identity (diunduh dari Google)
Beberapa hari ini tidak tahu mengapa dan ada apa kok mulai banyak orang yang membicarakan dan menanyakan tentang jati diri. Kalau kita mendengar kata jati diri langsung yang terbayang kata syariat, hakekat, tarekat, ma'rifat, sufi, suluk dan sebagainya. Kata-kata yang menurut sebagian besar orang terlalu berat dan susah sekali untuk memaknainya apalagi menjalankannya.
Awalnya saya agak minder ketika orang-orang menjelaskannya dengan bahasa yang tinggi atau bahasa langit, Itu menurut saya kayaknya saya tidak bakalan sampai dech. Mereka saling beragumen dengan serunya dan masing-masing mengeluarkan dalil-dalil yang dipelajari dari literatur sampai hasil be;ajar dari ulama/kiai. Saya hanya bisa tersenyum dan bingung. Akhirnya ketika ditanyakan apa itu jati diri maka dijawabnya tidak secara gamblang dan pragmatis.
Sebagai orang yang pikirannya tidak mau yang jelimet-jelimet maka saya berusaha untuk mencari jalan tengah sekaligus solusi dari perdebatan mengenai jati diri. Pertanyaan saya sangat sederhana dan mudah tapi susah untuk dijawab heheheehe.
Jati diri berarti ada kata diri. Ya diri sendiri, ya si A si B si C dan seterusnya. Kok diri kita ada di dunia. Pasti semua akan menjawabnya dengan dalil yang ada di kitab suci. Tapi stop jangan diteruskan karena akan terjadi perang dalil yang memang bukan keahlian saya. Terus bagaimana menurut saya, Begitu mereka balik bertanya kepada saya.
Saya bertanya satu per satu orang-orang yang ada di depan saya. Nama kamu siapa ? Ada yang jawab Andi, Abu, Alan, Adam, Asu eeh maaf Akang dan sebagainya. Siapa nama ibu dan bapakmu ? Mereka menjawabnya dengan lancar. Ya jelas harus lancar kalau tidak mau dikatakan kualat hehehehe. Terus saya melanjutkan pertanyaan siapa nama ibu dan bapak dari ibu dan bapakmu ? Nah lho bingung khan, Itu lho kakek dan nenekmu dari pihak ibu dan bapak. Mulailah satu per satu bertumbangan dalam menjawab. Ada yang bisa menjawab dengan baik, ada yang cuma bisanya dari pihak bapak atau sebaliknya bahkan ada yang tidak bisa menjawab alias diam terbengong -bengong.
Selanjutnya saya mengajukan pertanyaan lanjutan. Siapakah nama ibu dan bapak dari kakek dan nenek baik dari pihak ibu atau bapak ? Disinilah jelas sekali orang-orang tersebut hanya terdiam dan tidak bisa menjawab sama sekali. Mereka malah mengatakan jangankan kami Mas, Bapak dan Ibu saya saja belum tentu ingat dan tahu namanya. Saya hanya bisa tertawa kecil hehehehehe itu baru nama Mas Mas sekalian dan baru 2 tingkat generasi diatas kalian. Apalagi saya menanyakan dimanakah makam-makam mereka berada. Tambah bingung lagi. Mereka langsung mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Disinilah saya baru bisa tertawa sedikit keras hahahahaha
Tetapi ada juga dari mereka yang mengatakan bahwa kami tidak mempunyai silsilah. Ya dicari dan ditelusuri dong jawab saya. Nah inilah yang menjadi kelemahan generasi sekarang yang katanya sudah pada pintar-pintar dan menguasai ilmu agama tapi mudah sekali melupakan asal usul diri. Bagaimana caranya Mas supaya bisa menelusuri silsilah keluarga ? Jawab sendiri hehehehe ya tidaklah.
Gampang dan mudah sekali. Ini yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk sering melakukan ziarah. Ziarah ke makam-makam orang tua dan leluhur kita mempunyai tujuan agar kita tidakmelupakan jasa-jasa mereka, mendoakan mereka, mempelajari sejarah hidup mereka, dan sebagai ajang silaturahim dengan saudara-saudara kita apabila kita mengajak juga untuk berziarah. Bahasa kerennya Bung Karno yaitu JAS MERAH, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.
Sebagai orang Indonesia seharusnya bersyukur karena orang tua kita dari jaman dahulu selalu mengajarkan dan membudayakan untuk sering-sering melakukan ziarah kepada para orang tua kita dari garis keturunan kita sampai ada yang namanya ziarah Wali Sanga. Tetapi tradisi itu mulai bergeser yaitu rajin ziarah wali Sanga tapi ziarah ke makam orang tua sendiri jarang bahkan tidak pernah. Bagaimana mau mengenal jati diri kalau sudah begitu.
Kita ada karena bapak dan ibu. Bapak dan ibu ada karena kakek dan nenek. Kakek dan nenek ada karena kakek buyut dan nenek buyut dan seterusya (susah untuk membuat istilahnya). Jadi tidak ujug-ujug ada. Penampilan, wajah, gaya, sifat, karakter dan lain-lain tidak lepas dari pengaruh gen-gen mereka (para orang tua kita). Kita bisa seperti sekarang inipun juga karena hasil dari doa dan tirakat mereka yang memohon kepada Allah SWT agar anak cucunya menjadi orang yang berguna./bermanfaat bagi diri, keluarga dan orang-orang di sekitarnya Dan hidup anak cucunya selamat dan bahagia sampai akhir jaman. Begitu tulusnya para orang tua kita dulu dalam berdoa kepada Allah SWT dengan alasan demi anak cucu.
Jadi kuncinya adalah sering berziarah dan mendoakan para orang tua (leluhur) yang telah meninggalkan dunia ini dengan bacaan Al Fatihah. Itulah mengapa saya selalu rajin berziarah yaitu ingin mengenal siapa diri saya, saya ada dari siapa bukan dari apa, mengingat kebaikan para leluhur, mempelajari apa saja yang telah mereka lakukan pada saat masih hidup dan bukan ingin mencari kaya, nomor togel, kesaktian, ilmu hitam apalagi untuk tujuan kemusyrikan. Dan ingat orang tua kita adalah wakil Allah di dunia. Jadi hormati dan hargailah para orag tua kita.
Ada perbandingan nich sebagai intermezzo, banyak orang rajin bershalawat Nabi Muhammad SAW sampai berbusa-busa tapi hidupnya tidak berubah-rubah, susah, serba kekurangan dan sebagainya. Mengapa bisa begitu ? Jawabannya adalah wajar saja tidak akan ada perubahan karena orang-orang tersebut hanya rajin mendoakan Nabi Muhammad SAW dan keluarganya yang memang jelas-jelas sudah dijamin masuk surga oleh Allah SWT tapi justru para orang tua yang belum dijamin masuk surga oleh Allah SWT malah tidak pernah didoakan minimal dengan suratul Fatihah oleh orang-orang tersebut. Bagaimana dengan nafsu-nafsu yang ada di dalam diri, apakah pernah didoakan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar