Senin, 23 Agustus 2010

PENGAKUAN DOSAKU

Sudah 2 malam, aku tidak bisa tidur. Terasa badan menggigil dan hati tidak karuan juntungannya. Apakah yang terjadi dengan diriku ? Tiba-tiba dalam batin yang suci mengatakan kepada diriku untuk melakukan pengakuan dosa dengan melakukan doa kepada Yang Maha Kuasa Ya Rabbi. Begini doanya :

Ya Allah, dengan sengaja kutelah mengingkari diriku yang sebenarnya. Kukatakan dan kutunjukkan kepada siapapun bahwa aku berhasil dan sukses saat ini karena kerja keras dan ilmu yang kupunya. Kuingkari semua jasa dan doa orang lain terutama orang tua kandungku sendiri.

Ku anggap orang tuaku sudah tidak ada lagi di dunia sehingga aku berhak untuk melakukan apapun. Kuhilangkan dan kuhancurkan warisan dan peninggalan orang tua ku berupa adat istiadat, nilai-nilai kekeluargaan, nilai-nilai budaya seperti sopan santun dan etika moral dimana aku berasal. Kuanggap itu adalah masa lalu yang sudah usang dan jaman telah berubah. Ku sengaja untuk durhaka dan kualat kepada orang tuaku karena dengan ilmu yang kupunya maka tatanan yang telah dibuat oleh orang tua kurubah total menurut versiku yang lebih mengandalkan otak dan kekuasaan tanpa mengindahkan hati nurani.

Ya Allah, dengan sengaja kutelah mentelantarkan saudara-saudaraku. Saat datang saudara-saudaraku meminta tolong maka kutolak dengan alasan aku tidak punya apa-apa. Padahal aku kaya dengan harta dan enggan untuk menyumbangkan sedikit hartaku untuk mereka. Alasanku adalah semua itu adalah "Derita Lu (DL)" jangan bawa-bawa diriku. Ketika seorang ibu datang sambil menangis memohon bantuanku karena anaknya yang sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit tapi tidak punya biaya. Jawabanku tetap aku tidak punya uang padahal aku baru saja membeli/membangun rumah baru, mobil baru, motor baru, black berry baru, barang-barang elektronik baru dan bahkan aku baru saja pulang dari jalan-jalan ke luar negeri. Begitupun dengan saudara-saudaraku yang lain ketika mereka mengemis di jalan kutetap akan menolaknya. Padahal aku tahu kalau aku sebaiknya diam apabila tidak ingin memberi tapi aku malah gerindel dengan mengatakan "Dasar Pemalas". Ku tahu tidak seorangpun manusia yang ingin menjadi pengemis kecuali terpaksa dan memang sudah menjadi kebiasaan. Tetap aku akan menolaknya dan memarahinya dengan keras. Padahal kutahu apa salahnya aku memberikan beberapa uang receh atau uang kertas ribuan yang mungkin saja dapat bermanfaat untuk makan mereka hari itu. Begitu pula bila saudaraku yang lain memohon bantuanku karena kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran, kontrakannya habis, terkena bencana dan lain-lain.

Ya Allah dengan sengaja ku membiarkan saudara-saudaraku menganggur dan kebingungan untuk memenuhi kehidupan hidup keluarga mereka sehari-hari tanpa ada penghasilan. Ku kembali lagi mengatakan "Dasar Pemalas, Kerja Dong" Padahal kutahu dengan ilmuku dan relasiku yang banyak maka sesungguhnya aku dapat membantu mereka mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang kumiliki atau mengajak mereka bekerja di tempat kerjaku atau membantu mereka membuat usaha sendiri. Tapi itu tidak kulakukan sambil mengatakan " Salah Sendiri bodoh dan tidak punya akses, Hidup itu keras" dengan dikuti suara tertawaku yang keras.


Ya Allah, dengan sengaja dan riyanya kupertunjukkan kepada siapapun bahwa aku seorang yang alim dan selalu menjalankan perintahMu seperti Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji. Padahal dalam kehidupan sehari-hari amal perbuatanku tidak mencerminkan kealimanku. Contohnya adalah:

1.Tetap saja aku melanggar lalu lintas. Kutahu jalan satu arah tetapi tetap saja kulanggar dengan alasan lebih cepat dan praktis tanpa menghiraukan keselamatan orang lain. Kalaupun ada yang menabrakku pasti akan kulabrak dan kupersalahkan karena hanya aku yang benar. Apabila mobil yang menabrakku saat aku berkendaraan motorl maka mobil itu akan kupersalahkan karena memang aturannya begitu dan akan kuperas habis siempunya mobil kalau perlu kuajak berkelahi dan kuhancurkan mobilnya bila masih ngotot padahal aku tahu bahwa aku yang salah.

2.Tetap saja ku mengendarai motorku dengan kencang dan berjalan zig zag agar cepat sampai bahkan kulakukan di jalur cepat padahal kutahu bahwa aku harus berada di jalur lambat tapi masa bodo toh polisi juga tidak ada. Walaupun ada polisi tetap dengan tenangnya kusuap dia dengan uangku sehingga aku tidak ikut sidang atau ditilang.

Begitupun apabila aku menggunakan mobil tetap akan kulanggar semua rambu-rambu lalu lintas termasuk menerabas lampu merah karena aku sedang terburu-buru dan orang lain harus mengerti diriku bukan aku yang harus mengerti mereka.

3. Tetap saja aku berpura-pura alim dengan mengatakan jadi orang jangan munafik tetapi tetap saja aku menggunakan jasa calo dan menyogok petugas dengan bayaran uang untuk mengurus KTP, SIM, STNK, Paspor dan lain-lain. Itupun akan berlaku apabila aku menjadi pamong praja maka akan kubuat susah dan rumit segala pengurusan surat-surat agar mereka memberikan imbalan uang kepada diriku, Alasanku adalah kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah, gajiku kecil maka aku harus mendapatkan tambahan bagaimanapun caranya walaupun kutahu dari awal kalau jadi pamong gajiku kecil tapi aku tidak mau mencari pekerjaan yang lain karena aku tidak yakin akan rejeki yang diberikan oleh Allah.

4. Tetap saja aku berzina dan selalu mencari daun muda untuk memuaskan nafsu birahiku.

5. Tetap saja aku tidak menyegerakan zakat, infaq dan shadaqah kepada orang yang memang membutuhkan dengan menyimpannya di Bank dengan harapan mendapatkan bunga. Padahal kutahu bahwa orang yang berzakat/shadaqah/infaq mengharapkan apa yang telah diberikan segera sampai kepada yang membutuhkannya dan segera terhitunglah hisab amal perbuatannya sehingga hisab amal perbuatannya tidak terpendam di bank.

6. Tetap saja dengan riyanya kutaruh gelar H di depan namaku besar-besar dengan harapan agar orang menghormatiku, memandangku, takut dan memuji-mujiku. Padahal kutahu amal perbuatanku tidak menunjukkan kehajianku seperti kain ihram putih bak hati yang selalu bersih dan pasrah akan ketidak berdayaanku sebagai manusia di hadapan Allah. Tetapi tetap saja aku nakal dan jahat mengambil hak orang lain seperti mencaplok tanah, tidak punya perasaan dan mengusirnya apabila ada orang yang mengontrak di kontrakanku tidak mampu (memang nyata-nyata tidak mampu) dan lain-lain.


Ya Allah dengan sengaja kupermainkan ayat-ayatMU demi kepentingan diriku agar aku dapat dengan gampangnya menyalahkan dan mengkafirkan siapapun. Kupertunjukkan kepada siapapun bahwa aku adalah orang yang paling mengerti tentang ayat-ayatMU dan DiriMU sehingga siapapun kuanggap rendah dan bodoh. Padahal ayat-ayatMU itu hanya sebagai pemanis agar aku dianggap orang suci, mempermudah urusan bisnisku, membohongi diri dan orang lain. Padahal kenyataannya amal perbuatanku sering bertentangan dengan apa yang telah Kau perintahkan lewat ayat-ayatMU.

Ya Allah dengan mudahnya kukeluarkan larangan yang seolah-olah seperti fatwa karena aku seorang yang mempunyai ilmu agama mumpuni dan hebat lebih dari siapapun sehingga siapapun yang menganggapku sebagai ulama harus menuruti segala laranganku. Padahal kutahu Engkau selalu mempermudah ciptaan-MU dalam menjalankan ibadah disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing umat. Selain itu kutahu masih banyak yang harus kuperhatikan dan tidak sekedar larangan yang tidak bersentuhan dengan umatku seperti masalah kemiskinan, pengangguran, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

Ya Allah masih banyak dosa yang telah dengan sengaja kuperbuat tetapi dengan bangganya lagi terus kulakukan. kalau perlu aku akan berpura-pura tangis di hadapanMU dengan tujuan agar orang lain mengganggapku sebagai orang yang khusu beribadah dan berdoa.

Ya Allah memang tidak pantas aku masuk "Surga MU" tapi aku juga takut masuk "Neraka MU". Bukan karena siksaan yang diberikan tetapi penolakan besar-besaran yang dilakukan oleh penghuni "Neraka" yang lain karena sesama penghuni nerakapun, aku dengan sengaja tetap ingkar janji, sombong, riya dan melakukan keburukan lainnya.

Maka itu Ya Allah berikanlah keyakinanMU yang hakiki dalam batin suci yang ada dalam diriku agar kumenjalankan perintahMU karena memang Haqqul Yakin diterima amal ibadahku tanpa ada perasaan pamrih. Dan tidak perlu lagi kepertontokan dan kupertunjukkan segala ibadahku kecuali dengan amal perbuatan yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar