi seiring perjalanan waktu, saya mulai mengerti apa yang beliau maksudkan dengan siksa dan anteupkeun. Untuk itu saya ingin menceritakan sedikit pengalaman diri selama melakukan perjalanan dengan beliau.
" Cech, karena kamu percaya kalau saya orang tua kamu maka mulai nanti malam kamu wirid di dalam kamar pusaka "
" Kamar pusaka, Yut ??? "
" Iya, memangnya kenapa ? "
" Nggak apa-apa Yut !!! " Padahal berdasarkan informasi dari orang lain, kamar pusaka terkenal dengan keangkerannya dan banyak kejadian-kejadian aneh di dalamnya.
" Ya sudah kamu jalani saja tanpa tanya-tanya lagi. Siap "
" Siap Yut "
Akhirnya selama 3 hari saya melakukan wirid di dalam kamar pusaka. Memang pada awalnya rasa takut menyelimuti diri tetapi setelah menjalaninya maka barulah saya mengerti kalau ketakutan itu hanyalah kesemuan belaka yang dipengaruhi oleh bayangan-bayangan menyesatkan dari cerita-cerita orang yang sebetulnya belum pernah mengalami.
Banyak orang menanyakan apakah uyut tidak merasa kasihan atau memberikan perintah yang lebih ringan kepada saya. Selalu saja beliau mengatakan " Biar Uyut siksa sekalian. Sudahlah anteupkeun. Toh cech tidak apa-apa khan "
Suatu hari saya diajak ke sebuah makam keramat di daerah Kampung Selangit, Cirebon. Makam tersebut terkenal dengan nuansa magisnya dan benar saja pada saat kami mau memasuki makam tersebut, 2 ekor ular kobra menghadang. Tetapi dengan ketenangan diri, 2 ekor ular tersebut tidak menyerang malahan meninggalkan kami.
Menariknya, pada malam itu kembali lagi Uyut dengan model bicaranya yang khas yaitu Siksa dan Anteupkeun menyuruh saya untuk melakukan tafakur di makam keramat tersebut. Edan !!! itulah kata pertama yang terlintas di pikiran saya. Apa kata orang nantinya. Waduh bisa dikatakan musyrik nih. Apa Uyut tidak melihat kondisi saya yang masih letih karena naik kendaraan umum mulai dari Jakarta ke Sumedang terus ke Cirebon. Tetapi apa mau dikata karena sudah terucap dari mulut ini kalau beliau memang benar orang tua saya yang sebenarnya maka mau tidak mau harus menjalankannya tanpa banyak bertanya.
Terus terang saya bukannya takut kepada hal-hal gaib yang menyeramkan tetapi lebih takut kepada binatang liar yang ada di sekeliling makam seperti ular kobra, kelabang dan lain-lain. Tetapi dengan tekad dan niat menjalankan perintah orang tua maka saya harus menjalankannya dengan ikhlas tanpa banyak berpikir macam-macam. Kata anteupkeun itulah kuncinya untuk menambah keyakinan diri dan Allah pasti melindungi diri selama kita mempunyai niat yang baik. Alhamdulillah walaupun ditinggal sendiri oleh beliau, saya tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan dan hanya mengalami gatal-gatal karena semalaman digigt nyamuk kebun yang terkenal dengan gigitan yang menyakitkan.
Kemudian perjalanan yang lain adalah kunjungan ke sebuah daerah di Muara Piket Bekasi. Tanpa banyak cerita, Uyut menjemput saya di rumah dan membawanya ke sana. Saya pikir di sana nantinya akan ada semcam tawasulan mendoakan para leluhur. Ternyata yang terjadi adalah saya disuruh uyut untuk melakukan tafakur. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah tempat tersebut memang angker atau tidak seperti banyak diceritakan oleh penduduk sekitar.
Memang tempatnya biasa tetapi lumayan seram juga. Konon ada makam keramat yang tertutup alang-alang setinggi 2 meter. Jadi selama semalam saya harus bertafakur tanpa diberikan amalan tertentu. Pokoknya kata Uyut terserah saya mau pakai bacaan apa saja yang memang saya hafal.
" Terserah kamu, Cech. Mau variasi-variasi, ketoprak-ketoprak, gado-gado atau apalah. Pokoknya terserah. Yang penting kamu yakin dengan diri sendiri, yakin kepada Allah SWT dan ingat pesan orang tua. "
" Siaaaaappppppp " teriak saya dengan sedikit gemetar hehehe.
" Bagusssss, sekalian Uyut siksa dan anteupkeun kamu hahahahaha "
Ya begitulah gaya bicara beliau kepada saya kalau sudah menyuruh. Tetapi dari situlah karakter diri terbentuk. Tidak ada yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Yang Maha Kuasa atas Segalanya. Dan beliau selalu mengingatkan kalau hidup ini seperti permainan catur. Jadi kita harus tahu langkah ke depannya dan mampu mengantisipasi langkah-langkah yang tidak diinginkan atau mengacaukan tujuan kita yang sebenarnya yaitu bertemu dengan Raja Yang Sebenarnya, Allah SWT. Tetapi semua itu bisa bekerja secara otomatis kalau kita terbiasa dengan "siksaan" hidup dan anteupkeun (menikmati segala "siksaan" tersebut) dengan terus melakukan. Jadi takutlah kepada Tuhan dan bukan kepada Hantu (ketakutan dan keserakahan yang ada dalam diri manusia).
Dan lagu di bawah inilah yang menjadi spirit bagi diri saya untuk tidak takut kepada apapun dan selalu ingat "pulang ke rumah" dengan selamat.
Take that look of worry
I'm an ordinary man
They don't tell me nothing
So I find out what I can
There's a fire that's been burning
Right outside my door
I can't see but I feel it
And it helps to keep me warm
So I, I don't mind
No I, I don't mind
Seems so long I've been waiting
Still don't know what for
There's no point escaping
I don't worry anymore
I can't come out to find you
I don't like to go outside
They can't turn off my feelings
Like they're turning off a light
But I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind
Still don't know what for
There's no point escaping
I don't worry anymore
I can't come out to find you
I don't like to go outside
They can't turn off my feelings
Like they're turning off a light
But I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind
So take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Cos I've been a prisoner all my life
And I can say to you
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Cos I've been a prisoner all my life
And I can say to you
Take that look of worry, mine's an ordinary life
Working when it's daylight
And sleeping when it's night
I've got no far horizons
I don't wish upon a star
They don't think that I listen
Oh but I know who they are
And I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind
Working when it's daylight
And sleeping when it's night
I've got no far horizons
I don't wish upon a star
They don't think that I listen
Oh but I know who they are
And I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind
So take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Well I've been a prisoner all my life
And I can say to you
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Well I've been a prisoner all my life
And I can say to you
But I don't remember
Take, take me home..
Take, take me home..
NYa.. Muhun Seksa dan Anteupkeun.. Semangat-semangat Bro...
BalasHapus