Sabtu, 30 Oktober 2010

Mbah Maridjan Dan Kapten Kapal Titanic

news.fajar.co.id


Kalau saja seorang teman tidak meminta saya untuk menulis tentang sosok dan kematian mbah Maridjan, mungkin saya enggan menulisnya. Bagi saya menulis tentang Mbah Maridjan akan menambah sesaknya tulisan yang bernada negatif. Saya menyadari dan memakluminya karena masih ada orang-orang yang berpikiran sempit dan tidak pernah mau tahu bahkan apatis terhadap apa yang dilakukan oleh beliau baik sosok, ritual, budaya dan kearifan lokal.

Semuanya mengatakan "katanya" tanpa pernah mau terjun langsung dan mempelajari apa saja yang dilakukan oleh beliau. Semuanya selalu mengandalkan rasionalitas modern yang terkukung oleh materialisme dan hedonisme. Padahal dari apa yang dilakukan oleh beliau banyak sekali kita mendapatkan wawasan berpikir tentang budaya dan jati diri. Tapi sudahlah tidak perlu diperdebatkan.

Dari apa yang saya lihat melalui berita televisi mengenai kematian beliau maka saya hanya bisa mengatakan itulah bentuk pengabdian seorang manusia terhadap pekerjaannya, lingkungan, budaya dan leluhur. Banyak orang yang mudah mencibir dengan segala apa yang dilakukan oleh beliau tapi tidak mau mengenal lebih dekat mengapa hal itu ada. Sebelum adanya agama maka budayalah yang menjadi aturan main yang harus ditaati oleh setiap individu pada jamannya. Untuk itu kita tidak boleh sembarangan menyalahkan peninggalan masa lalu dengan mengatas namakan agama. Kita ada karena nenek moyang. Kalau kita melecehkan peninggalan/budaya nenek moyang berarti melecehkan nenek moyang sendiri yang menciptakan dari hasil cipta, rasa dan karsa.

Posisi meninggal Mbah Maridjan dalam sujud seharusnya mengasah akal pikir mengenai hakekat sebuah kejadian. Sujud bisa diartikan tunduk dan taat terhadap sesuatu yang dihormati dan dijunjung tinggi kemuliannya. Sebagai juru kunci yang diangkat oleh sebuah kerajaan yang mempunyai sejarah panjang tentang menghargai kelestarian budaya nenek moyang maka apa yang dilakukan oleh Mbah Maridjan memberikan arti bahwa itulah bentuk loyalitas dan totalitas bersikap dan bertindak terhadap segala yang dihormati. Banyak macam hal yang bisa diartikan dengan posisi bersujudnya Mbah Marijan. Selain berkaitan dengan tugasnya sebagai juru kunci, hal ini bisa diartikan beliau bersujud kepada Sang Pencipta (Rubudiyah), Tempat Penciptaan atau Bumi (Mulkiyah) dan Manusia beserta lingkungannya (Uluhiyah).

Itulah mbah Maridjan yang tetap konsisten, komitment dan konsekuen dengan keberadaan dirinya di wilayah Gunung Merapi. Bukan hanya sekedar "Roso" tanpa makna seperti iklan beliau. Memang banyak yang menyayangkan Mbah Maridjan terkena virus modernitas yang sebetulnya hanya ingin memanfaatkan namanya demi sebuah materi yang bernama uang. Saya merasa yakin Mbah Maridjan mengetahui dirinya telah dimanfaatkan. Mungkin beliau berharap dengan makin mengenal sosoknya maka orang-orang yang cenderung skeptis terhadap hal-hal berbau mistis tertarik dan mau mempelajari apa itu yang namanya sebuah kearifan lokal tanpa harus sebentar-bentar mencap musyrik.

Bagaimana hubungannya dengan Kapten Kapal Titanic ? Saya yakin semua orang pernah menonton film "Titanic". Dari banyak kejadian pada saat kapal menabrak es dan dalam hitungan waktu kapal akan tenggelam. Terlihat sosok kapten kapal mementingkan keselamatan penumpang dan awaknya terlebih dahulu. Kapten kapal mengatakan kepada anak buahnya biarkan dirinya tenggelam bersama kapal yang dianggapnya sebagai bagian dari tubuhnya. Itulah yang dinamakan tanggung jawab seorang pemimpin. Pemimpin yang tampil paling depan pada saat kondisi genting dan berdiri paling akhir setelah semua yang dipimpinnya selamat.

Ada satu kemiripan atas apa yang dilakukan oleh Mbah Maridjan dan Kapten Kapal Titanic ? Pengabdian, loyalitas, totalitas, rasionalitas, moralitas dan tuntas dalam bersikap dan bertindak. Bagaimana dengan pemimpin negeri kita saat ini ? Silakan menjawabnya sendiri dengan tetap sadar apa kita masih pantas untuk menjawabnya.

Jumat, 15 Oktober 2010

Siksa Dan Anteupkeun

dok.cech

Terus terang setelah almarhum bapak, Uyut adalah salah satu orang yang membentuk karakter saya. Walaupun penampilannya sederhana dan cenderung slengean bahkan lebih sering tidak seriusnya. Tetapi dari gayanya tersebutlah maka tersembul simbol-simbol yang kemudian berguna bagi diri saya dalam menjalani hidup ini.

Siksa dan anteupkeun. Itulah dua kata yang selalu keluar dari mulut Uyut. Sekilas tampak sadis dan tega tetapi kalau kita mau merenungkan maka makna kedua kata tersebut mengandung arti yang luas dan nilai edukasinya. Sebagai manusia yang ingin mencari jati dirinya, kedua kata tersebut menjadi cambuk untuk menguatkan diri dan tahan terhadap segala badai yang datang menghampiri atau menghadang perjalanan hidup saya.

Dulu sewaktu saya belum mengenal Uyut lebih dalam, seringkali banyak pertanyaan yang timbul di kepala. Apakah orang ini benar ? Apakah orang ini waras ? Apakah orang ini bisa membawa saya menjadi orang baik dan benar ? Apakah orang ini mampu membantu saya untuk lebih mengenal diri ? Dan masih banyak pertanyaan dan kebanyakan nadanya adalah negative thinking.

Wajar dan sangat wajar kalau kita mengenalnya hanya di permukaan saja. Tetapi seiring perjalanan waktu, saya mulai mengerti apa yang beliau maksudkan dengan siksa dan anteupkeun. Untuk itu saya ingin menceritakan sedikit pengalaman diri selama melakukan perjalanan dengan beliau.

" Cech, karena kamu percaya kalau saya orang tua kamu maka mulai nanti malam kamu wirid di dalam kamar pusaka "

" Kamar pusaka, Yut ??? "

" Iya, memangnya kenapa ? "

" Nggak apa-apa Yut !!! " Padahal berdasarkan informasi dari orang lain, kamar pusaka terkenal dengan keangkerannya dan banyak kejadian-kejadian aneh di dalamnya.

" Ya sudah kamu jalani saja tanpa tanya-tanya lagi. Siap "

" Siap Yut "

Akhirnya selama 3 hari saya melakukan wirid di dalam kamar pusaka. Memang pada awalnya rasa takut menyelimuti diri tetapi setelah menjalaninya maka barulah saya mengerti kalau ketakutan itu hanyalah kesemuan belaka yang dipengaruhi oleh bayangan-bayangan menyesatkan dari cerita-cerita orang yang sebetulnya belum pernah mengalami.

Banyak orang menanyakan apakah uyut tidak merasa kasihan atau memberikan perintah yang lebih ringan kepada saya. Selalu saja beliau mengatakan " Biar Uyut siksa sekalian. Sudahlah anteupkeun. Toh cech tidak apa-apa khan "

Suatu hari saya diajak ke sebuah makam keramat di daerah Kampung Selangit, Cirebon. Makam tersebut terkenal dengan nuansa magisnya dan benar saja pada saat kami mau memasuki makam tersebut, 2 ekor ular kobra menghadang. Tetapi dengan ketenangan diri, 2 ekor ular tersebut tidak menyerang malahan meninggalkan kami.

Menariknya, pada malam itu kembali lagi Uyut dengan model bicaranya yang khas yaitu Siksa dan Anteupkeun menyuruh saya untuk melakukan tafakur di makam keramat tersebut. Edan !!! itulah kata pertama yang terlintas di pikiran saya. Apa kata orang nantinya. Waduh bisa dikatakan musyrik nih. Apa Uyut tidak melihat kondisi saya yang masih letih karena naik kendaraan umum mulai dari Jakarta ke Sumedang terus ke Cirebon. Tetapi apa mau dikata karena sudah terucap dari mulut ini kalau beliau memang benar orang tua saya yang sebenarnya maka mau tidak mau harus menjalankannya tanpa banyak bertanya.

Terus terang saya bukannya takut kepada hal-hal gaib yang menyeramkan tetapi lebih takut kepada binatang liar yang ada di sekeliling makam seperti ular kobra, kelabang dan lain-lain. Tetapi dengan tekad dan niat menjalankan perintah orang tua maka saya harus menjalankannya dengan ikhlas tanpa banyak berpikir macam-macam. Kata anteupkeun itulah kuncinya untuk menambah keyakinan diri dan Allah pasti melindungi diri selama kita mempunyai niat yang baik. Alhamdulillah walaupun ditinggal sendiri oleh beliau, saya tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan dan hanya mengalami gatal-gatal karena semalaman digigt nyamuk kebun yang terkenal dengan gigitan yang menyakitkan.

Kemudian perjalanan yang lain adalah kunjungan ke sebuah daerah di Muara Piket Bekasi. Tanpa banyak cerita, Uyut menjemput saya di rumah dan membawanya ke sana. Saya pikir di sana nantinya akan ada semcam tawasulan mendoakan para leluhur. Ternyata yang terjadi adalah saya disuruh uyut untuk melakukan tafakur. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah tempat tersebut memang angker atau tidak seperti banyak diceritakan oleh penduduk sekitar.

Memang tempatnya biasa tetapi lumayan seram juga. Konon ada makam keramat yang tertutup alang-alang setinggi 2 meter. Jadi selama semalam saya harus bertafakur tanpa diberikan amalan tertentu. Pokoknya kata Uyut terserah saya mau pakai bacaan apa saja yang memang saya hafal.

" Terserah kamu, Cech. Mau variasi-variasi, ketoprak-ketoprak, gado-gado atau apalah. Pokoknya terserah. Yang penting kamu yakin dengan diri sendiri, yakin kepada Allah SWT dan ingat pesan orang tua. "

" Siaaaaappppppp " teriak saya dengan sedikit gemetar hehehe.

" Bagusssss, sekalian Uyut siksa dan anteupkeun kamu hahahahaha "

Ya begitulah gaya bicara beliau kepada saya kalau sudah menyuruh. Tetapi dari situlah karakter diri terbentuk. Tidak ada yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Yang Maha Kuasa atas Segalanya. Dan beliau selalu mengingatkan kalau hidup ini seperti permainan catur. Jadi kita harus tahu langkah ke depannya dan mampu mengantisipasi langkah-langkah yang tidak diinginkan atau mengacaukan tujuan kita yang sebenarnya yaitu bertemu dengan Raja Yang Sebenarnya, Allah SWT. Tetapi semua itu bisa bekerja secara otomatis kalau kita terbiasa dengan "siksaan" hidup dan anteupkeun (menikmati segala "siksaan" tersebut) dengan terus melakukan. Jadi takutlah kepada Tuhan dan bukan kepada Hantu (ketakutan dan keserakahan yang ada dalam diri manusia).

Dan lagu di bawah inilah yang menjadi spirit bagi diri saya untuk tidak takut kepada apapun dan selalu ingat "pulang ke rumah" dengan selamat.





Take that look of worry
I'm an ordinary man
They don't tell me nothing
So I find out what I can
There's a fire that's been burning
Right outside my door
I can't see but I feel it
And it helps to keep me warm
So I, I don't mind
No I, I don't mind

Seems so long I've been waiting
Still don't know what for
There's no point escaping
I don't worry anymore
I can't come out to find you
I don't like to go outside
They can't turn off my feelings
Like they're turning off a light
But I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind

So take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Cos I've been a prisoner all my life
And I can say to you

Take that look of worry, mine's an ordinary life
Working when it's daylight
And sleeping when it's night
I've got no far horizons
I don't wish upon a star
They don't think that I listen
Oh but I know who they are
And I, I don't mind
No I, I don't mind
Oh I, I don't mind
No I, I don't mind

So take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home
Cos I don't remember
Take, take me home, oh lord
Well I've been a prisoner all my life
And I can say to you

But I don't remember
Take, take me home..

Senin, 04 Oktober 2010

Filosofi Laba-laba dan Cecak dalam Dunia Bisnis

Tuhan mengajak kita merenungkan ayat Qur'an berikut ini, yang disampaikanNya untuk menunjukkan jalan yang benar kepada manusia yang diciptakanNya:

Dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, dan bahtera yang berlayar di lautan untuk kemaslahatan manusia, dan air yang dikirimkan Tuhan dari langit - yang dengannya dihidupkanNya bumi sesudah mati (kering) dan disebarkanNya berbagai jenis mahluk - dan angin serta awan yang bergerak dengan patuhnya ke berbagai arah di antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda bagi mereka yang menggunakan akalnya. (Surat al-Baqarah: 164)

laba-laba







Benang laba-laba itu ternyata lima kali lebih kuat dari baja dengan ketebalan sama dan memiliki gaya tegang 150 ribu kilogram per meter persegi. Seandainya berdiameter 30 cm, benang itu akan mampu menahan berat 150 mobil! Kehebatan benang tersebut telah menginspirasi ilmuwan untuk membuat jaket antipeluru dari bahan yang dinamakan Kevlar (hanya 1/10 kekuatan benang laba-laba). (Sumbernya disini)

Cicak






Cecak atau cicak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cecak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cecak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cecak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku GekkonidaeCecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk. Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat-tempat teduh. (wikipedia)


Pernyataan tersebut di atas telah menyiratkan bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta untuk kemaslahatan umat manusia. Tetapi hanya manusia yang mau berpikir akan mendapatkan makna penciptaan Allah SWT tersebut. Contoh yang saya berikan adalah laba-laba dan cecak dalam konteks bisnis.Tulisan ini terinspirasi oleh postingan seorang teman tentang "Sukses Menjual Sebelum Berjualan" sehingga saya teringat akan pesan almarhum bapak dulu tentang filosofi laba-laba dan cecak dalam bisnis. Sebetulnya tidak hanya bisnis dalam mencermati filosofi ini tetapi banyak bidang yang saling berkaitan.

Menurut saya, bisnis adalah seni menjual, seni memberi dan menerima serta selalu bersinggungan dengan rasa dan perasaaan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya menjual/memberi? Apa yang dijual dan yang diterima? Siapa saja yang diberi dan diterima?.

Saya tidak akan menjawab satu persatu karena sudah banyak yang mengulas itu semua dalam bentuk buku, seminar, kuliah dan sebagainya. Yang ingin saya jelaskan adalah filosofinya bagaimana laba-laba dan cecak bisa dijadikan model yang baik sebelum kita menjalankan bisnis.

Tahukah anda? Laba-laba yang sering digambarkan dalam bentuk film "Spiderman" yang dapat terbang, bergelayutan dengan mengandalkan kekuatan jaring-jaringnya dan menangkap musuhnya juga menggunakan jaring-jaring tersebut. Itu yang paling mudah terlihat.

Pernahkah kita memperhatikan bagaimana laba-laba membuat jaring-jaring tersebut dengan pilinan yang teratur, sabar, tekun dan berhenti ketika dia merasa cukup yakin bahwa besaran jejaringnya dapat dengan mudah menjebak mangsanya. Ini adalah proses yang harus dilalui oleh seekor laba-laba. Begitu pula dalam bisnis supaya kita dapat mangsa yang baik (customer yang baik) maka kita harus terus menerus membentuk jaringan yang cukup luas melalui proses yang panjang, tekun, sabar dan mempunyai kepribadian yang baik sehingga pada akhirnya dengan sikap yang tenang maka customer akan menghampiri dan selalu membutuhkan kita karena kepribadian kita yang selalu memberi perhatian terhadap customer. 

Contohnya kembali lagi adalah laba-laba dengan duduk ditengah sambil menunggu mangsanya yang terperangkap di jejaringnya. Rejeki memang di tangan Allah SWT tetapi bagaimana rejeki mau didapat kalau kita sendiri tidak melakukan usaha (berikhtiar) dan selalu istiqomah.Bagaimana dengan cecak? Hewan satu ini memang selalu tampak di rumah-rumah dengan suaranya cak.. cak...cak...cak... Kehidupan hewan kecil ini jarang sekali kita perhatikan dan pelajari.

Seperti pernyataan pertama kali mengenai makanan cecak adalah serangga terutama nyamuk. Pernahkah kita berpikir tentang cecak yang hanya bisa merayap dan tidak bisa terbang kecuali cecak terbang (khusus) tetapi makanannya adalah hewan yang dapat terbang. Bagaimana bisa hal itu terjadi? Kembali lagi kita harus berpikir dan mengamati kehidupan cecak tersebut yang selalu merayap-rayap di langit-langit rumah. Merayap-rayap ini adalah bagian dari suatu ikhtiar dari seekor cecak untuk mendapatkan makanan. Tetapi khan cecak tidak bisa terbang? Disinilah tangan Allah SWT yang bermain dan bekerja secara otomatis. Allah telah menetapkan rejeki kepada seluruh makhluk ciptaannya di dunia terutama manusia sesuai dengan Qodrat dan Iradat-Nya. 

Untuk itu kita harus selalu bersyukur dan bertafakur kepada Allah SWT bahwasanya hidup kita di dunia sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT sehingga kita tidak seharusnya takut akan kehidupan masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kita dituntut untuk selalu berpikir dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kita cita-citakan dan setelah itu kita pasrah (tawadu) sesuai dengan ketentuan Allah terhadap diri kita. Amin

Bagaimana Rasanya Menjadi Orang Miskin? (2)

Tahun 2000 merupakan tahun neraka bagi keluarga kami, masalah datang silih berganti. Pabrik bapak yang sudah tidak kompetitif lagi karena kesulitan membeli bahan baku yang sudah mahal dan harus dibayar dimuka, perusahaan karton mulai jor-joran harga walaupun untung kecil tapi yang penting bisa jalan kata mereka sehingga membuat bisnis karton menjadi tidak sehat, masalah pesangon karyawan yang berjumlah 9 orang, membayar cicilan kredit bank yang mulai membengkak, cicilan kendaraan dan masalah kesehatan ibu.

Tanpa disadari juga, saya hanya berkonsentrasi di pabrik dan mengakibatkan usaha pribadi  ikut goyang juga yang disebabkan tidak terurus, langganan mulai kabur karena service yang tidak memuaskan, kontak konsumen mulai berkurang sehingga konsumen melirik ke tempat lain dan sebagainya. Disamping itu untuk memenuhi pesanan barang, saya mulai kesulitan dana karena modal saya banyak dipakai untuk membayar pesangon karyawan bapak karena keuangan bapak mulai menipis bahkan cenderung minus. lama kelamaan saya ikut juga menjadi bangkrut.

Sebelumnya tahun 1998, kami sekeluarga pernah diingatkan oleh seorang laki-laki tua yang datang bersama teman. Beliau datang atas inisiatif sendiri setelah teman menceritakan tentang diri saya. Beliau mengingatkan kami sekeluarga untuk lebih sabar dan pasrah dalam menghadapi hidup yang akan datang. Beliau banyak cerita tentang sejarah manusia dan sempat menyinggung silsilah keluarga ibu dan bapak kami serta hafal nama-nama kakek nenek kami padahal kami tidak pernah cerita kepada beliau. Ini yang aneh. Pada saat itu kami menganggap semua itu kebetulan saja karena beliau datang dengan pakaian serba hitam seperti orang Badui. Dan setelah benar mengalami kejadian-kejadian yang disebutkan beliau barulah kami mengerti apa maksud perkataan beliau. Pada kenyataannya nanti beliaulah yang selalu mendampingi kami dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup yang berat dalam sejarah keluarga kami. Beliaulah yang selalu memotivasi dan memberikan nasehat, saran dan lain-lain untuk selalu yakin bahwa Allah SWT selalu mneyertai keluarga kami.

Singkat cerita, keluarga kami sudah benar-benar bangkrut. Hutang bank yang tadinya hanya Rp 750 juta membengkak menjadi Rp 2,25 milyar (akibat naiknya nilai mata uang dollar) sehingga rumah di Jakarta Barat yang kami tempati dan pabrik yang menjadi agunan disita oleh bank dan dimasukkan dalam BPULN (Pelelangan Negara). Ruko, sawah warisan kakek dan rumah di Jawa dijual untuk menutupi hutang-hutang pada pihak ketiga seperti suplier, leasing mesin, pesangon karyawan, dan lain-lain. Kendaraan yang berjumlah 7 buah berupa truk 2 buah, mobil box 2 buah, mobil pribadi 3 buah dijual juga untuk menutupi beban cicilan membayar kredit kendaraan bermotor dan biaya rumah sakit Ibu.

Pada waktu saya berpikir Bapak goyah dan stres sehingga sakit karena beliau punya penyakit jantung. Ternyata tidak malah kuat. Justru yang tidak kuat adalah ibu saya. Ibu saya shock dan tidak menduga dalam waktu sekejap semuanya berubah secara drastis. Sewaktu jaya bisa pegang uang sampai Rp 1 juta seharinya dan belanja kemana-mana sehingga kadang-kadang mubazir (inilah yang mungkin Allah SWT marah), tiba-tiba tidak punya uang sama sekali. Akhirnya ibu stres dan mulai sakit-sakitan. Sebagai informasi sejak tahun 1998-2006, rumah sakit adalah langganan tetap ibu saya. Ibu bisa  masuk rumah sakit  rata-rata 3-4 kali  dalam setahun. Luar biasa cobaan ini. Sakit ibu adalah empedu, diabetes dan jantung. Parah-parahnya adalah stroke tahun 2006 dan sampai sekarang beliau hanya bisa duduk lunglai di kursi roda. Dokter-dokter yang menangani ibu selalu mengatakan faktor yang paling berpengaruh menyebabkan sakitnya beliau adalah masalah psikis (banyaknya pikiran dan ketakutan terhadap masa depan keluarga).

Dalam menghadapi cobaan ini, kondisi bapak selalu sehat dan terus mencari solusi walapun semuanya buntu tanpa ada penyelesaiaan yang pasti. Bahkan bapak sempat ditipu oleh orang-orang yang mengaku lawyer untuk mengatasi hutang bank (bukan selesai malah menjadi runyam dan banyak uang yang terbuang sia-sia) dan sempat datang ke orang pintar untuk meminta tolong bagaimana menyelesaikan masalah hidup ini (itupun juga sia-sia). Kadang-kadang emosi beliau meledak-ledak dan rumah terasa seperti neraka dan tidak nyaman lagi. Karena saya yang selalu menemani dan tinggal dalam satu rumah sehingga saya merasakan ibarat kapal pecah dimana nahkodanya lagi mabuk sehingga kapal menjadi oleng dan terbawa ombak.

Setelah segala daya upaya dan usaha yang tidak mengenal lelah tanpa ada solusi, sementara kami sudah tidak punya apa-apa karena barang di rumah satu per satu dijual. Coba anda bayangkan, kami menempati rumah seluas 484 m2 di dalam kompleks perumahan mewah tetapi untuk makan aja susah. Mana mungkin orang akan percaya? Ada peristiwa lucu, sewaktu mobil kami yang terakhir dijual sehingga kami harus jalan kaki kemana-mana. Setiap mau pergi, saya selalu lihat kanan kiri ada atau tidak orang melihat saya jalan kaki karena ada perasaan malu (sebetulnya sih tidak ada masalah waktu itu) dan kondisi memaksakan saya naik kendaraan umum untuk pergi kemana-mana. Yang lucunya naik kendara umum salah melulu rutenya karena memang sejak kecil kami selalu memakai kendaraan pribadi.Tetapi ada hikmahnya yaitu saya menjadi mengerti dan hafal rute-rute bis, angkot, metro mini dan mikrolet. HeeeHeeehee.

Sejak tahun 2001-2004 teror-teror juga menjadi santapan sehari-hari kami. Berbagai macam teror yang terjadi:

1. Debt Collector kartu kredit ibu dengan cara mengancam sampai mendatangkan orang dengan wajah seram ke rumah karena telepon kami sudah tidak bisa dihubungi (tunggakan telepon sampai 4 bulan).

2. Petugas PLN yang ingin mencabut listrik karena tunggakan sampai 5 bulan. Sementara listrik di pabrik sudah dicabut karena menunggak sampai 6 bulan.

3. Spekulan perumahan yang datang dengan pongahnya sambil mengatakan rumah kami khan akan dilelang berdasarkan info Pelelangan Negara. Jadi mereka akan membeli rumah kami dengan harga yang murah dan kami harus segera meninggalkan rumah itu segera apabila mereka sudah membayar kepada Pelelngan Negara.

4. Telepon dari oknum pelelangan negara yang selalu mengancam rumah dan pabrik akan disegel serta akan dipasang plang sitaan kalau kami tidak memberikan sejumlah uang sebagai uang penundaan lelang.

5. Telepon dari oknum bank dan pelelangan negara dengan mengirim daftar aset yang akan dilelang hari ini dan di daftar itu ada nama bapak dan daftar aset bapak tanpa mengirim surat undangan pelelangan. Disebutkan pabrik dan rumah akan dilelang dengan nilai hanya Rp 1,2 milyar sehingga kalau lelangan itu terjadi maka kami masih harus membayar sisa hutangnya sebesar Rp.1 milyar. Wow sudah agunan hilang masih ada hutang lagi hahahaha.

6. Banyak orang-orang yang datang ke rumah dengan niat mau membeli rumah dan pabrik dengan alasan ingin meringankan beban kami. Pada kenyataannya adalah bohong belaka (modus penipuan).

7. Masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya yang kami kuatirkan datang juga. Ada sebuah surat dari Bank dan BPULN yang mengundang Bapak untuk menghadiri pelelangan aset kami keesokan harinya. Inilah puncak dari seluruh masalah keluarga kami. berarti setelah dilelang kami (ibu-bapak dan saya beserta 2 orang keponakan) harus meninggalkan rumah dan harus mencari kontrakan karena rumah bapak yang di cempaka putih sedang dikontrakan dan masa kontrak masih 2 tahun lagi. Ketika saya tunjukkan kepada bapak, beliau terdiam dan seperti orang linglung dan tiba-tiba mengatakan ingin pergi ke Yogya, Nah loh. Wong besok rumah mau dilelang malah pergi ke Yogya. Ini kenyataan, sekuat-kuatnya manusia ada masanya ketidakberdayaan manusia.

Kemudian saya ajak bicara dari hati ke hati walaupun hati saya juga deg-degan dan alhamdulillah beliau tenang kembali dan berusaha telepon lewat wartel ke salah satu petugas lelang yang dikenal. Akhirnya diperolehlah  solusi bahwa pelelangan aset kami dapat ditunda selama 6 bulan sengan syarat membayar Rp 50 juta sebagai pelicin. Wow pikir saya, makan saja susah. boro-boro 50 juta wong 50 ribu aja ga punya. Masalah ini tidak saya ceritakan ke ibu saya (kondisi sakit) kecuali kepada kakak adik saya tetapi tetap tidak ada solusi. Sekarang malah saya yang stres dan marah ini cobaan apalagi dari Tuhan yang selalu memberikan jalan buntu kepada keluarga kami. Karena tidak ingin membuat runyam di rumah, jam 1 malam saya pergi ke warung depan rumah hutang bir, rokok kemudian saya pergi ke sebuah mushola. Di dalam musholah saya duduk sambil minum bir dan berteriak mengeluarkan sumpah serapah kepada Allah SWT. Katanya Engkau Rahman-Rahiim dimana Rahman-Rahiim-MU. Kami telah berdoa siang dan malam tetapi tetap Allah tidak memberikan jalan dan masalah selalu datang silih berganti (belum selesai yang satu datang lagi yang baru). Nah disitulah puncak ketidak percayaan saya tentang adanya Allah SWT.

Ketika saya mulai capek berteriak dan lagi menunduk tiba-tiba datang suara dan wujud seperti orang tua sambil marah-marah dan menunjuk-nunjuk saya. Salah satu perkataannya yang selalu saya ingat adalah "Hai manusia, sesungguhnya engkau tidak merugi. Allah telah memberikan banyak kenikmatan kepada kamu dan keluargamu. Tidak bersyukurkah engkau. Engkau baru kehilangan harta belum kehilangan orangtuamu,saudara-saudaramu apalagi nyawamu. Baru kehilangan harta saja sudah sombong kamu. Ingat Allah akan membantu umat ciptaan-Nya ketika umat-Nya mencapai tingkat keputusasaan paling tinggi"
Maaf saya sempat merinding dan menangis kalau mengingatnya.

Wajah orang tua itu selalu saya kenang dan mengingatkan saya kepada orang tua yang pernah datang ke rumah kami tahun 1998. Kemudian saya pergi ke rumah teman pada saat itu juga dan minta alamatnya serta nomor telepon orang tua tersebut. Kemudian saya menelpon beliau dan menceritakan semua kejadian yang saya alami. Dengan santainya beliau mengucapkan "Nasruminullah wa fathum qarib". Beliau menasehati saya agar tenang dan masalah akan segera selesai.

Benar saja jam 6 pagi saya di telpon oleh seorang teman yang baru pulang dari Amerika. Teman mengatakan bahwa dia tahu kondisi saya dan mau membantu. Kemudian saya menyampaikan kepadanya  kalau  butuh uang Rp 50 juta. Langsung saja teman menyatakan kalau dia mempunyai  uang Rp 5 juta dan sejumlah  uang dalam bentuk dollar AS yang didepositokan di bank yang baru satu bulan lagi uangnya bisa diambil.

Selanjutnya saya menceritakan kepada bapak. Akhirnya Bapak berhasil melakukan pembicaran, negoisasi dan disetujui. Herannya uang Rp 5 juta diantar sendiri oleh teman ke tempat pelelangan pada jam 9 pagi setelah janjian dengan Bapak. Uniknya oknum pelelangan mau menerima  tanpa pernah menyinggung uang Rp 50 juta yang pernah mereka minta. Mukjizat-nya adalah rumah dan pabrik tidak jadi dilelang dan ditunda selama 6 bulan lamanya.

Selama 6 bulan itu kami terus berusaha dan akhirnya ditemukan solusi yaitu dengan mengirim surat ke Menteri BUMN, Menkeu, Menteri UKM & Koperasi sampai ke Presiden. kami mendapatkan rekomendasi/reposisi dari Menteri Keuangan kepada Bank yang menyatakan bahwa berhubung dalam rangka akan dikeluarkannya Keppres No 65 atau 56 tahun 2002 (saya lupa) tentang penghapusan hutang industri kecil-menengah kepada lembaga-lembaga keuangan negara termasuk bank-bank pemerintah. Industri kecil-menegah akan mendapatkan penghapusan bunga bank dan pemotongan hutang pokok sebesar 25%. Penyelesaian hutang tersebut disesuaikan dengan kondisi dan cara lembaga-lembaga keuangan negara. Ini baru solusi dalam hati saya tapi bayarnya pakai apa?

Akhirnya rumah kami di Jakarta Barat dijual senilai Rp 1 milyar dan uangnya dibayar untuk hutang bank yang tadinya Rp 2,25 milyar menjadi Rp 790 juta. Sisanya kami pakai untuk menutupi hutang-hutang yang lain dan memulai hidup lagi. Ya memang kami kehilangan rumah tetapi tidak kehilangan pabrik yang nantinya bisa menjadi modal kerja saya. Seperti diketahui untuk membangun pabrik , bapak mengagunkan rumah kepada bank sehingga sebetulnya kami tidak merasa rugi paling yang hilang hanya kenangan-kenangan indah di rumah yang kami tempati selama 24 tahun. Tahun 2002 kami pindah ke rumah lama di Jakarta Pusat.

Cerita ini selalu saya sampaikan kepada siapapun yang saya kenal bukan ingin ghibah, riya apalagi sombong dan menceritakan aib keluarga kami. Bukan itu maksud saya. Saya selalu mengharapkan cerita ini menjadi pelajaran dan tidak menginginkan apa yang terjadi pada keluarga kami jangan sampai terjadi pada keluarga yang lain. Dan yang sekarang sedang mencapai puncak karir selalu ingat dan punya antisipasi bagaimana kalau saya mengalami kejadian itu. Kepada orang miskin yang bermimpi menjadi kaya , seharusnya mulai bertanya dalam sendiri apakah bila saya kaya, ibadah saya kepada Allah SWT akan sama intensitasnya dengan kondisi saya sewaktu miskin?

Ketika kita susah perbanyaklah membaca "Alhamdulillah" karena akan datang kesenangan tetapi ketika senang perbanyaklah membaca "Astaghfirullah al azhim" karena akan datang kesusahan. Gaya hidup dan gengsi menyebabkan kita lupa akan siapa diri kita sebenarnya. Perlu diketahui saya telah mengalami berbagai jenis pekerjaan yang menurut orang tidak mungkin karena melihat latar pendidikan saya seperti jualan kopi ginseng dari stasiun kota-bogor, sales keliling, tukang lem penjilidan buletin dengan upah harian, sopir pribadi tidak tetap, tukang kebun walaupun tidak tetap, sampai jadi broker bursa berjangka yang pendapatannya Rp 35 juta-Rp 50 juta per minggu walapun hanya 1 tahun karena bertentangan dengan batin dan masih banyak lagi.

Satu hal jangan malu, rendah diri, gengsi dengan kondisi kita dan jangan dendam dengan orang-orang yang menghina kita ketika sedang dalam kondisi susah atau miskin. Semua masalah hanya kita yang bisa menyelesaikan dan orang lain hanya bisa membantu pemikiran, nasehat, saran, usul dan selalu bertanya kepada diri sendiri serta selalu mohon petunjuk kepada Allah SWT bukan kepada dukun atau orang pintar karena percuma tidak akan ada solusi. Tetap semangat dan tersenyum.

Keluarga kami termasuk yang beruntung dapat bangkit kembali dari keterpurukkan dan masih banyak keluarga yang tidak /belum mampu bangkit. Tahukah anda? Sewaktu saya mengurus ke Menteri UKM & Koperasi tahun 2001. banyak orang mungkin sekitar 30-an jumlahnya yang tidak berani pulang dan menjadi gelandangan karena rumah dan harta benda yang lain sudah disita oleh pihak bank ataupun pihak yang lain.

Saya melihat kondisi ekonomi yang terjadi sekarang hampir mendekati dengan kondisi ekonomi tahun 1997. Mudah-mudahan semua perkiraan saya tidak benar adanya. Mohon direnungkan.

PS: Ada pesan Almarhum Bapak pada saat sahur terakhir beliau pada bulan puasa hari ke-4 sebelum sorenya meninggal dunia tahun 2006 kepada saya : "Sebagai orang tua, saya sudah melaksanakan semua tugas dan tanggungjawab yang diberikan Allah SWT. Tugas dan tanggungjawab saya kepada kalian sudah selesai, selebihnya terserah kalian mau jadi apa" Lagu " Hero" inilah yang menjadi lagu kenangan untuk Almarhum Bapakku Tercinta. I love him so much.




Bagaimana Rasanya Menjadi Orang Miskin? (1)

Tulisan ini dibuat sebagai bahan perbandingan dan perenungan mengenai bagaimana perjuangan usaha kecil menengah (UKM) menyelesaikan masalahnya pada saat krisis ekonomi. Kalau dibandingkan dengan para konglomerat yang mendapatkan kucuran dana lewat BLBI ataupun bail out (kasus Bank Century) tampak jelas terdapat perbedaan perlakuan tetapi saya tidak akan mengupas tentang hal tersebut.

Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat dahsyat dan saya sering menyebutnya dengan Gelombang Tsunami Ekonomi karena saya dan keluarga mengalami dampaknya secara langsung. Saya mengharapkan apa yang terjadi pada keluarga kami tidak dialami oleh keluarga-keluarga yang lain karena sangat menyedihkan dan mengerikan. Tulisan ini juga untuk mengenang jasa-jasa, ilmu pengetahuan dan pengalaman Almarhum Bapak kami yang tidak dapat dinilai dengan apapun.

Alhamdulillah saya dilahirkan dari keluarga mampu bahkan lebih dari cukup. Kami bersaudara berjumlah lima orang kakak beradik. Orang tua kami selalu memenuhi segala kebutuhan kami bahkan sampai kami berkeluarga seperti rumah, kendaraan bermotor dan lain-lain. Bapak adalah seorang pengusaha yang sukses dan sejak tahun 1976 beliau menggeluti usaha pengemasan Carton Box dan Corrugated Box (orang awam bilangnya bisnis dus untuk TV, kulkas, makanan dan minuman, sepatu dan lain-lain). Bahkan beliau pernah menjadi Ketua Asosiasi Perusahaan Pengemasan Carton dan Corrugated Box Seluruh Indonesia (PICCI) serta membuat Buku Putih tentang semua yang berhubungan dengan Carton dan Corrugated Box yang sampai sekarang masih digunakan oleh seluruh perusahaan carton dan corrugated box sehingga sering orang menyebut beliau adalah Dukun Karton karena semua ilmu perkartonan sudah diluar kepala dan dengan melihat barang yang mau dikemas tanpa mengukur sudah tahu ukurannya. Beliau pernah termasuk 30 Pengusaha Sukses Seluruh Indonesia versi KADIN. Bukan saya mau sombong atau pamer tapi ini adalah rasa kebanggaan kami terhadap beliau.

Beliau termasuk workaholic (gila kerja) dan tidak terlalu banyak bicara serta jarang mengomelin kami. Apabila kami bersalah, beliau selalu mengajak kami berdiskusi tentang kesalahan kami di meja makan dan selalu meninggalkan tulisan apa-apa saja perbuatan salah kami dan bagaimana solusinya. Karena kata beliau kalau hanya dibicarakan orang akan cepat lupa tetapi dengan tulisan orang akan mudah mengingat kembali dengan membuka tulisan tulisan itu apabila kami mempunyai masalah yang sama. Kami bersyukur bahwa tulisan-tulisan itu masih tersimpan utuh dalam bentuk buletin walaupun ada yang telah rusak sewaktu banjir tahun 2002. Beliau menginginkan kami semua menjadi orang yang mandiri dan suka bekerja dan mempunyai aktifitas yang jelas.

Dengan fasilitas yang diberikan oleh orang tua kami maka tidak heran kami semua bisa menjadi sarjana. Tahun 1995, saya lulus S-1 di salah satu perguruan negeri di Yogyakarta. dan selama 2 tahun saya bisa melanjutkan pendidikan MM walaupun ini biaya sendiri karena orang tua sudah tidak mau membiayai pendidikan saya. Saya tahu orang tua mampu untuk membiayai itu semua tetapi orang tua ingin melihat kerja keras saya mencari uang untuk pendidikan MM walaupun ada juga beliau membantu biayanya.

Sejak kuliah saya sudah belajar bisnis mulai dari jualan komputer, con block, usaha penyewaan sound system untuk acara dangdutan dan lain-lain sehingga membuat saya menjadi terbiasa dengan dunia bisnis. Ini saya lakukan gara-gara kecewa dengan almarhum yang sebenarnya sepele yaitu minta dibelikan komputer tapi kata beliau, komputer akan dibelikan tetapi bisa ga satu tahun kemudian komputer menjadi dua atau tiga bahkan lebih. Kalau tidak bisa ya tidak dibelikan. Akhirnya saya berusaha mencari jalan bagaimana supaya dibelikan dan bisa bertambah komputernya menjadi banyak yaitu dengan bisnis penyewaan komputer dan jualan komputer dengan merakit komputer bersama seorang teman dari fakultas teknik elektro yang mempunyai kemampuan merakit komputer.

Tahun 1988-1992, Pemerintah Presiden Soeharto banyak mengeluarkan kebijakan ekonomi berupa paket-paket ekonomi yang terkenal salah satunya adalah pakto (paket ekonomi bulan Oktober) yang memperbolehkan swasta membuka bank-bank sendiri dengan modal minimal Rp 1 milyar dan memberikan fasilitas kepada pengusaha untuk dapat menarik modal dari masyarakat. Pada saat itu tidak heran banyak bank-bank swasta yang bermunculan dengan nama yang bermacam-macan dan banyak memberikan hadiah-hadiah berupa mobil, rumah dan sebagainya untuk menarik minat masyarakat untuk menabung di banknya. Ternyata kebijakan ini banyak dimanfaatkan oleh para konglomerat untuk membiayai proyek-proyek anak-anak perusahaan mereka dimana dananya dari dana masyarakat yang menabung di bank mereka dan hanya sekian persen yang dikeluarkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat luas yang ingin meminjam untuk keperluan modal usaha, pembelian mobil, rumah dan lain-lain. Inilah awal mula datangnya gelombang tsunami ekonomi di Indonesia tahun 1997.

Sejak tahun 1982 sampai 1997, bapak selalu menjadi nasabah bank-bank pemerintah dan bank-bank itu silih berganti menawarkan fasilitas kredit modal kerja dan kredit investasi karena beliau dianggap sebagai nasabah yang baik dengan cash flow (keluar masuknya uang) dalam satu hari minimal 10 transaksi. Itulah kenapa bank-bank tersebut tertarik untuk menjadikan bapak sebagai nasabah mereka. Setahu saya berdasarkan keterangan mereka bapak mulai meminjam uang mulai dari Rp 75 juta sampai terakhir tahun 1996 pagu kreditnya mencapai Rp 1 milyar.

Sebelum tahun 1996 adalah masa-masa keemasan usaha bapak. Awalnya supplier karet cetak (Rubber Sheet), pita rokok yang diimpor dari Jepang sampai mempunyai pabrik karton sendiri. Pabrik karton milik bapak dibangun tahun 1987 dengan luas hanya sekitar 200 m2 dan itupun juga kontrak tanah dan berada di pinggir kali pesanggrahan. Jadi kalau hujan besar, anak buah bapak sudah harus siap-siap angkat sheet karton yang merupakan bahan baku pembuatan karton. Pada tahun 1989 perusahaan bapak pindah ke Tangerang dengan pabrik yang lebih luas sekitar 1200 m2, mesin-mesin baru yang sudah semi otomatis, penambahan jumlah kendaraan dan jumlah karyawan juga ikut meningkat yang awalnya 1 shift menjadi 3 shift.

Pada saat itu saya tidak terlalu banyak terlibat dalam usaha beliau karena saya punya usaha sendiri walaupun kecil-kecilan yaitu bubuk cabe lokal, jahe emprit kering, lengkuas kering dan lain-lain yang banyak dipakai pabrik jamu serta sempat ekspor jahe gajah ke singapura walaupun mengalami kerugian karena ditipu orang.

Kenapa saya tidak membantu usaha bapak? Waktu itu saya dan bapak seperti anjing dan kucing, selalu beda pendapat, keinginan bapak dan saya selalu berbeda, dan saya selalu berpendapat bapat terlalu konservatif (biasalah pemikiran orang baru lulus MM yang selalu serba canggih dan muktahir).tetapi pada akhirnya saya akan mengakui bahwa bapak adalah orang yang sangat cerdas dan kemampuan saya ternyata tidak ada apa-apanya.

Seperti yang saya ceritakan diatas tentang banyaknya bank-bank swasta yang baru mengakibatkan orang jor-joran menabung dengan harapan mendapatkan undian berhadiah. sehingga uang banyak tersimpan di bank-bank swasta. Ironisnya sebagian besar dari dana itu dipakai oleh anak-anak perusahaan yang masih satu grup dengan bank-bank swasta tersebut dan makin parahnya adalah banyaknya proyek-proyek anak perusahaan mereka sebagian besar macet. Karena apa? Bukan usaha yang membutuhkan uang tetapi uang yang membutuhkan usaha sehingga banyak uang yang tidak dimanfaatkan sesuai peruntukkannya. Selain itu tumbuhnya konglomerat yang merambah dari hulu sampai hilir dimana disitulah lahan industri kecil menengah dan kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan konglomerat. Ini yang tidak disadari pemerintah saat itu.

Tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi di Asia mulai dari Korea Selatan, Thailand sampai ke Indonesia akibat dari permainan spekulan mata uang dunia yang menyebabkan nilai dollar AS menjadi tinggi dan menekan nilai mata uang rupiah yang terus melejit dari nilai 1 dollar AS = 2750 IDR sampai sempat menembus angka 15.000 IDR. Ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak melakukan pengetatan uang dan kebijakan mematok nilai mata uang kita pada nilai tertentu malahan mengikuti mekanisme pasar yang banyak dihuni oleh spekulan-spekulan kelas dunia akhirnya sampai sekarang nilai rupiah kita sudah sangat susah mencapai nilai Rp 5000 sekalipun.

Pada saat itu dunia usaha terutama yang kecil dan menengah mengalami dampak langsung dan mulai kelihatan kesulitan mendapatkan bahan baku serta kesulitan mempunyai uang cash karena semua modal kerja merupakan kredit dimana bunga kredit juga ikut melejit sehingga untuk membayar bunganya saja sudah sangat susah. Kesulitan bahan baku bagaimana?  Sebelumnya perusahaan bisa pesan bahan baku dengan pembayaran 3 bulan dan diproses untuk customernya dengan masa pembayaran 1-2 bulan sehingga ada nafas dan ada keuntungan berupa selisih harga,dan waktu dimana uang dapat diputar untuk keperluan yang lain. Sesudahnya perusahaan bapak harus bayar cash dimuka, baru bahan baku dikirim, sementara customer tetap bayarnya 1-2 bulan bahkan ada yang 3 bulan.

Perusahaan kecil dan menengah harus bayar dimuka baru bahan baku dikirim dan parahnya lagi perusahaan pemasok bahan baku yang merupakan konglomerat juga ikut masuk ke pasar perusahaan kecil dan menengah dengan harga yang lebih murah sekitar 12% dan itu juga ditambah diskon 5% kalau bayar cash. Bagaimana bisa bersaing yang kecil-menengah dengan yang besar. Selain itu pemerintah maupun asosiasi pengusaha seperti tutup mata.

Inilah awal datangnya gelombang tsunami ekonomi dimana bapak mulai mengurangi shift kerja dari 3 shift menjadi 2 shift.dan melakukan pengurangan tenaga kerja mulai dari 67 orang menjadi 54 orang. Kondisi makin parah dan pada tahun 2000 perusahaan bapak mogok dengan menyisakan karyawan tinggal 9 orang dan masih meninggalkan masalah pesangon, pinjaman bank yang makin membengkak, harga bahan baku yang sudah tidak terjangkau.

Pada tahun 1999 saya diminta tolong beliau untuk mengatasi masalah perusahaan yang kelihatannya sudah mulai goyang. Buktinya adalah berkurangnya kegiatan usaha di pabrik, tunggakan pembayaran cicilan bank sampai 3 bulan, gaji karyawan yang tertunggak sampai 1 bulan dan lain-lain. Setelah saya masuk ke dalam perusahaan akhirnya disadari kurang tanggapnya kami terhadap perkembangan ekonomi . Contohnya adalah ketika bunga bank sempat mencapai 43% seharusnya bapak mengirim surat kepada bank untuk melaporkan ketidaksanggupan membayar bunga bank sekian dan meminta penghapusan bunga karena untuk membayar pokoknya saja sudah berat. Tetapi itu tidak dilakukan sehingga bunga bank mencapai 147%. Itu saya maklumi karena selama ini beliau selalu "One Man Show" sehingga hal-hal kecil kurang diperhatikan. 

Disamping itu sejak pabrik pindah dari Kembangan ke pabrik yang lebih besar di Tangerang, Bapak tidak pernah sekalipun datang ke pabrik untuk kontrol. Semuanya diserahkan kepada orang kepercayaannya dan hanya dapat laporan melalui telepon ataupun data yang di fax. Nah disanalah banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan sejak saya masuk ke dalam sudah 13 orang yang dipecat karena perbuatan pidana berupa pencurian, korupsi dan sebagainya.

Sejak saya menangani pabrik bapak mengakibatkan usaha pribadi saya tidak terurus karena saya lebih konsentrasi penuh ke usaha bapak yang perlu penanganan ekstra. Alasan yang lain adalah usaha bapak di bidang produksi sementara usaha saya adalah perdagangan jadi bisa disela waktunya. Inilah awal kebangkrutan dan kemiskinan keluarga kami.