Selasa, 31 Agustus 2010

Kata Siapa Orang Mati Tidak Membawa Harta

Kisah ini benar-benar terjadi dan saya mengalaminya sekitar 8 tahun yang lalu. Suatu hari saya kedatangan seorang teman dengan wajah pucat pasi dan kelihatan ketakutan sekali. Dari wajahnya saya yakin kalau dia punya masalah yang pelik. Dan ternyata benar juga.


 Setelah saya suruh untuk menenangkan pikiran dan memberikan segelas teh manis hangat, akhirnya dia bisa bicara lancar. Barusan saja teman dan seorang saudaranya diinterogasi di kantor polisi gara-gara membawa mayat tetangganya. Nah lho. kasus apalagi nih pikir saya.

Mayat itu adalah tetangganya yang meninggal dunia di tempat kontrakan 3 hari yang lalu. Tetangganya adalah orang miskin yang tidak punya sanak saudara di Jakarta dan hanya orang-orang di sekitar lingkungannya yang dianggap saudara. Kebetulan lokasi kontrakan teman saya dan almarhum adalah bersebelahan serta mereka berada dalam lingkungan kumuh di suatu wilayah Jakarta Barat. Kehidupan mereka sangat minim, miskin, sehari-hari mereka mencari rejeki dengan menjadi pengemis, pengamen, asongan dan lain-lain. Memang kata teman saya bahwa tetangganya ini sudah kelihatan sakit sebelumnya dan selalu diam menyendiri. Teman saya yang selalu menunggu dan merawat almarhum sampai ajalnya. Sepengetahuan teman, almarhum mempunyai saudara di Tegal dan ini dibuktikan dengan pernah adanya kedatangan seorang famili almarhum sekitar 1 bulan yang lalu dan sempat memberi alamat di Tegal walaupun tanpa no telepon.

Karena mereka tinggal di daerah ilegal yang tidak jelas status kependudukannya dan tidak adanya sistem RT/RW maka mereka bersepakat membawa almarhum dikuburkan ke kampung halamannya di Tegal sesuai dengan alamat KTP almarhum dan alamat yang pernah ditinggalkan seorang familinya.

Tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana membawa almarhum ke Tegal. Setelah mereka bertanya-tanya dan mencari mobil ambulance. Akhirnya diperoleh informasi ongkos mobil ambulance plus petinya adalah Rp 2 juta. Menurut mereka uang 2 juta itu besar sekali wong untuk makan saja sudah susah apalagi untuk hal yang lain. Setelah berembug dan dengan sukarela mengumpulkan uang ternyata hanya diperoleh uang sekitar Rp 540 ribu.

Akhirnya disepakati untuk membawa mayat dengan mengunakan bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) jurusan Tegal. Nah ini lucunya. Dengan menggunakan topi, memberi pakaian yang rapi didampingi oleh teman dan tetangganya yang lain, dibawalah si mayat ke Pulo Gadung pada malam hari dengan menggunakan bus AC dengan tempat duduk 2-3. Jadi si mayat ditaruh di tengah-tengah. Nekat sekali! Dan jangan tanya bagaimana mengangkut mayatnya ke bus yaitu dengan menaruh tangan mayat ke masing-masing bahu teman dan tetangganya.. Dan kalau ditanya , kok diam aja tuh orang, mereka akan menjawab sedang sakit, sedang mabuk, sedang tidur dan seribu alasan lainnya. Luar biasa.

Selama perjalanan mereka aman-aman saja. Sesampainya di Terminal Tegal inilah masalah timbul yaitu ketika mereka menurunkan mayat dan memanggil tukang becak untuk mengantarkan mereka ke alamat yang dituju. Salah seorang tukang becak melihat keanehan yaitu kok kaki si mayat seperti diseret-seret dan curiga itu pasti mayat sehingga melaporkan kejadian itu pada petugas keamanan yang kebetulan juga ada seorang polisi.

Ketika sedang tawar menawar dengan tukang becak yang lain akhirnya teman dan tetangganya beserta mayat ditangkap dan di bawa ke pos keamanan terminal dan dilanjutkan dibawa ke kantor polisi. Di kantor polisi diceritakan semua yang terjadi dan alasan membawa mayat dengan menggunakan bus serta menunjukkan KTP dan alamat famili almarhum. Setelah dicek ke alamat KTP dan alamat yang famili almarhum diberikan akhirnya polisi dapat menghadirkan famili almarhum untuk membuktikan bahwa jasad yang dibawa itu memang jasad saudaranya.

Tetapi lucunya bukan langsung dikuburkan malah oleh polisi mayat tersebut dibawa kembali ke Jakarta beserta teman, tetangganya dan saudara almarhum untuk membuktikan kebenaran berikutnya. Sampai di Jakarta seluruh warga lingkungan kumuh tadi menjadi kaget dan heran kok dibawa lagi.Setelah dikumpulkan warga semua dan mendapatkan penjelasan dari warga mengenai alasan ekonomi yang mengakibatkan mayat dibawa dengan bus AKAP.

Akhirnya polisi mengerti dan warga disuruh membuat pernyataan bahwa mayat almarhum memang warga disitu dan meninggal karena sakit. Kemudian oleh polisi bersama warga dilakukan kembali proses penanganan mayat sesuai dengan agamanya. Karena mayat beragama Islam akhirnya dilakukan seperti pada rukun Mayat yaitu dimandikan, dikafankan, di sholatkan dan dikuburkan. karena saudara almarhum menginginkan dikubur di kampung dengan alasan mudah, murah, dan memenuhi amanat yang meninggal. Sebetulnya sih karena di Jakarta biaya penguburan mahal bagi mereka, setiap tahun ada pajaknya dan juga repot kalau mau ziarah. Kalau dikampung tidak perlu bayar, tidak ada pajaknya, mudah ziarahnya dan masyarakatnya juga bergotong royong. Akhirnya mayat dibawa lagi ke Tegal setelah ada surat pengantar dari Kepolisian, Rumah Sakit/Puskesmas, Kelurahan setempat untuk dimakamkan.


Setelah saya mendengarkan seluruh cerita dan sempat teman mengatakan bahwa tidak benar orang mati tidak membawa harta. Dengan yakinnya, teman mengatakan Orang Mati Membawa Harta , buktinya karena kemiskinan membuat orang mati jadi susah untuk dimakamkan karena tidak punya uang, harus hutang untuk biaya pemakaman, biaya selamatan dan membayar mobil ambulance bagi yang ingin dimakamkan ke luar kota seperti kejadian diatas walaupun ada ambulance gratis tetapi tetap butuh uang untuk uang rokok supirnya, makan-makan di jalan dan lain-lain.

Coba kalau punya harta, pasti dimakamkan dengan layak dan lokasi yang baik, mau selamatan tidak menyusahkan keluarga yang ditinggalkan sehingga tidak perlu hutang, tidak perlu berurusan dengan polisi, mudah mengurus surat kematian dari Rumah Sakit, Kelurahan tanpa perlu memikirkan darimana biayanya karena semua biaya-biaya telah ditutup dengan harta kekayaan yang ditinggalkan . Begitu penjelasan teman saya dengan entengnya dan wajah yang sudah segar kembali.


Benar juga yaa "Uang Memang Bukan Segala-galanya tetapi Segala-galanya Butuh Uang"

Senin, 30 Agustus 2010

Ramadhan, Masihkah Seperti Dulu ?

Ada beberapa orang teman meminta saya untuk membuat tulisan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Aduh apa ya ?! pikir saya saat itu. Saya sudah membayangkan kalau tulisan saya dianggap kepagian tapi saya pikir lagi kalau tulisan saya diharapkan dapat membuka wawasan berpikir yang membacanya walaupun ditulis sebulan sebelum bulan Ramadhan.

Saya sudah dapat membayangkan bagaimana suasana bulan puasa nantinya. Semua televisi, radio dan media lainnya akan diisi oleh acara-acara bernafaskan Islami. Tetapi saya hanya bisa mengurut dada karena acaranya akan seperti tahun-tahun sebelumnya dengan tambahan kemasan yang lain. Kecuali Sinetron Para Pencari Tuhan, sebagian besar tema sinetron masih berkisar perselisihan, intrik, dendam dan humor slapstik yang dihubung-hubungkan dengan bulan Ramadhan. Selain itu akan bertebaran acara-acara kuis dengan host-nya kebanyakan pelawak atau mirip pelawak dengan tujuan menarik pemirsa untuk ikut kuis tersebut. 

Dan parahnya adalah pertanyaannya masih sama dengan puasa tahun lalu.
Kemudian yang akan ramai lagi yaitu banyaknya ustad atau kyai yang diundang dan dipakai sebagai nara sumber untuk acara pengajian di stasiun-stasiun televisi bahkan disiarkan langsung. Begitu dan begitu seterusnya. Hanya sedikit perubahan yang memberikan pencerahan bagi umat Islam yang sedang menjalankan puasa di bulan Ramadhan tersebut.

Saya punya angan-angan yang mungkin agak berbeda dengan yang ditayangkan oleh televisi. Alasan saya ke televisi karena televisi adalah media yang mudah dijangkau dan efektif dalam penyampaian informasi. Bayangan saya adalah sebagai berikut :

Sudah seharusnya Tim atau Panitia dari tiap ustad/kyai yang diundang dan disiarkan langsung oleh TV mempersiapkan sebuah acara tersendiri dan ditawarkan kepada media televisi yang mengundangnya. Contohnya adalah di tengah-tengah acara pengajian yang biasanya diselenggarakan di masjid dan dihadiri oleh banyak jamaah harus ada informasi yang bermanfaat bagi umat. Ustad/Kyai memperkenalkan 10 atau 20 orang muslim yang hidupnya kurang beruntung. Misalnya diperkenalkan satu persatu dari 10 atau 20 orang tersebut latar belakangnya. Si A seorang pengangguran dan hidupnya miskin tapi tetap bekerja keras untuk membantu biaya pengobatan ibunya...ayo dibantu dan siapa diantara jamaah yang hadir di mesjid atau pemirsa yang punya informasi pekerjaan tolong carikan pekerjaan buat si A. Si B seorang anak yatim piatu yang sehari-hari kerjanya mengemis di pinggir jalan dan sudah tidak sekolah. Ayo jamaah sekalian di bantu. Si C seorang ibu yang sakit parah dan sudah tidak mampu lagi membiayai keperluan kesehatannya ayo ditolong. Si D bla bla bla bla dst. Ini diumumkan oleh Ustad/kyai yang diundang. Saya yakin jamaah yang hadir dan pemirsa di rumah akan berbondong-bondong membantu. Semua ini dilakukan atas nilai kejujuran baik panitia dari ustad/kyai yang diundang maupun pihak televisi dan serba transparan. Ini bisa terus dilakukan bukan hanya pada puasa bulan Ramadhan saja tapi seterusnya. Saya membayangkan dan merasa yakin jumlah umat Islam yang kurang beruntung tersebut akan berkurang sedikit demi sedikit.

Jadi umat bukan hanya dicekoki dalil-dalil dan diakhiri dengan tangisan berdoa tapi dibangkitkan kepedulian terhadap umat yang hidupnya kurang beruntung. Saya yakin kyai/ustad ternama tersebut mampu melakukannya karena sudah saatnya peran ustad/kyai bukan sekedar berdakwah tapi melakukan dengan cara buktikan dan nyatakan atau bahasa sehari-harinya teori dan praktik seiring dan sejalan atau dakwah dan implementasinya dinyatakan dalam perbuatan riil.

Saya teringat pada pengalaman pribadi saat diajak oleh teman beragama Budha ke klenteng di daerah utara Jakarta. Saat itu saya hanya ingin tahu saja mengenai apa saja yang ada di klenteng tersebut. Sementara teman berdoa di dalam, saya jalan-jalan mengelilingi klenteng tersebut. Tepat di sebuah ruangan saya dipanggil oleh seorang biksu. Dengan sapaan lembut dan sopan, biksu tersebut menanyakan maksud kedatangan saya di klenteng. Saya bilang kalau saya beragama Islam dan ingin tahu tentang klenteng tersebut. Bukannya marah atau menolak saya tapi malah saya diajak jalan-jalan sampai ke dalam klenteng. Sampai pada waktu mau pulang saya sempat bercanda dengan biksu tersebut dengan mengatakan kalau saya tidak punya uang untuk pulang dan saya katakan juga kalau rumah saya di jawa tengah. Tanpa banyak tanya biksu tersebut langsung mengambil sesuatu dibalik jubah kuningnya. Ternyata yang diambil adalah sejumlah uang senilai Rp 75 ribu. Uang tersebut diberikan semua kepada saya. Biksu pun mendoakan saya agar selamat di jalan. Wow sebuah pengalaman yang luar biasa.

Nah dari peristiwa di klenteng tersebut maka saya membayangkan seandainya seluruh ustad/kyai/habib/ulama/umat Islam yang dianggap mampu dan berpikir positif (husnudzon) maka saya merasa yakin umat Islam yang hidupnya miskin akan berkurang jumlahnya. Pertanyaannya adalah Apakah Ramadhan tahun ini masih seperti dulu ?

Malaikat Curhat

Pasti dech, setiap menjelang puasa bulan Ramadhan saya sering mengalami hal-hal yang aneh dan unik. Hal-hal aneh menjelang bulan Ramadhan biasanya berupa mimpi. Apakah ini benar-benar mimpi atau dongeng tergantung kepada penafsiran pembaca. 
Semalam saya bermimpi didatangi oleh seorang malaikat. Malaikat dengan ciri yang khas berupa sinar/cahaya yang terang benderang dan hampir membutakan mata saya. Tidak salah kalau malaikat dikatakan tercipta dari nur (cahaya). Saya membutuhkan konsentrasi penuh agar bisa berdialog dengannya.

Pertanyaannya adalah mengapa malaikat datang ke tempat saya? Ternyata benar setiap menjelang puasa Ramadhan malaikat ingin curhat dan mengajak saya berpikir tentang tingkah laku manusia menjelang puasa Ramadhan. Malaikat mengatakan manusia Indonesia pasti setiap menjelang Ramadhan berusaha untuk membohongi Allah SWT. Nah lho. Saya selalu bertanya dimana letak kebohongan manusia Indonesia dan jawaban malaikat selalu itu-itu saja tiap tahunnya yaitu latah dan pura-pura menjadi manusia yang paling baik akhlaknya. Untuk jelasnya, saya akan menampilkan dialog saya (C) dengan malaikat (M) :

C ; “Nasruminullah wa fathun qarib ya ghaib ya malaikat”

M : “Nasruminullah ya Cech. Ilana hatu ismakya bak Cech”

C : “Khair ya malaikat” Bahasa Indonesia aja ya malaikat biar semua yang membaca dialog ini mengerti dan memahami apa yang kita bicarakan 

M ; “Oke dech terserah Cech”

C : “Ada apa sebenarnya tentang segala kelatahan dan kepura-puran manusia hai malaikat.”

M : “ Cech khan tahu pasti dech setiap umat Islam menjelang puasa Ramadhan berlomba berpakaian Islami, bertingkah laku Islami, berbicara tentang kebaikan yang Islami, segala hal yang menurut mereka tidak pantas dan tidak menghormati jalannya puasa harus dibasmi dan dirusak kalu perlu dibunuh”

C : Lho khan itu baik dalam rangka menyambut dan melaksanakan puasa bulan ramadhan. Dimana letak kesalahan dan kekeliruannya? ”

M : “ Hahahahahaha, Cech ini pura-pura tidak tahu aja, apa yang saya katakana tahun lalu apa sudah tidak ingat”
C : “Hehehehe saya bukan tidak tahu tetapi takut ada yang tesinggung dan mengatakan yang tidak-tidak tentang diri saya. Saya khan kaum minoritas yang tidak punya kekuasaan apa-apa. Tetapi lebih baiknya diberikan contoh yang riil tentang kelatahan manusia Indonesia”

M : “Begini tahu khan Cech mengenai sinetron, film, lagu dan peraturan pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah menjelang puasa ramadhan”
C : “ Ya tahu, memangnya kenapa?”

M : “Kenapa hanya pada bulan puasa saja acara seperti sinetron/film bernafaskan islam ditayangkan bahkan cenderung berlebihan menampilkan dan memberikan judulnya? Sedangkan diluar bulan puasa ditampilkan acara-acara dan sinetron/film yang membodohi, tidak membumi, semuanya serba mudah dengan penampilan glamour seolah-olah manusia Indonesia kaya-kaya serta tidak mendidik karena menampilkan kekerasan, balas dendam, percintaan yang tidak islami dan cenderung mengundang nafsu syahwat. 

Ironisnya adalah prilaku artis-artis wanita selalu bertolak belakang yaitu ketika bulan puasa memakai pakaian tertutup seolah-olah seperti manusia yang taat beribadah, bertutur kata yang sopan, teratur, menghormati yang diajak bicara dan sebagainya tetapi setelah bulan puasa usai, kembali lagi mereka ke habitatnya dengan pakaian yang seenak udelnya dan cenderung menampilkan aurat, serta bicaranya kasar serta tidak punya sopan santun . Benar khan kata saya kalau manusia Indonesia sedang berusaha membohongi Allah SWT. Kalau mau baik, baik sekalian atau kalau mau buruk, buruk sekalian jangan bertingkah laku mengikuti bulannya atau mengikuti berapa besar bayarannya. Dasar manusia”

Minggu, 29 Agustus 2010

Tertahan Di Pintu Surga

jalansemut.wordpress.com
Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah. (Wikipedia). Khusus daerah Jakarta dan sekitarnya, jumlah masjid sebanyak 2.838 buah dan jumlah mushola sebanyak 5.661 (sumber: BKM Kanwil Depag Provinsi DKI Jalarta tahun 2004 )

Apa maksud data-data yang saya ungkapkan di atas ? Saya akan menjelaskan alasan pengungkapan data tersebut agar kita sebagai umat Islam menyadari pentingnya shadaqah dan pemanfaatnannya.

Mungkin sebagian besar Kompasianers pernah melihat, mengalami bahkan merasa sebal bila di jalan sering ditemukan kotak-kotak amal untuk pembangunan masjid. Bertahun-tahun cara meminta sumbangan pembangunan masjid di jalan-jalan masih saja marak. Bagi sebagaian besar umat Islam, cara ini sangat memalukan. Tetapi apakah kita pernah mencari solusi yang tepat dan efektif agar cara seperti ini bisa dihilangkan sedikit demi sedikit.

Kalau kita melihat data di atas maka bisa diambil kesimpulan bahwa masjid-masjid yang ada di Indonesia bisa dijadikan solusi yang tepat untuk mengurangi cara minta-minta di jalan. Kalau kita melihat lebih dalam lagi maka sebenarnya umat Islam itu kaya dan sudah tidak sewajarnya saudar-saudara kita yang sedang membangun masjid di kampungnya dimudahkan dalam pengumpulan dananya.

Sejak lama saya memikirkan solusi yang baik untuk masalah ini. Selama pengamatan saya selama sholat Jumat di masjid-masjid di Jakarta selalu dipenuhi jamaah dan jumlah shadaqah yang diterima cukup besar. Saya rata-ratakan sekitar 300 ribu rupiah. Ini hanya berlaku di Jakarta. Perlu diketahui yang namanya shadaqah yang diterima oleh sebuah Masjid maka harus disegerakan penyalurannya kepada yang punya hak sebagaimana diatur dalam Al Quran dan Hadist.

Seandainya saja tiap masjid dishadaqahkan uang senilai 50 ribu saja maka kalau dikalikan setengahnya saja dari jumlah masjid di Jakarta (1419 buah ) maka akan diperoleh uang senilai Rp. 70.950.000 (tujuh puluh juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah). Wao jumlah yang cukup besar untuk membantu pembangunan masjid di sebuah kampung. Jadi dana tersebut bisa dipakai untuk pembangunan awal masjid sehingga tidak perlu lagi menggunakan cara meminta-minta di jalan. Penyaluran dana ini bisa terus bergulir tiap minggunya untuk membantu pembangunan masjid di daerah-daerah yang membutuhkan. Ini baru Jakarta, coba bayangkan kalau seluruh Indonesia. Memang dibutuhkan sebuah badan atau panitia yang mengumpulkan dana tersebut yang merupakan shadaqah dari jamaah masjid tiap jumat. Saya merasa yakin bila dimulai dengan niat (nawaitu) yang baik dan semata-mata karena Allah maka jumlah shadaqah yang diberikan tiap masjid bisa lebih dari Rp 50 ribu.

Hal ini saya tuliskan agar kita sebagai muslim bisa mengerti arti shadaqah yang sebenarnya. Jangan sampai kita mengalami seperti cerita paradoks ini yaitu kita yang seharusnya sudah masuk surga tapi ditahan oleh malaikat Ridwan di depan pintu surga dengan alasan SK surganya masih tertahan di Bank (banyak dana masjid yang disimpan di Bank dan tidak disegerakan untuk diberikan kepada yang punya haq). Khan bisa repot nantinya hahahaha.

Mari kita renungkan bersama. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kemaslahatan umat.

Link terkait:

Sampaikan Kebaikan Walau Hanya Satu Orang

thenewvoice.wordpress.com/2008/



Sekitar tahun 1990-an, saya pernah diajak teman kos untuk berkunjung ke kampung halamannya di daerah penghasil pualam, Tulungagung. Sebuah undangan yang dapat menambah wawasan saya mengenal daerah-daerah di Jawa Timur. Dengan menggunakan motor, saya dan teman berangkat dari Jogja ke Tulungagung. Kebetulan waktu itu saya sedang liburan semester. Daripada tidak ada kerjaan di tempat kos lebih baik saya ikut teman jalan-jalan ke Tulungagung.

Sesampainya di Tulungagung, saya menginap di rumah orang tua teman kos tersebut. Saya mendapatkan perlakuan yang baik dan luar biasa dari orang tuanya. Menurut saya, mereka adalah keluarga yang sangat memegang teguh adat dan tradisi jawa. Teman saya adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari keluarga kristiani. Di rumah tersebut hanya tinggal orang tua teman tersebut, sementara kakak-kakaknya sudah menikah dan tidak tinggal satu rumah lagi bahkan ada yang jadi diplomat di Jerman.

Walaupun sudah sepuh tapi ibu dan bapak teman ini masih terlihat sehat dan tidak pikun. Kebetulan sang bapak mempunyai usaha sendiri yaitu pembakaran batu pualam yang akan dipakai oleh pabrik-pabrik pembuatan marmer. Karena sudah berumur jadi usaha yang dilakukan saat itu hanya untuk mengisi waktu luang. Konon menurut pegawai senior sang bapak, usaha bapak teman ini sangatlah maju dan dari usahanya ini telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi bahkan ada yang mencapai tingkat doktoral. Sang bapak yang supel dan senang berdiskusisedang sang ibu yang perhatian sekali terhadap teman saya maka membuat saya makin betah berlam-lama di Tulungagung.

Tuhan Sedang Bercanda dan Kita Tersenyum

mimiracle.blogspot.com

Tidak ada di dunia yang tidak mempunyai persoalan tanpa kecuali termasuk orang gila karena kegilaannya. Besar atau kecil persoalan itu relatif tergantung bagaimana tiap individu menyikapinya.

Baru-baru ini saya didatangi atau diundang untuk berkunjung ke rumah teman-teman. Cerita yang saya terima hampir sama yaitu masalah ekonomi. Saya mengatakan tidak kalian saja yang punya masalah, sayapun punya juga. Jadi kita harus pintar-pintar untuk melihatnya dengan hati dan pikiran jernih. Memang kondisi perekonomian di negeri ini belum seratus persen normal sejak gelombang tsunami ekonomi tahun 1998. Ditambah dengan krisis global di Amerika Serikat dan Eropa tahun lalu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Banyak teman yang mengatakan saat ini susah sekali untuk mendapatkan uang alias usaha sedang sepi-sepinya. Banyak purchase order tapi ditunda dalam waktu yang tidak ditentukan. Semua usaha kelihatan sekali sedang menahan diri. Hal ini berlaku bagi teman-teman pengusaha, sedangkan bagi karyawan sebagian besar mengatakan susah sekali untuk menabung dan gaji yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan selama satu bulan. Sementara yang nasibnya kurang beruntung yaitu teman yang di-PHK lebih parah lagi yaitu sedikit demi sedikit barang-barang berharga yang dimilikinya dulu dijual untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Apalagi awal bulan ini diberitakan adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik maka makin menambah beban ekonomi keluarga dan makin bertambah berat menjelang bulan Ramadhan nanti yang tinggal 1 bulan ini. Semuanya mengeluh dan bertanya ada apakah sebenarnya yang terjadi ? Kalau kita memperhatikan berita-berita di TV hampir sebagian besar meliput hal-hal berbau politik, gosip dan lain-lain. Jarang sekali TV memberitakan berita tentang perkembangan ekonomi rakyat Indonesia secara riil. Semua tertutup oleh berita-berita kontroversi dan sensasional.

Saya tidak akan mengupas masalah kesulitan ekonomi ini dengan ulasan ekonomi atau politik. Biarkan para ahlinya yang akan menjelaskannya. Dari kesulitan-kesulitan tersebut, saya teringat dengan pesan almarhum bapak dulu sewaktu usah beliau jatuh bangkrut tahun 1998. Kalau kita selalu mengeluh mengeluh dan mengeluh maka kita hanya berjalan di tempat. Anggap saja Tuhan sedang bercanda dengan kita. Kita ini sedang ditertawakan dan dicandai oleh Yang Maha Kuasa.

Buktinya kita masih bisa makan, minum, tertawa dan lain-lain. Ini berlaku bagi manusia yang masih bisa menikmati itu semua. Coba bayangkan kalau saja Tuhan Serius, menurut beliau kita tidak akan bisa berbuat apa-apa termasuk menangis karena sudah tidak ada lagi air mata yang keluar. kita hanya bisa diam dan terus memohon agar Tuhan mengampuni segala dosa-dosa kita sambil menunggu Tuhan tertawa dan tersenyum.

Untuk yang saat ini sedang kesulitan dan punya masalah tapi masih bisa makan, minum, tertawa, silaturahim bahkan berinteraksi di dunia maya maka itu semua menandakan kalau Tuhan sedang bercanda dengan ciptaan. Saatnya kita tersenyum menyambut candanya Sang Khalik.

Menggenggam Qur’an

Al Quran (almakkiyat.wordpress.com)



" Tahukah kamu, apa itu Al Qur'an "

" Eyang ini bagaimana, jelas tahulah "

" Ya, apa ??? "

" Kitab suci umat Islam. Agama yang saya peluk "

" Hanya itu saja ?! "

" Tidak dong Yang. Al Qur'an menjadi pegangan dalam hidup kita di dunia "

" Bagus !!! Terus... "

" Al Qur'an merupakan petunjuk bagi umat Islam sampai akhir jaman. Terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat "

" Hehehehe pintar kamu, Cech "

" Ahhh biasa saja Yang "

" Tidak dong. Bukan biasa tapi luar biasa "

" Saya jadi ge er nich hehehehe "

" Nanti dulu ge er-nya. Kalau sudah hafal dan mengerti tentang isi Al Qur'an dong "

" Ya sedikit-sedikit Yang "

" Kok sedikit-sedikit ?! "

" Habisnya saya malas dan tidak intens membacanya "

" Hahahaaha jadi biasa lagi dech statusnya "

" Jadi malu hehehe "

" Saya mendengar kamu dulu pernah mengkhatam Al Quran "

" Iya tapi dulu waktu masih kuliah. Kalau sekarang mah jarang Yang "

" Saya sudah tahu kok hehehe. Omong-omong dulu sudah berapa kali khatam Al Quran "

" Waduh berapa ya ?! kayaknya sudah 8 kali dech. "

Jumat, 27 Agustus 2010

Berjalan Di Tempat Terang

Saya terima pilihan untuk menjadi golongan hitam. Pilihan hidup yang harus kujalani dengan segala konsekuensinya. Saya menikmatinya dan bahagia dalam kegelapan hati yang paling dalam. Banyak orang yang mengatakan pilihan hidup tersebut salah dan sesat. Tapi biarkan kesalahan dan kesesatan itu membawa diri menjadi manusia pilihan.


njowo.multiply.co

Suatu hari saya pergi ke mesjid untuk sholat Subuh berjamaah. Saya melakukannya karena ada panggilan hati dan pasti saya akan menemukan pelajaran. Entah kapan, dimana dan apa bentuk pelajarannya, saya hanya melakukan saja tanpa beban.

Ternyata apa yang saya jalankan setiap hari berjamaah selama 1 minggu di mesjid dekat rumah membuahkan hasil yaitu perenungan yang mendalam tentang sebuah kerukunan dalam satu naungan yang bernama Islam.

Saat itu saya pergi ke mesjid selalu menggunakan baju pangsi warna hitam lengkap dengan simbol Galeuh Pakuan Pajajaran di sebelah kanan baju pangsi hitam saya serta sarung merah kotak-kotak kesukaan. Banyak jamaah yang hadir menatap heran. Biasanya orang datang ke mesjid selalu menggunakan pakaian gamis putih dengan songkok berwarna putih pula. Yang membuat mereka makin heran adalah kata tumben karena sudah lama sekali saya tidak sholat berjamaah di mesjid.

Risih ? Itu sudah pasti tapi saya tekadkan niat kalau saya datang ke mesjid untuk melakukan ibadah sholat berjamaah. Awalnya mereka hanya memperhatikan gerak-gerik saya tanpa berani menghampiri untuk sekedar tegur sapa. Begitu seterusnya terjadi selama 3 hari.

Mengapa Aku Memilih Golongan Hitam (GOLTAM) ?

hidup goltam !!! (ikomumm.blogspot.com)



 " Kok golongan hitam "

" Ya, memangnya mengapa ? "

" Aneh saja. Yang ada khan golongan putih (golput) "

" Kalau ada golput semestinya ada penyeimbangnya dong yaitu golongan hitam (goltam) "
Itulah penggalan percakapan teman-teman setiap melihat profil saya di FB dan Kompasiana. Adakah yang salah ? Saya pikir tidak ada yang salah. Mungkin banyak orang tidak menyana kalau saya memilih goltam tapi saya maklumi.

Kalau bicara "hitam" maka pikiran orang akan tertuju kepada hal-hal yang aneh, malam dan gelap tanpa gairah hidup. Apalagi kalau mendengar ada golongan hitam, wah ini dipersepsikan sebagai sekumpulan orang sesat, jahat, mistik, main belakang, seram (horor) dan lain-lain.

Menggenggam Sajadah

sagalarupiaya.wordpress.com




 " Sudahkah kamu sholat "

" Sudah, Yut ? "

" Apa yang kau dapatkan dari sholatmu ? "

" Susah untuk diungkapkan tapi saya merasakan ketenangan batin "

" Hanya itu saja "

" Banyak tapi ... "

" Stop stop stopppp saya sudah tahu "

Begitulah pertanyaan pertama kali ketika saya bercerita tentang sholat. Hanya itu saja. Eits !!! Nanti dulu, bagaimana dengan sajadahnya. Sajadah ? Iya sajadah, sudahkah kau genggam sajadah dimana kau berdiri, sujud dan duduk di atasnya. Apa maksudnya ? Carilah jawabannya. Tetapi bagaimana ? Yang penting khan kita telah menjalankannya sesuai dengan rukun dan sunnahnya. Sholat merupakan tiang agama dan sudah menjadi kewajiban bahkan kebutuhan hidup. Tapi yakinkah Sholatnya diterima oleh Allah SWT ? Apa hubungannya dengan sajadah ? Bagaimana dengan amar ma'ruf nahi munkar ?

Si Mbah Dalem Lancingan

Membaca tulisan mbak LH yang berjudul Maukah suami anda tahan lebih lama jika bercinta.?l mengingatkan saya kepada suatu kejadian yang pernah saya alami.
Suatu hari saya diundang oleh sebuah kumpulan Pemerhati Kebudayaan Sunda di Jakarta. Dengan berpakaian seadanya dan tidak membayangkan kalau pertemuan tersebut bersifat resmi. Selama ini undangan yang datang kebanyakan bersifat santai maka itu saya selalu berpakaian hitam-hitam. Ya tahu sendirilah kalau golongan hitam selalu berpakaian seperti itu.

Beberapa lama berbincang-bincang, tiba-tiba seorang teman datang dan menghampiri saya. Sebut saja namanya Didu. Sebenarnya Didu ini bukan orang Sunda tapi rajin mempelajari budaya Sunda seperti saya. Didu ini terkenal mempunyai banyak isteri dan pandai sekali memikat kaum hawa.

” Dari Sir Itulah Ada Kemiripan “

www.freeclipartnow.com



Memang sudah nasib kalau sudah menentukan pilihan menjadi golongan hitam (GOLTAM) maka selalu saja bertemu dengan orang-orang alim yang selalu menasehati dan mengingatkan tentang segala hal di dunia. Tapi apakah ini suka atau duka ? Tidak tahulah yang penting saya mendengar saja. Masalah diterima atau tidak tinggal menjadi pilihan hidup.
Begini, saya mempunyai pengalaman pribadi... jiah pengalaman pribadi apa tidak ada pengalaman orang lain. Abis bagaimana lagi tahunya yang dialami sendiri bukan pengalaman orang lain. Takutnya kalau pengalaman orang lain jadi KATANYA ya semacam dongeng. Daripada dianggap selalu katanya atau tukang mendongeng mendingan kata saya atau membudayakan tutur tinular hehehe.

Suatu hari saya makan di sebuah warung tegal di sekitaran Mampang Prapatan. Baru saja saya menyelesaikan makanan, tiba-tiba seorang pria berumur 60 tahun masuk ke dalam warung dan hanya memesan kopi pahit tanpa gula. Nah lho tahu sendiri khan bagaimana rasanya kopi tanpa gula so pasti pahit sekali. Tapi sudahlah memang setiap orang punya kesukaan masing-masing.

Malaikatnya Telah Saya Booking

oziq.blogspot.com

Sebelum saya menceritakan pengalaman pribadi ini maka saya ingin menyamakan persepsi dahulu tentang makna Istighosah.

Kata “istighotsah” استغاثة berasal dari “al-ghouts”الغوث yang berarti pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola (wazan) “istaf’ala” استفعل atau “istif’al” menunjukkan arti pemintaan atau pemohonan. Maka istighotsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata ghufron غفران yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif’al menjadi istighfar استغفار yang berarti memohon ampunan.

Jadi istighotsah berarti “thalabul ghouts” طلب الغوث atau meminta pertolongan. Para ulama membedakan antara istghotsah dengan “istianah” استعانة, meskipun secara kebahasaan makna keduanya kurang lebih sama. Karena isti’anah juga pola istif’al dari kata “al-aun” العون yang berarti “thalabul aun” طلب العون yang juga berarti meminta pertolongan.

Istighotsah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti’anah maknanya meminta pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum.

(Sumbernya disini)


Suatu hari saya melakukan silaturahim ke sebuah pesantren di Jawa Tengah. Kebetulan sekali saya mengenal dekat dengan pimpinan pondok pesantren tersebut yaitu seorang Kyai. Tanpa dinyana di pondok pesantren tersebut sedang siap-siap mengadakan sebuah acara Istighosah. Pikir saya saat itu istighosah dalam rangka apa ya.

Setelah bertemu dengan Kyai tersebut barulah saya mengetahui kalau istighosah dilakukan untuk memohon kepada Allah SWT agar seorang bupati yang sedang memimpin di daerah tersebut terpilih kembali dalam pemilihan kepala daerah. Saya hannya bisa tersenyum sambil mengernyitkan dahi. Kok harus istighosah.

Kamis, 26 Agustus 2010

Meninggal di Mesjid Itu = Mati Syahid ?

serisiapsiaga.wordpress.com

Tulisan ini sekedar bonus setelah seorang teman bertanya saya tentang sebuah kematian. Bagi setiap orang kematian adalah kehendak Allah SWT dan itu pasti terjadi (haqqul yaqin). Tetapi masalahnya adalah bagaimana kita menghadapi kematian itu sendiri ? Takutkah ? Gembira atau bahagia kah ? Masa bodo kah ? Silahkan kita menjawabnya sendiri-sendiri.

Tetapi tulisan ini hanya mengungkapkan sebuah kejadian kematian yang pernah saya lihat dan alami di sebuah mesjid di daerah Garut. Pada waktu itu saya dan uyut berkunjung ke tempat anak buah beliau. (sebut saja namanya Asep). Kebetulan kami sampai menjelang Ashar. Kamipun berbincang-bincang dengan santainya dengan beberapa orang yang ikut nimbrung karena mendengar kabar Uyut datang. Sejam kemudian barulah kami dikejutkan oleh ramainya orang-orang yang berteriak-teriak kalau ada orang meninggal di dalam mesjid (jaraknya kurang lebih 200 meter dari rumah Asep). Beberapa dari kami pun segera beranjak menuju ke mesjid. Saya dan Uyutpun hanya terdiam di tempat sambil menunggu berita tersebut.

Beberapa saat kemudian Asep datang kembali ke rumah dan mengatakan kalau benar ada orang yang meninggal dunia dalam mesjid dan posisi mayatnya terlentang di pojok belakang dalam mesjid. Uyutpun bertanya siapakah gerangan yang meninggal tersebut. Rupanya yang meninggal tersebut masih penduduk disitu dan bernama sebut saja Andang. Pria berumur 40 tahun dan bekerja sebagai buruh tani.

Mendengar penjelasan Asep, Uyut hanya tersenyum tanpa bicara apa-apa. Tetapi saat saya menanyakan apa makna senyumnya beliau. Barulah beliau mengatakan dengan tegasnya kalau Andang tersebut belum meninggal dunia. Betapa kagetnya kami yang mendengar pernyataan Uyut tersebut. Sementara di luar orang-orang mengatakan kalau Andang telah meninggal dan mati syahid. Kemudian Uyut meminta Asep untuk mengajaknya ke mesjid untuk melihat jasad Andang.

” Sampeyan Kandel Ya “

Tidak ada yang dapat membantah bahwa jiwa muda penuh dengan gairah dan emosi yang membawa. Semuanya dicoba dan diterabas. Urusan belakangan. Bagaimana nanti saja dan bukan nanti bagaimana.

Masa-masa itu pernah saya lalui dengan gejolak emosi dan berbangga diri. Kalau saya mengingat masa-masa itu maka diri ini merasa malu.

Peristiwa yang akan saya ceritakan ini terjadi sekitar 8 tahun yang lalu. Pada saat itu saya diajak Uyut berkunjung ke sebuah pesantren. Namanya Pondok Pesantren Mamba'ul Ulum Dusun Jetak Desa Benda Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Pondok pesantren yang diasuh oleh KH Ali Hasan ini memang kurang begitu terkenal disana tapi di belakang pondok pesantren tersebut terdapat makam keramat yang sangat terkenal yaitu Makam Keramat Mbah Yaman Sari.

Konon makam keramat Mbah Yaman Sari terkenal dengan angkernya dan banyak hal-hal aneh yang terjadi di sana. Salah satunya adalah pohon tua yang telah tumbang terkena angin ribut tiba-tiba kembali tegak berdiri tanpa ada yang merekayasanya.

Sebenarnya kedatangan kami berdua bukan karena makam keramat tersebut. Kedatangan kami murni silaturahim dengan KH Ali Hasan sebagai kunjungan balasan beliau ke Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran di Sumedang.

Berpikir Terbalik

warung-magazine.blogspot.com



" Almarhumah puteriku Gyzca adalah guru kehidupanku " ujar Dewi Yull kepada wartawan infotainment.

Sebenarnya guru kehidupan bisa ditemukan dimana saja, kapan saja, siapa saja dan apa saja. Laksana peribahasa " Pengalaman adalah Guru yang terbaik " sehingga dengan kemampuan membaca (iqra) yang dimiliki oleh seorang manusia maka guru kehidupan dapat ditemukan.
Beberapa tahun yang lalu tanpa sengaja saya bertemu dengan sosok orang tua. Namanya Eyang Sukma Nur Rasa. Beliau banyak sekali membuka wawasan berpikir tentang kehidupan di dunia beserta alam semestanya. Salah satunya adalah berpikir terbalik.

Apa maksudnya dengan berpikir terbalik ? Apa ya, sungguh susah untuk dijabarkan dengan kata-kata. Perlu adanya contoh praktis dan sederhana untuk mengerti tentang berpikir terbalik. Intinya adalah agar kita sebagai manusia mengerti tentang sebuah keseimbangan hidup.

Masuk Surga

aryotejo.com/sebuah-cerita.html



Sebagai muslim, hari jumat adalah hari spesial. Banyak kisah yang terjadi pada hari tersebut. Salah satunya adalah berkumpulnya seluruh umat Islam di dunia untuk melakukan Sholat Jumat di mesjid-mesjid.

Sehubungan dengan Sholat Jumat, saya punya cerita yang mungkin menarik untuk disimak. Seperti biasa, sebelum azan Jumat saya mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat jumat. Dengan pakaian koko putih bersih dan wangi-wangian, saya berangkat ke mesjid dekat rumah. Karena saat itu tidak ada sandal jepit di rumah maka saya memakai sandal baru yang dibeli sehari sebelumnya. Memang agak kuatir juga kalau sandal baru itu akan hilang. Maaf ya bukan curiga tapi ini sering kali terjadi di mesjid dekat rumah. Bahkan sandal jepit pun bisa ke bolak balik alias ketukar sama jamaah yang lain. Saya tidak tahu siapa yang salah atau yang benar..... heheheehe.

Dengan langkah pasti dan keyakinan yang tinggi kepada Allah SWT maka saya berangkat ke mesjid. Sandal baru diletakkan di tempat yang strategis dan kemungkinan kecil untuk diambil orang. Seluruh kegiatan sholat jumat saya lalui dengan khusu' walaupun sempat terkantuk-kantuk saat khotib menyampaikan ceramahnya. Tapi semuanya masih terkendali hehehe.
Setelah selesai berdoa maka saya segera meninggalkan mesjid. Tapi apa yang terjadi pada saat saya mau mengambil sandal baru tersebut ? Sandalnya sudah raib dan hilang entah kemana serta siapa yang mengambil. Saya pun mencari kemana-mana dengan mata yang melihat secara teliti. Tetap saja sandal baru saya tidak ditemukan. Waduh ! ini sudah kesekian kalinya saya kehilangan atau ketukar sandal di mesjid, pikir saya saat itu. Kok masih saja ada orang yang curi sandal tepat pada hari yang mulia ini. Saking kesalnya, akhir saya teriak dengan kerasnya.

" Siapa sich yang mengambil sandal saya ? "

Semua orang langsung menatap saya. Ada beberapa orang yang membantu mencari sandal tersebut tapi tetap saja tidak dapat ditemukan. Akhirnya dengan nada geram, saya teriak kembali.

" Hai orang-orang yang beriman, siapa yang mengambil sandal saya maka saya doakan masuk surga "

Betapa kagetnya orang-orang yang mendengarnya. Ada beberapa orang yang tersenyum mendengarkan teriakan saya tapi ada berkata demikian.

" Kalau yang mengambil sandal saja masuk surga apalagi yang punya sandal ya hahahahaha "
Tiba-tiba datanglah seorang pria berperawakan sedang, kulit sawo matang dan berumur sekitar 40-an tahun menghampiri saya.

" Ini sandalnya Mas. Saya minta maaf "

" Ohhhhh jadi bapak yang mengambil sandal saya "

" Ya Mas. Maafkan saya Pak "

" Ya sudah, saya maafkan. Lagipula bapak sudah saya doakan masuk surga. Mudah-mudahan Allah SWT mengijabahi doa saya. "

" Nah, karena itulah tergerak hati saya untuk mengembalikan sandalnya Mas. Terima kasih ya doanya "

" Sama-sama Pak "

" Tapi omong-omong Mas serius doanya "

" Ya seriuslah Pak maka itu bapak langsung tersadar untuk mengembalikannya. Coba kalau tidak serius mungkin ceritanya jadi lain hehehehe "

Semua orang yang mendengar pembicaraan saya dengan bapak tersebut langsung menyalami saya. Eit ada apa nich pikir saya. Mereka mengucapkan terima kasih kepada saya karena telah diingatkan. Nah lho apa yang telah saya lakukan. Itu hanya spontanitas emosi saya yang ada dalam hati saja. Yang penting bapak yang mengambil sandal tersebut tidak diapa-apakan dan dimaafkan atas segala perbuatannya.

Sudah ya ceritanya dan sekedar mengisi hari Jumat yang penuh hikmah. Renungkan dan semoga dapat bermanfaat.

BELAJAR MATI SEBELUM MATI BENERAN

IMMORTAL!!!! Bahasa Indonesianya adalah abadi atau keabadian. Sudah banyak saya membaca buku/tulisan/artikel tentang manusia yang hidupnya abadi dan tidak mati-mati. Bahkan sudah dibuatkan filmnya tentang keabadian hidup manusia dengan judul "Highlander" dengan tokohnya Duncan Mc Cloud dari Klan Mc Cloud.dan "Immortal" dengan tokoh yang hampir mirip dengan judul film yang disebutkan sebelumnya. Apakah Immortal sama dengan Reinkarnasi? Bagaimana dengan Indonesia? Ngahyang, Tilem atau Ngakusumah?

Saya akan menceritakan pengalaman pribadi yang mungkin dapat mengungkapkan tentang keabadian seorang manusia. Percaya atau tidak terserah kepada penafsiran anda masing-masing. Untuk lebih enaknya cerita ini saya istilahkan dengan mendongeng. Kenapa? Bagi yang tidak pernah melihat, mengalami, merasakan langsung maka ini hanya sebuah dongeng  pengantar tidur. Ceritanya adalah sebagai berikut :

Kejadiannya terjadi sekitar 11 tahun yang lalu. Saya mempunyai seorang Eyang yang saya hormati dan biasa dipanggil Aki. Aki ini dari pertama kali kenal sampai sekarang (masih hidup) wajahnya dan penampilan fisiknya tidak pernah berubah ya begitu-gitu aja. Jadi ketika almarhum Bapak saya sudah mulai keriput sampai meninggalnya, penampilan Aki masih tetap tidak berubah.

JIHAD PENDIDIKAN

Kisah ini mungkin pernah dialami oleh kebanyakan orangtua yang mempunyai anak usia sekolah. Sering kita mendengar keluhan para orang tua tentang mahalnya pendidikan di Indonesia dan sering terjadinya pungutan liar oleh oknum sekolah walaupun sudah ada Peraturan Daerah yang melarang pungutan apapun pada setiap penerimaan murid/siswa sekolah. Tetapi tetap saja peraturan tinggal peraturan. Tiap sekolah mempunyai aturan mainnya sendiri dan kadang mengecilkan makna pendidikan dan status anak terutama dari keluarga tidak mampu.

Ini ada cerita yang mungkin dapat menjadikan suatu renungan, pemikiran dan contoh tentang jihad seorang ayah yang dengan ikhlasnya mengorbankan segalanya demi pendidikan anaknya.

Ada seorang bapak bernama Umar (bukan nama sebenarnya). Beliau telah lama mengenal saya mungkin sekitar 8 tahun-an. Kalau anda membaca profil beliau mungkin banyak yang mencibir atau merendahkan statusnya. Beliau adalah mantan napi dengan prestasi 3 kali di penjara dengan kasus pembunuhan dan kasus politik. Tetapi beliau adalah orang yang sangat bertanggungjawab kepada keluarganya terutama masa depan anak-anaknya. Disamping itu beliau adalah teman yang sejati, supel, toleran, mengerti kesusahan teman, tidak basa-basi dan tampil apa adanya. Beliaulah yang selalu menjadi teman diskusi, curhat, penghilang stres dan mengasyikkan walaupun cukup mengerikan kalau berkumpul dengan teman-teman beliau yang berlatar belakang mantan napi, preman, dan yang masih aktif pun ada. Tetapi itu berlaku bagi orang yang selalu berpikiran negatif tentang profil mereka yang bertato, bermata liar, berbicara apa adanya kadang cenderung tidak sopan (bagi orang awam) dan semau gue.

Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang mempunyai hati nurani juga kok. Karena pandangan orang yang selalu negatif maka merekapun merespon negatif juga. Tetapi tidak bagi orang yang selalu berpikiran positif, ikhlas berteman, bersilaturahmi dan sebagainya.

Suatu hari, saya berkunjung ke tempat beliau untuk sekedar bermain dan diskusi tentang banyak hal. Itu sering kali saya lakukan hamper seminggu sekali. Kadang saya yang ke rumah beliau , kadang sebaliknya. Begitulah silahturahmi yang selalu kami jaga.

Rabu, 25 Agustus 2010

Kekuatan Sebuah Amanah



Sosok Wanardi (koleksi pribadi)


Perjalanan kedua saya ke Sanghyang Sirah kali ini memang agak berbeda. Berbeda dengan yang pertama yang lebih banyak jalan-jalannya alias wisata. Tapi yang kedua ini lebih kepada kontemplasi diri karena tinggal disana selama 10 hari yang disertai dengan 7 hari berpuasa.
Saya tidak akan mengupas tentang kontemplasi diri tapi ingin menceritakan seorang pemuda sederhana yang saya temui di Sanghyang Sirah. Namanya singkat yaitu Wanardi. Pemuda lajang berusia 37 tahun asal desa Kapetakan Pegagan, Cirebon dengan perawakan seperti orang Indonesia umumnya yaitu kulit sawo matang, rambut lurus, tinggi normal dan selalu berpakaian layaknya seorang santri di sebuah pesantren.

Bicara pesantren maka ini ada hubungannya mengapa Wanardi bisa berada sendirian di Sanghyang Sirah. Sebagai seorang santri sebuah pesantren di Banten, sebenarnya Wanardi sedang menjalankan amanah yang diberikan oleh Kyainya. Pada awalnya Wanardi berpikir amanah tersebut bukan ditujukan kepadanya karena saat itu Kyainya mengatakannya di dalam sebuah forum diskusi di pesantren. " Suatu saat saya menginginkan ada satu saja santri saya yang mau berdiam diri di Sanghyang Sirah selama 40 hari "

Life Begins At Fourty, Kenapa Bukan 39 ?


Ilustrasi-farm4.static.flickr.com


Kalau kita iseng-iseng buka di uncle google tentang Life begins at fourty maka banyak ditemukan berbagai macam tulisan tentang hal tersebut. Dikatakan oleh bebrapa tulisan bahwa umur 40 tahun sebagai entry point bagi manusia dewasa untuk bersikap dalam menentukan hidupnya nanti. Kemudian dikatakan pula umur tersebut adalah umur produktif dimana orang sedang tune in dalam berkarir dan bekerja sehingga di umur itulah warna hidup yang ada dalam diri sudah jelas kelihatan. Ada lagi yang mengatakan bahwa umur tersebut adalah masa-masanya pubertas kedua dimana nafsu birahi mendominasi di dalam manusia dewasa. Masih banyak lagi yang mengupas tentang Life Begins at Fourty.


Apakah kehidupan kita akan berubah secara tetap pada saat umur 40 tahun ? Tidak ada yang tahu, semuanya tergantung kepada kemauan, keinginan, kegigihan, keuletan dan lain-lain masing-masing manusianya.

" SAYA INI ORANG TUA, BUKAN DUKUN.....DASAR JALMA GELO !!!!!! "

Seperti menjadi suatu kebiasaan/tradisi pada setiap menjelang pemilihan umum baik pemilihan caleg secara nasional maupun daerah dan pemilihan kepala daerah.

Beberapa bulan terakhir ini, Uyut saya dengan padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran sering didatangi oleh orang-orang yang punya hajat ingin menjadi anggota legislatif maupun kepala daerah bahkan mau jadi camat atau lurah. Mereka berpikir bahwa Uyut mempunyai kemampuan yang dapat mewujudkan segala keinginan dan cita-cita mereka.

Sebagai orang tua, sudah pasti Uyut akan menyambutnya dengan baik dan bersahaja. Cuma masalahnya, mereka yang merasa terhormat itu kurang mengerti dan bersikap santun dengan uyut sebagai orang tua. Banyak yang sudah berhasil maka setelah itu menghilang tanpa bekas dan tidak pernah lagi bersilaturahmi. Memang itu adalah hak mereka untuk tidak kembali lagi. Mungkin mereka menganggap kami bukan siapa-siapa dan hanya ingin memenuhi rasa keingin tahuan mereka saja.

Tetapi minggu lalu adalah puncak kemarahan, kegelisahan, kegalauan dan semua emosi Uyut terhadap mereka-mereka yang punya niat mencalonkan diri jadi anggota parlemen yang terhormat dan kepala daerah. Begini ceritanya :

Bertepatan Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran menyelenggarakan perayaan Maulud nabi Muhammad SAW, satu per satu berdatangan para caleg dengan berbagai macam atribut/bendera di mobil mereka dan diikuti oleh tim suksesnya. Wao jadi ramai nich acara Maulud Nabi-nya (pikir saya saat itu). Saya dan tamu yang datang sudah dapat menebak maksud dan tujuan mereka datang ke acara tersebut.

" Uyut, perkenalkan saya dari Partai A/B/C dan seterusnya "

" Maksud kedatangan kami, ingin meramaikan acara Maulud Nabi ini "

" Apa yang bisa kami bantu agar acara ini bisa sukses..... "

Hahahahahaha saya hanya bisa tertawa dalam hati dan membuat saya tidak bisa menahan tertawa saat Uyut mengatakan

" Uyut mah sering kedatangan orang dari mana saja baik Partai A, Partai B, partai C dst sampai Partai yang tidak lulus verifikasi KPU bahkan baru dalam angan-angan yaitu Partai Grandong dengan Sekjennya Mak Lampir...tuh ketuanya ada disini (sambil menunjuk ke arah saya ....teu balek wakakakakak) "

PUASA 12

Sebetulnya sudah lama saya ingin menulis tentang puasa 12 ini tetapi selalu terkendala oleh kesibukan dan butuh konsentrasi untuk menulisnya karena saya perlu mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang saya alami sekitar 10 tahun yang lalu dan itu menjadi sejarah dalam kehidupan manusia.

Kebetulan saat sedang memulai tulisan ini saya mendapat kabar bahwa teman saya masuk rumah sakit karena penyakit parah yang katanya sudah stadium 3 atau 4 (maaf saya tidak dapat menyebut penyakitnya demi kebaikan bersama).

Sekitar 10 tahun yang lalu keluarga kami mengalami peristiwa yang luar biasa. Peristiwa itersebut nantinya akan membuat kami sekeluarga menjadi tegar, ikhlas, sabar dan sebagainya (atau bahasa agamanya Tawadhu). Seperti yang diketahui, usaha almarhum bapak mengalami kebangkrutan akibat krisis ekonomi tahun 1998. Kebangkrutan itu tidak hanya mengakibatkan kami tidak punya apa-apa tetapi juga diikuti oleh tidak kuatnya Ibu saya menghadapi cobaan ini yaitu ibu saya sering kali masuk rumah sakit.

Hal tersebut berlangsung selama 8 tahun. Ibu sering kali keluar masuk rumah sakit mulai dari penyakit maag yang akut, kantung empedu, diabetes,jantung sampai yang terakhir stroke. Dalam 1 tahun Ibu bisa keluar masuk rumah sakit sampai 4-5 kali dan dalam 8 tahun sudah mengalami koma sebanyak 8 kali . Ibarat peribahasa :" Sudah jatuh ketimpa tangga pula"

Hal tersebut membuat saya sampai putus asa dan menantang Allah dalam setiap doa yaitu " Ya Allah habiskan segala yang kami miliki kalau memang ini bukan haq kami dan kami siap untuk menjadi orang miskin agar keluarga kami bahagia dunia akhirat" Doa ini pernah saya sampaikan kepada orang tua saya termasuk kakek buyut di Sumedang. Mereka hampir menangis dan tidak bisa berkata apa-apa.

Singkat cerita, suatu hari saya dipanggil oleh kakek buyut di Sumedang. Beliau mengatakan ada sesuatu yang ingin dibicarakan dan ini penting sekali. Sesampainya di rumah kakek buyut saya, beliau mengatakan kalau mendapatkan ilham atau mimpi yaitu saya harus puasa untuk membersihkan diri dan mungkin ini salah satu jawaban Allah SWT agar kehidupan keluarga kami menjadi lebih baik. Saat itu saya tidak terlalu banyak bertanya dan memang pikiran saya tidak fokus kepada pembicaran Uyut saya. Ketika ditanya apakah saya siap dan sudi melakukannya. Sempat kaget dan bertanya melakukan apa ? Dengan tersenyum dan tidak marah, Beliau menyuruh untuk puasa 12.


Puasa 12 ??? Apa itu? Begitulah pikiran saya pada saat itu karena memang saya kurang perhatian. Kalau puasa Senin Kamis sudah biasa, puasa Nabi Daud sudah biasa, puasa Qurban sudah biasa, apalagi puasa bulan Ramadhan sudah kewajiban.

Makanya Pakai Helm Kalau Tidak.......


Sudah banyak cerita atau pengalaman yang kita alami sehubungan dengan pemakaian helm. Kalau kita bicara helm pasti bersinggungan erat dengan peraturan lalu lintas dan lebih banyak berhubungan dengan aparat yang berkompeten dalam hal ini Polisi Lalu Lintas (Polantas).

Saya mempunyai pengalaman unik dan lucu dengan Polantas. Mudah-mudahan dengan cerita saya dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama pengguna jalan dan aparat yang berwenang.


Beberapa tahun yang lalu, saya dan Uyut sedang berboncengan dengan menggunakan sepeda motor. Kebetulan helm yang saya punya hanya satu. Memang saat mau pulang dari tempat anak buah Uyut di daerah Cacing (Cakung Cilincing) Jakarta Utara, Uyut sudah ditawarkan satu helm lagi untuk dipakai karena saat itu sedang ramai-ramainya operasi lalu lintas. Tetapi tawaran tersebut ditolak Uyut. Alasannya adalah tidak akan ada helm yang muat untuk ukuran kepala Uyut dan benar saja ternyata memang tidak ada yang muat setelah dicoba. Kata beliau biarkan saja diberhentikan polisi tapi yakin tidak akan ada yang berani menilang atau memperkarakan hal ini. Malah beliau bilang kalau polisi tanya maka saya harus jawab sedang bawa orang Badui keliling kota Jakarta (saat itu pakaian Uyut memang hitam-hitam persis kayak orang Badui).


Hikmah Mengunjungi Rakyatku

Kontroversikah judulnya ? Silakan menilai sendiri dan saya senang sekali kalau dikatakan demikian. Belagu amat nich orang sampai mengatasnamakan rakyat. Itupun saya terima dengan senang hati. Rakyat yang saya kunjungi hanya sebagian kecil dari jumlah rakyat Indonesia yang mencapai 200-an juta orang. Saya hanya ingin berkhayal seperti Bupati Gorontalo, David Bobihoe Akib membawa perlengkapan mandi serta kasur lipat ke pelosok demi ”government mobile” yang pernah diekspos dalam acara Kick Andy.



 
Nah itulah yang membuat saya untuk gerilya di sekitaran tempat tinggal. Tujuannya adalah mencari suasana baru di malam mingguan dimana orang-orang bermasyuk ria di depan televisi nonton film atau sinetron, berantri-antri untuk menonton film di bioskop ehhh Cinema 21, candle light di cafe-cafe ataupun hotel-hotel mewah, pergi berduaan dengan sang kekasih di tempat yang romantis dan ada juga yang mencari sensasi seks di tempat-tempat yang memberikan suasan birahi heheheehe. Tapi itulah hidup dan setiap individu mempunyai kesenangan yang berbeda satu sama lain.

Kembali pada kunjungan ke rakyat adalah bagian dari silaturahim yang telah lama kutinggalkan walaupun kata mereka, itu hanya perasaan saya saja karena baru 3 bulan saya menghilang di tempattinggal mereka. Kalau ada yang tahu Kemayoran Gempol, pasti akan tahu pemukiman padat penduduk. Tapi ini bukan hanya pemukiman padat tapi menjadi tempat untuk hanya sekedar bisa tidur setelah seharian mengais-ngais rejeki di ibu kota. Mereka rata-rata mengontrak kamar dengan ukuran kamar yang sempit dan sumpek. Ada yang tinggal bersama isteri dan anak-anak dan juga dengan sanak famili atau teman sekampung. Tidak ada satu ruang yang tersisa semuanya penuh diisi oleh mereka.




Sekedar informasi, rakyatku ini kebanyakan bekerja di sektor informal yaitu pedagang kecil, penjual nasi goreng, penjual pecel lele, pedagang asongan, warteg, pengamen, penjahit maklun untuk perusahaan konveksi dan masih banyak lagi. Tetapi ada juga yang menjadi karyawan swasta seperti supir, pembantu, tukang potong pakaian, tukang jahit, pembersih jalan dan lain-lain. Nah itulah rakyatku yang sekaligus saya anggap sebagai saudara sebangsa dan setanah air serta bukan senasib sepenanggungan karena saya merasa malu dikatakan senasib dan sepenanggungan, sementara kondisi saya lebih baik dari mereka kecuali saya mau sama-sama tinggal bersama dan berprofesi sama dengan status pekerjaan mereka. Yang benar adalah teman seperjuangan untuk bangkit bersama-sama secara ekonomi yaitu hidup yang berkecukupan dan terpenuhinya kebutuhan primer. Kalau kata mereka ya perut keluarga mereka dapat terisi, pakaian murah dan mudah didapat, memiliki tempat tinggal yang layak, pendidikan gratis, dan biaya kesehatan yang murah dan terjangkau tanpa ada embel-embel kepentingan politik. Yang ada hanya kepentingan rakyat atau kepentingan bangsa dan negara (bahasa kerennya hehehe).


Tumben adalah kata pertama yang terucap oleh mereka ketika saya datang berkunjung ke tempat tinggal mereka. Pertama mendengarnya sempat membuat saya terkesiap tapi itu hanya becandaan mereka kepada saya. Tumben yang mereka maksud adalah jarang sekali saya datang tepat pada malam minggu. Yang mereka tahu bahwa saya biasanya tinggal di rumah (otak atik komputer) dan tidak kemana-mana setiap malam minggu. Apakah gerangan yang membuat saya berkunjung ke tempat mereka ? Jawabannya adalah menghilangkan kebosanan dan kejenuhan. Merekalah obat penghilang kebosanan dan kejenuhan saya. Banyak cerita yang saya dapat dari pengalaman hidup sehari-hari dalam mencari rejeki. Lucunya, ketika saya tanyakan tentang kasus Bank Century ataupun isu yang lagi in di jagat nusantara ini. Mereka hanya tersenyum dan menunjukkan sikap masa bodo ataupun diam. Kata mereka, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja sudah menguras energi maka buat apa capek-capek ria menanggapi isu yang berkembang. Toh mau ganti pemerintahan tetap saja hidup mereka belum berubah bahkan was-was kalau-kalau tempat tinggal mereka akan digusur oleh pemerintah untuk kepentingan pembangunan yang berkaitan dengan pengembangan areal strategis bekas Bandara Kemayoran yang ujung-ujungnya adalah kepentingan bisnis dan uang adalah rajanya hehehe. tapi sudahlah mereka hanya bisa pasrah apabila ada kejadian luar biasa yang menimpa mereka.

Sebagian besar cerita yang berkembang di lingkungan tersebut adalah bagaimana caranya agar hidup mereka bisa berubah menjadi lebih baik. mereka adalah orang-orang yang ulet, pekerja keras, pantang menyerah dan yakin terhadap Allah SWT yang akan memberikan rejeki yang pantas akibat ibadah mereka yang dilakukan setiap hari untuk memenuhi kehidupan keluarga mereka.


 
Peta Kemayoran Gempol (diunduh dari Google)

Selama 24 jam, lingkungan mereka selalu ramai dan saling berinteraksi secara konsisten. Yang bekerja pada siang hari tertidur pulas, sementara yang bekerja malam hari mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pekerja siang hari tersebut. Uniknya adalah jarang sekali saya digigit nyamuk dan tampak mereka yang tertidur di bangku warung ataupun di dipan kayu depan kamar menikmati tidurnya. Sepertinya nyamuk-nyamuk tidak mendapatkan tempat sekalipun untuk memenuhi kebutuhan biologisnya yaitu menghisap darah manusia. Mungkin kalau kita bisa mendengar nyamuk berbicara maka akan terdengar keluhan mereka dan bersumpah serapah kepada manusia yang tinggal di tempat tersebut. " Sialan amat nich manusia, tidak mau berbagi tempat. Dasar manusia tidak bisa melihat ruangan kosong langsung disewa dan ditempati hehehehe "

Ada satu cerita menarik pada saat itu dan ini tidak berkaitan dengan urusan kerok mengerok. Cerita ini bisa dikatakan keluhan seseorang yang menjadi bagian komunitas mereka. Orang ini bercerita tentang kehidupannya yang tidak berubah dan cenderung statis. Setiap dapat rejeki nomplok maka ada saja musibah yang menimpa.

Sudah banyak berkonsultasi dengan "orang pintar" tapi tetap tidak berubah. Setelah lama berbicara ngalor ngidul untuk memancing orang tersebut tentang suatu hal yang menjadi ganjalannya. Akhirnya terungkaplah sebuah cerita yang mencengangkan. Ternyata dia merasa berdosa dengan ibunya di kampung. Saat saya tanya apakah jarang pulang kampung atau berlebaran ke tempat Ibunya ? Dia menjawab kalau dia secara rutin pulang lebaran dan tiap 3 bulan sekali pulang menjenguk ibunya. Bahkan hampir tiap bulan mengirimkan uang ke ibunya. Apakah gerangan yang mengganjal hatinya ?

Saat di kampung halamannya dia sempat menjual sepeda hasil kerja kerasnya bekerja pada sebuah toko di kota asalnya selama 2 tahun. Uang hasil penjualan tersebut dititipkan ke ibunya agar disimpan dengan tujuan kalau sewaktu-waktu pergi merantau ke Jakarta maka biayanya sudah ada. Tetapi yang terjadi adalah 2 hari sebelum berangkat ke Jakarta , uang yang dititipkan ke ibunya tersebut telah berkurang banyak karena terpakai untuk keperluan mendadak ibunya. Sungguh marah dia mendengar penjelasan ibunya tersebut. Diomelinlah ibunya dan parahnya sisa uang tersebut dibuang ke lantai. Saat itu juga dia meninggalkan rumah ibunya tanpa pamit langsung berangkat ke Jakarta.

Walaupun sekarang mempunyai 2 buah outlet roti bakar (bahasa kerennya), beristeri dengan 2 anak, anak buah berjumlah 4 dan masih berlebaran ke tempat ibunya tiap tahun, tetap saja belum nampak perubahan yang berarti. Ada rejeki langsung habis dipakai buat membiayai anak atau isterinya yang tiba-tiba sakit, bahkan secara bergiliran kayak ada jadwalnya karyawannya mendapatkan musibah seperti sakit, tertabrak motor dan sebagainya.

Setelah saya mendengar cerita tersebut langsung teringat dengan postingan Izzah tentang membaca Al Quran Surat Al Isra di waktu Ashar. Intinya di ayat 23 yang secara garis besar difimankan agar kita selalu mendoakan dan menghormati orang tua kita terutama ibu yang telah merawat dan menjaga kita sampai dewasa. Dan jangan sekali-kali mengucapkan "Ah" kepada orang tua saat mereka memanggil kita. Saya sampaikan dengan bahasa saya makna dari Surat Al Isra ayat 23 tersebut dan kusuruh dia untuk segera minta maaf kepada ibundanya dengan segera (mumpung beliau masih hidup). Sampaikanlah penyesalan yang mendalam terhadap peristiwa masa lalu tentang pembuangan uang ke lantai di depan ibunya tersebut. Minta maaf lah kalau perlu cium kaki ibunya. Tanpa sadar keluarlah air matanya dan baru malam itulah dia bercerita di depan orang lain tentang peristiwa tersebut dan memang benar itulah yang menjadi ganjalan di hatinya. Dikatakan olehnya malam minggu itu adalah malam lailatul qadar bagi dia khususnya dan orang yang mendengarnya. Dikatakannya kalau besok dia akan langsung pulang ke kampung untuk menemui ibunya dan minta maaf atas kesalahannya tersebut. Mudah-mudahan hidup dia dan keluarganya mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Amin.

Ada sebuah gambaran yang diberikan oleh rekan bisnis saya WNI keturunan Cina. Tanah akan dikalahkan oleh api. Api akan dikalahkan oleh air. Air akan dikalahkan oleh angin. Maka selanjutnya apakah yang akan mengalahkan angin ? Jawabannya adalah Shadaqah. Saya persilakan untuk mencerna makna dari gambaran yang diungkapkan oleh teman saya tersebut.

Banyak orang yang merasa sudah banyak bershadaqah kepada orang lain tetapi ketika ibunya meminta sebagian kecil rejeki yang diperolehnya maka orang tersebut dengan entengnya mengatakan " Ibu khan sudah dapat uang dari si A atau Si B (saudara-saudara kandung orang tersebut), buat apa sich ? masih kurang ??? " Pasti ibunya hanya bisa diam memendam kekecewaan atas ucapan anaknya padahal ibu orang tersebut hanya ingin menikmati hasil kerja keras anaknya walaupun hanya uang receh sekalipun.

Seandainya saja saya jadi pemimpin negeri ini maka .........