Tanpa terasa beberapa hari lagi, umat Islam di seluruh dunia akan memperingati dan merayakan Tahun Baru Islam 1432 Hijriah. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, bagi saya dan Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran di Sumedang, Tahun Baru Islam yang lebih dikenal dengan 1 Suro mempunyai arti tersendiri.
Hari Raya tersebut bukan hanya sekedar merayakan dengan suka cita tetapi mengandung makna yang luas. Karena pada hari tersebut, setiap tahun kami memperingatinya dengan khusu' dan mempunyai nilai budaya yang khas terutama budaya Sunda (budaya karuhun). Pada malam hari menjelang pergantian tahun Islam, kami berkumpul di padepokan dengan kegiatan melakukan doa bersama (tawasulan) kepada Allah SWT, Rasululllah, dan para karuhun.
Pada keesokan paginya, kami melakukan ziarah ke beberapa makam karuhun yang ada di sekitaran Sumedang dan beberapa daerah di Jawa Barat. Ziarah ke makam karuhun diawali dengan ziarah ke makam Prabu Tajimalela di Gunung Masigit. Seperti diketahui Prabu Tajimalela adalah sosok yang mendirikan Kerajaan Galeuh Pakuan atau orang mengenalnya dengan nama Kerajaan Tembong Agung di Sumedang.
Setelah melakukan ziarah, dilanjutkan dengan acara seni budaya Sunda dan dibunyikannya Gong Renteng Kabuyutan (Pusaka Leluhur Kerajaan Sumedang Larang) yang terkenal dengan kesakralannya dan tidak setiap tahun dibunyikan.
Sebelum saya mengulas tentang apa itu Tahun Baru Islam menurut budaya Sunda, maka saya ingin sedikit memberikan suatu ilustrasi cerita dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan Tahun Baru Islam. Saya menamai 5 waktu kesempatan dalam naungan Rukun Islam sehingga sudah sepantasnya seluruh umat Islam di dunia menyambut datangnya Tahun Baru Islam.
Kesempatan Pertama
" Jang, kalau mau menjadi umat Islam yang baik maka sebaiknya Ujang hafal dan mengerti ucapan dua kalimat syahadat yaitu Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul "
" Ohhhh gitu ya Pak " ujar Ujang menanggapi perkataan Pak Dahlan, seorang pria berumur 40 tahunan yang terkenal dengan rajin menjalankan sholat baik wajib maupun sunah.
" Ya harus gitu dong. Jangan asal ucap tanpa tahu apa maknanya "
Tiba-tiba terdengar suara dari telpon genggam Pak Dahlan.
" OK, Bro. Saya akan siapkan tempatnya dan jangan lupa undang teman-teman pada acara tahun baru " jawab Pak Dahlan.
" Saya dengar Pak Dahlan menyebut tahun baru. Tahun Baru apa Pak ? "
" Masak sich kamu tidak tahu. Itu lho Tahun Baru menjelang akhir tahun. Sudah menjadi tradisi bersama teman-teman kumpul dan pesta di sebuah kafe sambil menghitung detik-detik waktu memasuki tahun yang baru. "
" Ohh gitu ya !!! "
" Lha kamu tahun baru mau kemana, jang ? Apakah kamu dan teman-teman mengadakan acara bersama-sama ? "
" Hehehe tidak Pak, karena itu bukan tahun baru saya yang telah secara aklamasi mengucapkan Syahadat Tauhid dan Syahadat Muhammad. "
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesempatan Kedua
" Jang, saya perhatikan kamu jarang sekali kelihatan shalatnya "
" Aduh mas perhatian sekali dengan saya "
" Iyalah sebagai sesama umat Islam, kita harus saling mengingatkan apalagi shalat itu khan tiangnya agama kita, Jang "
" Hmm hehehe iya sich "
" Kok malah tertawa. Sudah shalat Maghrib atau belum ? "
Beberapa saat kemudian datanglah seorang anak muda.
" Lagi ngapain nih pada kumpul di sini. Daripada bengong mending kita omongi rencana kita pada acara malam tahun baru. Bagaimana kalau kita keliling kota dengan konvoi sambil membawa beduk. Terus kita kumpul deh di Ancol. Khan seru, kumpul ramai-ramai sambil mendengarkan konser musik dan diiringi kembang api "
" Itu acara apa ya. Kok harus keliling kota dan kumpul di Ancol sampai malam bahkan subuh ? "
" Masa kamu tidak tahu Jang. Itu lho menyambut malam pergantian tahun. "
" Tahun Baru Masehi ? "
" Iya memangnya Tahun Baru apa ? "
" Kirain tahun baru yang memperingati kejadian sejarah perjalanan Rasulullah dalam menjalankan syiar agama dengan melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. "
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesempatan Ketiga
" Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah selayaknya kita melakukan puasa di bulan Ramadhan dan beberapa puasa sunnah dalam Islam terutama puasa senin-kamis. Jangan seperti kamu, Jang. Tidak pernah puasa senin-kamis. "
" Iya nih, saya memang bukan termasuk umat Muhammad SAW yang baik. Masalahnya saya tidak kuat hahahaha "
" Dasarrrrrr !!!!! "
Datanglah seorang wanita muda dan tampak sekali kalau wanita tersebut dekat dengan pemuda yang bicara dengan Ujang.
" Yang, bagaimana besok ? Apa nich acaranya untuk kita berdua pada malam tahun baru ? "
" Apa ya, bagaimana kalau kita nongkrong di kafe di Mall GI. Saya dengar ada acara bagi-bagi hadiah menyambut malam Tahun Baru "
" Jang, kamu ikut nggak ? "
" Nggak ahhh, takut ganggu kalian "
" Nggak apa-apa. Siapa tahu kamu di sana bertemu pasangan yang cocok. "
" Terima kasih. Lagipula saya nggak pernah dan nggak akan merayakan malam Tahun Baru tersebut. "
" Lha emangnya kamu merayakan Tahun Baru apa ? "
" Tahun Baru yang mengingatkan saya akan perjuangan Nabi Terakhir dalam menyebarkan agama yang saya anut yaitu Islam beserta ibadah yang dijalankannya pada hari Senin dan Kamis. "
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesempatan Keempat
" Senang sekali saya melihat kamu sukses "
" Yaaa ini berkat kerja keras dan rajin membayar zakat, Jang "
" Bayar zakat ? "
" Iya lah. Tahu ga kamu kalau kita sering membayar zakat maka secara tidak langsung kita telah membersihkan harta yang bukan haq. "
" Ohh gitu. Hebat kamu, Boy !!! Pantesan saja kamu bisa jadi eksekutif muda "
" Hehehe kamu aja yang malas bekerja "
Suara telpon berdering.
" Halo, Ok, gue setuju-setuju aja kalau malam tahun baru kita nongkrong di Pantai Phuket. Suasananya romantis lho apalagi kalau ada ceweknya hahahaha... Jadi kapan kita berangkatnya "
" Boy, elo mau pergi ke luar negeri ya ?! Hebat euy "
" Biasalah acara tahunan bersama para eksekutif muda. Itu lho tahun baruan "
" Jauh banget tahun baruan harus ke sana "
" Sudah tradisi. Nah elo tahun baruan mau merayakan dimana ? "
" Gue ga tahun baruan karena gue udah tahun baruan sebelumnya "
" Lha Tahun Baru apaan tuh Jang "
" Tahun Baru untuk memperingati junjungan Nabi Besar dalam menyebarkan ajaran Islam. Salah satunya ibadah zakat. Sederhana sih hanya buat nasi tumpeng atau kalau ada rejeki potong kambing atau sapi. Kemudian setelah berdoa mengucapkan puji syukur, kami bersama-sama menyantap hidangan nasi tumpeng yang berisi lauk pauk seperti telur, ayam atau kambing atau sapi. "
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesempatan Kelima
" Jang, ane ingatin ya. Elo khan sudah lama belajar baca Qur'an, masak bacanya begitu. Hancur lebur, ga berirama, dan ga masuk di hatiiii "
" Maafkan saya Pak Haji "
" Elo harus belajar dari Iqro-iqroan lagi. Kalau perlu dari awal "
" Baik, Pak Haji. Kalau begitu saya pamit dulu mau pulang "
" Oke, tapi jangan lupa ya nanti sore elo bantu remaja di sini buat layar di lapangan bola. "
" Lah emangnya ada acara apa Pak Haji ? "
" Masak elo nggak tahu. Entar malam khan malam tahun baru. KIta sekampung mau mengadakan nonton bersama sambil makan-makan dan ngopi bareng, Jang. Apa elo nggak tahu atau lupa ? "
" Nggak sih Pak Haji. Masalahnya saya sudah Tahun Baru sebelumnya ? "
" Lha emangnya elo tahun baru apa ? Perasaan gue malam tahun baru ya Tahun Baru Masehi 1 Januari "
" Heheheehe bagaimana sih Pak Haji ? Khan ada Tahun Baru Islam 1 Muharam. Kemarin saya bersama teman-teman padepokan mengadakan acara tadarusan dan tawasulan pada malam Tahun Baru Islam. "
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
|
tahun baru hijriah (moes.blog.uns.ac.id) |
Kemudian Ujang menjelaskan demikian kepada para saudara sebangsa dan seagama :
" Sebagai orang keturunan Muslim, setiap tahun saya selalu merayakan acara Tahun Baru Islam 1432 H atau lebih dikenal dengan Suroan. Lho kok keturunan muslim sich. Khan saya lahir ke dunia sudah dianggap muslim karena Bapak-Ibu saya beragama Islam. Jadi bisa dikatakan keturunan Muslim yang masih memegang ajaran orang tua-orang tua jaman dulu yang selalu merayakan Suroan (1 Muharram) tiap tahunnya. Lagipula memang inilah tahun baru Islam yang sudah seharusnya dirayakan. "